Longgarnya karantina terhadap pelaku perjalanan dan perilaku warga makin abai bisa membuat Indonesia mengalami gelombang kedua pandemi, seperti terjadi di India. Apalagi terungkap kasus penggunaan alat tes antigen bekas,
Oleh
Ahmad Arif
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gelombang kedua Covid-19 yang mematikan di India bisa terjadi di Indonesia jika kita lengah. Selain perilaku masyarakat makin abai, longgarnya karantina terhadap pelaku perjalanan dari luar negeri dan pemalsuan tes antigen bisa turut memicu lonjakan kembali wabah penyakit itu.
Ahli virologi dari Universitas Udayana, Bali, I Gusti Ngurah Kade Mahardika, dalam diskusi daring bertema ”Belajar dari India” mengingatkan, pengabaian protokol kesehatan menjadi faktor utama yang memicu ledakan kasus Covid-19 di India. ”Kontribusi kerumunan, untuk upacara keagamaan maupun politik, menjadikan virus ini lebih menyebar. Ini faktor utama di India,” ujarnya.
Selain itu, saat ini ada varian baru di India, yaitu B.1.617. ”Ini kemungkinan berkontribusi karena dalam empat minggu terakhir varian ini mencapai 60 persen dari virus yang diidentifikasi di India,” katanya.
Mahardika menambahkan, gelombang kedua pandemi, seperti terjadi saat wabah flu Spanyol 1918, bisa lebih besar dari gelombang pertama. Gelombang kedua wabah flu Spanyol saat itu terjadi karena masyarakat sudah lelah. Hal itu terjadi dengan Covid-19 saat ini.
Pelajaran penting yang juga bisa diambil dari situasi di India adalah letupan kasus, yang akan memicu ledakan angka kematian. ”Ini yang harus jadi perhatian, jadi jangan pernah lengah agar tidak terjadi seperti di India,” ujarnya.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengingatkan agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan. Survei terakhir menunjukkan ada penurunan ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan di sejumlah daerah di Indonesia sehingga sangat mengkhawatirkan.
Pelajaran penting yang juga bisa diambil dari situasi di India adalah letupan kasus, yang akan memicu ledakan angka kematian.
Ade mengingatkan, sekalipun kita lelah dan jenuh dengan Covid-19, pandemi ini belum berakhir. ”Alhamdulillah kasus kita turun, tetapi penurunan ini karena jumlah tes menurun. Positivity rate (tingkat penularan)kita juga masih tinggi,” ucapnya.
Menurut Ade, pada Januari-Februari 2021, kasus aktif di Indonesia hanya sedikit di bawah India. ”Kita jangan mengulangi kesalahan yang pernah kita lakukan tahun-tahun lalu maupun kesalahan India,” katanya.
Mohammad Agoes Aufiya, pelajar Indonesia di New Delhi, India, mengatakan, dalam laporan 24 jam terakhir, kasus Covid-19 di India kembali memecahkan rekor. Demikian juga angka kematian. ”Dari 4.821 tempat tidur yang tersedia di New Delhi, yang sudah terpakai 4,803 unit sehingga hanya 18 tempat tidur ICU yang tersisa. Benar saja ini sudah tidak bisa menampung,” ujarnya.
Secara terpisah, epidemiolog Indonesia di Grifith University, Dicky Budiman, mengatakan, selain pengetatan protokol kesehatan, untuk mencegah terjadi ledakan kasus adalah dengan menguatkan surveilans, khususnya tes dan lacak. Terkait dengan penyebaran varian baru, juga harus ada penguatan surveilans genomik.
”Situasi surveilans kita mengkhawatirkan, apalagi belakangan terungkap adanya pemalsuan tes antigen di Bandara Sumatera Utara, yang dikhawatirkan juga terjadi di daerah lain. Ini skandal pertama di dunia, yang sangat memalukan dan membahayakan keselamatan masyarakat luas,” katanya.
