Inovasi teknologi berperan penting dalam memulihkan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Untuk mempercepat pengembangan inovasi, Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi akan fokus pada delapan bidang teknologi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT akan fokus mengembangkan inovasi pada delapan bidang teknologi. Pengembangan inovasi ini diharapkan bisa meningkatkan penggunaan produk dalam negeri sekaligus menjadi otak dari pemulihan ekonomi.
Kepala BPPT Hammam Riza mengemukakan, delapan bidang yang menjadi fokus BPPT, yakni teknologi kebencanaan, rekayasa keteknikan, kemaritiman, transportasi, kesehatan dan pangan, energi, pertahanan dan keamanan, serta informasi dan elektronika. Dalam kegiatannya, BPPT mendorong pemanfaatan dari transformasi digital dan meningkatkan kompetensi sumber daya.
Selain itu, Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) tahun ini kembali menjalankan aksi utama untuk membangun ekosistem riset. Beberapa aksi itu meliputi, antara lain, penguatan kajian ekonomi dan teknologi, meningkatkan inovasi teknologi alat dan suplemen kesehatan, penguatan data sains dan aplikasi kecerdasan artifisial, serta penguatan kerjasama, komersialisasi, dan media.
”Aksi inovasi teknologi alat kesehatan diharapkan tahun ini akan lahir tidak hanya ventitalor darurat, tetapi juga ventilator ICU (unit perawatan intensif). Kemudian ada direct digital radiography dan yang sekarang akan diluncurkan yaitu kit pengukur kadar antibodi pascavaksinasi dan tes cepat proline antigen,” ujarnya dalam temu media, di Jakarta, Kamis (20/5/2021).
Dalam aksi inovasi teknologi suplemen kesehatan, BPPT akan mengembangkan suplemen berbasis bawang putih terfermentasi dan beta glukan yang berpotensi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dikembangkan juga obat herbal imunostimulan dan produk beras terfortifikasi.
Aksi inovasi teknologi alat kesehatan diharapkan tahun ini akan lahir tidak hanya ventitalor darurat, tetapi juga ventilator ICU (unit perawatan intensif).
Menurut Hammam, saat ini BPPT juga menyiapkan konsep smart farming atau pertanian cerdas bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Konsep ini akan diterapkan untuk pusat riset herbal di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, guna mengembangkan inovasi tanaman obat.
Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Gatot Dwianto menuturkan, semua produk inovasi yang dikembangkan BPPT sudah melalui serangkaian uji klinis, uji standar, dan izin edar. Upaya yang perlu didorong saat ini, yaitu hilirisasi produk sehingga ke depan akan diperkuat komersialisasi.
Selain inovasi yang berkaitan dengan penanganan Covid-19, BPPT juga terus mengembangkan riset di bidang transportasi, kemaritiman, serta teknologi pertahanan dan keamanan. Khusus untuk bidang transportasi, BPPT fokus mengembangkan mobil listrik, stasiun pengisian, kereta api cepat, dan pesawat N219 amfibi.
Sementara di bidang kebencanaan, BPPT terus melakukan upaya teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mencegah banjir maupun kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di berbagai wilayah. Upaya TMC terus diintesifkan karena saat ini telah memasuki musim kemarau.
Saling mengoptimalkan
Direktur PT Prodia Diagnostic Line, Cristina Sandjaja menyatakan, riset dan inovasi yang dihasilkan perguruan tinggi ataupun lembaga penelitian dan pengembangan harus sesuai kebutuhan industri serta pasar. PT Prodia yang merupakan mitra BPPT untuk produk alat tes cepat atau rapid diagnostic test (RDT) RI-GHA jadi contoh saling mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
”Persentase penggunaan alkes (alat kesehatan) lokal di Indonesia masih sedikit, yakni hanya sekitar 10 persen dan sebagian besar dikuasai produk impor. Salah satu pelajaran dari Covid-19 adalah inovasi teknologi diperlukan untuk ketahanan nasional dan substitusi produk impor dan hal ini sudah selayaknya menjadi prioritas,” ujarnya.
Kepala Rumah Sakit Ridwan Meureksa, Puji Hartono, mengatakan, selama satu tahun bermitra dengan BPPT, terutama dalam pemanfaatan MBSL-2, pihaknya merasakan manfaat penggunaan alat itu. Salah satu dampak pemanfaatan MBSL-2, yakni membuat Rumah Sakit Ridwan dapat merawat pasien dengan jumlah yang lebih banyak. Hasil dari pemeriksaan juga lebih valid dan cepat.
”Kami berharap ke depan BPPT tetap menjadi mitra Rumah Sakit Ridwan Meureksa. Kami siap membantu memberikan sampel pasien yang dirawat untuk penelitian di BPPT,” ujarnya.