Gempa Berkekuatan M 5,9 di Blitar Berpotensi Merusak
Guncangan gempa bumi di Blitar, Jatim, Jumat (21/5/2021), memiliki skala V Modified Mercalli Intensity. Skala ini bisa menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergerak.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 5,9 terjadi di Samudra Hindia, sekitar 57 kilometer arah tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat (21/5/2021) pukul 19.09. Pusat gempa yang relatif dekat dengan daratan menyebabkan guncangan gempa terasa kuat dan berpotensi merusak.
Info awal yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini berkekuatan M 6,2, yang selanjutnya dikoreksi menjadi M 5,9. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,63 Lintang Selatan dan 112,34 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 57 kilometer arah tenggara Kabupaten Blitar. Sementara hiposenter gempa berada di kedalaman 110 kilometer.
Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa berkekuatan menengah. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme sesar naik kombinasi geser (oblique thrust fault). Hasil pemodelan, gempa tidak berpotensi tsunami. (Bambang Setiyo Prayitno)
”Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa berkekuatan menengah. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme sesar naik kombinasi geser (oblique thrust fault). Hasil pemodelan, gempa tidak berpotensi tsunami,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno, Jumat.
Guncangan gempa, menurut pantauan BMKG, dirasakan di Blitar dengan skala V Modified Mercalli Intensity (MMI). Skala ini bisa menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang. Sementara di Karangkates, Sawahan, Nganjuk, Lumajang, Tulungagung, dan Malang, gempa berkekuatan IV MMI.
Gempa juga dirasakan hingga Banyuwangi, Pasuruan, Ponorogo, Mataram, Trenggalek, Pacitan, Bantul, Sleman, Kulon Progo, Pacitan, Kuta, Denpasar, Gianyar, Lombok Barat, Ngawi, Tabanan, dan Jembrana dengan berskala III MMI. Adapun di Magelang, Cilacap, Pasuruan, Wonogiri, Klaten, Lombok Tengah, Surabaya, Purworejo, dan Karangasem, gempa berskala II MM.
Hingga pukul 20.00, sudah muncul gempa susulan sebanyak dua kali, masing-masing dengan M 3,1 dan M 2,9.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, gempa yang terjadi di Zona Benioff, bukan di lokasi pertemuan lempeng atau megathrust. ”Pusat gempa ini mirip yang melanda 4 April lalu di selatan Malang, tetapi ini lebih dalam,” katanya.
Daryono mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, gempa ini telah menimbulkan kerusakan bangunan di sejumlah daerah. Hingga saat ini, pendataan masih dilakukan.
Berdasarkan rekaman BMKG, zona kegempaan di selatan Jawa dalam sebulan terakhir tergolong cukup aktif. Sebelumnya, dua gempa bumi juga terjadi di Samudra Hindia, di sebelah selatan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada Selasa (27/4/2021).
Zona subduksi di selatan Pulau Jawa diketahui menyimpan potensi gempa besar. Kajian tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipublikasikan di jurnal internasional Nature, 17 September 2020, menunjukkan, ketinggian tsunami yang diakibatkan gempa bumi di zona ini dapat mencapai 20 meter dan rata-rata 4,5 meter di sepanjang pantai selatan Jawa.
Zona gempa di selatan Jawa ini diidentifikasi sebagai celah seismik, yaitu zona kegempaan aktif yang tengah menyimpan tenaga dan berpotensi terjadi gempa besar pada masa depan. Celah seismik yang memanjang ini disebut bisa pecah secara terpisah atau bersamaan saat terjadi gempa. Jika segmen di selatan Jawa Barat yang lepas, gempa bumi bisa berkekuatan M 8,9 dengan periode ulang 400 tahun.
Untuk periode ulang yang sama, segmen di Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa memicu gempa M 8,8. Jika kedua segmen pecah dalam satu gempa, akan berkekuatan M 9,1 atau setara dengan gempa Aceh pada 2004.