Sementara itu, Kepolisian Daerah Sumatera Utara menetapkan lima tersangka penggunaan alat tes usap antigen Covid-19 bekas pakai di Laboratorium Kimia Farma Bandara Kualanamu. Kejahatan itu dilakukan sejak Desember 2020 dengan korban diperkirakan 30.000 orang dan uang yang diraup Rp 1,8 miliar.
”Kami terus menyelidiki kasus ini, termasuk melihat apakah perusahaan terlibat,” kata Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal RZ Panca Putra Simanjuntak di Medan. Kejahatan itu terorganisasi dengan otak pelaku, yakni Manajer Bisnis Laboratorium Kimia Farma di Jalan RA Kartini, Medan, PM (45). Aksi itu melibatkan pegawai administrasi pendaftaran M (30), pegawai administrasi hasil R (21), pegawai kebersihan DJ (20), dan kurir SR (19).
Terkait dengan kasus itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo telah meminta pimpinan PT Kimia Farma Diagnostik untuk meningkatkan pemantauan penggunaan tes usap antigen di Bandara Kualanamu, Medan. ”Kami minta bantuan unsur TNI,” ucap Doni setelah Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di Cirebon, Jawa Barat.
”Kami berharap mereka yang pernah menjalani tes usap di Kualanamu sebaiknya melapor ke Satgas (Covid-19) daerah agar dapat swab (tes usap) ulang. Kami khawatir penularan terjadi karena kelalaian petugas,” ujarnya.
Pihaknya juga akan memperkuat integrasi berbagai unsur yang terlibat penanganan Covid-19 di bandara, seperti PT Angkasa Pura II, Imigrasi, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan, agar praktik itu tidak terulang. ”Integrasi ini agar satu struktur komando,” ucapnya.
Inisiator Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, Erry Riyana Hardjapamekas, berharap Kementerian Kesehatan dan Satgas Penanganan Covid-19 mengampanyekan gerakan berani bertanya kepada petugas tes. ”Warga harus berani bertanya kebaruan alat yang dimasukkan ke organ tubuh. Petugas mesti memperlihatkan saat membuka (kemasan) alatnya,” ujarnya.
Dicky mengingatkan, lemahnya karantina pelaku perjalanan dari luar negeri, termasuk ada warga India yang bisa lolos dari karantina dengan menyuap, berisiko menyebarkan varian baru.
”Kalau terjadi ledakan wabah lagi, Indonesia bisa lebih parah dari India. Beberapa waktu lalu, India sudah berhasil menurunkan kasus secara signifikan dengan positivity rate di bawah 5 persen. Kita sampai sekarang positivity rate masih terus tinggi, jadi tidak pernah benar-benar turun,” ujarnya.
Larangan mudik
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menegaskan kembali bahwa pemerintah melarang mudik Lebaran selama 6-17 Mei 2021. Ia meminta masyarakat mematuhi aturan itu dan menahan diri untuk pulang ke kampung halaman.
”Untuk masyarakat, mohon ditunda sejenak keegoan kita, rasa kasih sayang kita tidak hanya dapat ditunjukkan dengan menemui sanak saudara ataupun keluarga yang tidak sedikit di antaranya berusia lanjut secara fisik,” kata Wiku dalam siaran pers.
Menurut Wiku, selama periode 22 April-5 Mei 2021, perjalanan diperbolehkan dengan pengetatan mobilitas dan memenuhi syarat negatif dari tes Covid-19. Untuk tanggal 6-17 Mei 2021, hanya boleh untuk pekerjaan dan urusan mendesak kelurga dan nonmudik lainnya dengan kewajiban surat izin dan tes Covid-19.
Sementara kegiatan wisata tetap diizinkan, tetapi hanya bisa dilakukan di kabupaten kota domisili dan aglomerasi masing-masing. ”Perjalanan lintas daerah tidak boleh,” ujarnya.
Wiku mengatakan, persentase kematian Covid-19 di Indonesia masih stagnan di 2,7 persen dan telah bertahan selama lebih dari 2 bulan, terhitung sejak awal Februari 2021. Saat ini ada 10 provinsi dengan peningkatan kasus tertinggi selama April 2021, yakni Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Bengkulu, Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. (NSA/TAM/IKI)