Dua Gempa dari Zona Megathrust Guncang Mentawai dalam Sepekan
Gempa bumi mengguncang Kepulauan Mentawai dengan kekuatan mencapai IV MMI (Modified Mercalli Intensity). Gempa ini bisa dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 5,7 mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada Rabu (5/5/2021) pukul 08.24. Sebelumnya, Senin (3/5/2021), gempa berkekuatan sama, M 5,7, juga mengguncang kepulauan ini. Gempa-gempa ini meningkatkan kewaspadaan, mengingat Kepulauan Mentawai menyimpan potensi gempa besar dari zona megathrust.
Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,06 Lintang Selatan dan 99,59 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 1 kilometer arah timur kota Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sedangkan kedalaman sumber gempa mencapai 41 kilometer (km).
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik. (Bambang Setiyo Prayitno)
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat adanya aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno.
Guncangan gempa bumi ini dirasakan cukup kuat di Kepulauan Mentawai, mencapai IV MMI (modified mercalli intensity), yaitu dirasakan oleh orang banyak dalam rumah. Di Painan berkekuatan III-IV MMI dan Kota Padang serta Pariaman III MMI, getarannya dirasakan nyata dalam rumah.
Sekalipun memiliki mekanisme pergerakan naik, menurut Bambang, mengacu pada pemodelan, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. ”Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut,” katanya.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, zona kegempaan ini memiliki sejarah panjang gempa bumi. Pusat gempa kali ini berdekatan dengan lokasi saat terjadinya gempa bumi berkekuatan M 6,2 pada 3 Maret 2009, M 7,2 pada 25 Februari 2008, M 6,6 pada 11 Mei 1994, dan M 6,1 pada 8 Desember 1972.
Sebelumnya, pada Senin (3/5/2021) pukul 00.46 juga terjadi gempa berkekuatan M 5,7 di kawasan ini. Pusat gempa saat itu sekitar 35 km tenggara kota Tuapejat, di laut dengan kedalaman sumber 35 km. ”Gempa pada 3 Mei itu juga terkait segmen di megathrust Mentawai-Siberut. Jika hari ini di bagian utara Pulau Sipora, gempa pada 3 Mei di selatan Pulau Sipora,” katanya.
Segmen gempa megathrust ini merupakan zona gempa yang terjadi di pertemuan lempeng Indo-Australia-Eurasia di wilayah Kepulauan Mentawai yang menyimpan energi gempa bumi besar. Menurut catatan ahli gempa bumi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya, zona megathrust di segmen Mentawai pernah dilanda gempa berkekuatan M 7,9 pada 2007 dan M 7,8 pada 2010. Meski demikian, saat itu energi yang terlepas baru sebagian kecil.
Sekitar dua pertiga segmen ini belum runtuh dan potensi gempanya masih bisa mencapai M 8,8 jika dihitung dari energi yang tersimpan selama 222 tahun sejak gempa besar terakhir pada 1979, dikurangi dengan energi yang dilepaskan saat gempa 2007 dan 2010.
Menurut Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 2017, ada dua segmen megathrust di Kepulauan Mentawai, yaitu segmen Mentawai-Siberut yang bisa menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan maksimal M 8,9 dan segmen Mentawai-Pagai yang juga bisa menghasilkan gempa dengan kekuatan M 8,9.