Mustahil Beradaptasi, Air Laut Bisa Naik 3 Meter Per Abad
Permukaan laut berpotensi naik jauh lebih cepat, mencapai 3 meter per abad, daripada yang diprediksi saat ini. Kondisi ini membuat manusia akan makin sulit beradaptasi hidup di pesisir, termasuk di Indonesia.
Oleh
Ahmad Arif
·5 menit baca
Studi pantai purba dan terumbu karang yang memfosil menunjukkan permukaan laut berpotensi naik jauh lebih cepat, mencapai 3 meter per abad, daripada yang diprediksi saat ini. Dengan kenaikan muka air laut sebesar 3 meter per abad, berarti kenaikan per tahun akan mencapai 30 milimeter. Ini berarti 10 kali lipat dari rata-rata kenaikan muka air laut saat ini yang mencapai 3,2 mm per tahun.
Gambaran suram ini dikemukakan Fiona Hibbert, ahli geologi di York University, Inggris, dalam publikasinya di Horizon, The EU Research & Innovation Magazine, pada 27 April 2021. Hibbert saat ini mengerjakan proyek bernama ExTaSea, yang memprediksi skenario terburuk kenaikan permukaan laut di seluruh dunia.
Menurut Hibbert, data yang dipakai untuk membuat pemodelan kenaikan muka air laut akibat mencairnya es saat ini tak memadai karena rentangnya terlalu pendek. Data tentang permukaan laut baru-baru ini berasal dari 150 tahun lalu, untuk pengukur pasang surut, dan hanya 20-25 tahun untuk pengukuran satelit.
Padahal, pencairan lapisan es kadang membutuhkan skala waktu sangat lama untuk diketahui dampaknya. Oleh karena itu, Hibbert dan tim menggabungkan analisis terumbu karang purba yang dilakukan para ilmuwan di seluruh dunia. Dia menemukan, permukaan laut bisa naik "amat tinggi" secara tiba-tiba, hingga 3 meter per abad, yang kira-kira sepuluh kali lebih tinggi dari laju saat ini.
Alessio Rovere, geosaintis dari University of Bremen in Germany, turut dalam kajian ini dengan mengumpulkan data tentang fitur geologi, seperti karang kuno dan pantai. Data tersebut untuk membuat basis data yang membantu memberikan bagaimana permukaan laut berubah di berbagai tempat dan kekuatan gelombang selama interglasial terakhir.
”Dengan menggabungkan dua disiplin ilmu yang berbeda ini, kita dapat menceritakan lebih banyak tentang masa lalu daripada yang dapat kita lakukan hanya dengan interpretasi geologi bebatuan,” katanya.
Dalam beberapa catatan batuan, menurut Rovere, ada sejumlah karakteristik yang membuatnya berpikir bahwa di beberapa titik selama periode hangat di masa lalu, permukaan laut melonjak, dari 3 meter menjadi 6 meter. Lompatan itu terjadi dalam waktu yang relatif singkat.
”Ini sangat menarik karena hari ini kita berada dalam periode hangat, secara alami maupun karena perubahan iklim, dan dalam interglasial terakhir, bahkan tanpa kita memanaskan sistem bumi, beberapa data menunjukkan bahwa ada lompatan ini,” tuturnya.
Ini sangat menarik karena hari ini kita berada dalam periode hangat, secara alami maupun karena perubahan iklim, dan dalam interglasial terakhir, bahkan tanpa kita memanaskan sistem bumi.
Secara alami, kita saat ini hidup dalam periode interglasial bumi yang dikenal sebagai Holosen. ”Selama 6.000 tahun terakhir, manusia menikmati iklim dan kondisi permukaan laut yang agak stabil, dan menjadi makmur berkat hal ini,” kata Rovere.
Analog terdekat dengan Holosen di masa lalu adalah interglasial terakhir, yang terjadi antara 125.000 dan 118.000 tahun yang lalu. Selama waktu ini, suhu global berkisar satu hingga dua derajat lebih tinggi dari suhu dasar pra-industri yang digunakan untuk mengukur perubahan iklim saat ini. Kondisi ini dipicu oleh perbedaan dalam kemiringan dan orbit bumi yang terjadi secara periodik.
Ancaman ganda
Selain karena perubahan orbit bumi, perubahan iklim di masa purba juga dipengaruhi oleh fenomena alami, seperti letusan gunung api raksasa dan berbagai peristiwa alam lain. Meski demikian, penghangatan bumi pada periode ini ditambah oleh emisi karbon yang diakibatkan manusia. Situasi inilah yang dikhawatirkan bakal menimbulkan ancaman ganda ke depan.
Ahli geologi dapat menemukan petunjuk permukaan laut saat ini dari fosil terumbu karang yang terdampar sebagai lapisan tebing ketika laut surut, serta komposisi kimiawi organisme laut kecil yang dikenal sebagai foraminifera, yang memberikan gambaran tentang jangkauan laut di masa lalu.
Rovere, yang menjalankan proyek yang disebut Warm Coasts, menemukan perubahan ekstrem garis pantai kuno. Salah satunya, keberadaan batu-batu besar misterius yang terletak di atas tebing setinggi 15 meter di Pulau Eleuthera di Bahamas. Menurut dia, hal ini merupakan petunjuk bahwa permukaan laut di masa lalu bisa naik secara tiba-tiba dengan sangat tinggi.
Prospek percepatan pencairan es secara tiba-tiba didukung lebih lanjut oleh penelitian yang dilakukan oleh Yucheng Lin, mahasiswa Hibbert, sebagai bagian dari proyek ExTaSea. Kali ini periode referensi adalah 24.000 hingga 11.000 tahun yang lalu, sebelum epos Holosen.
Hasil kajian Lin yang dipublikasikan di jurnal Nature Communication pada 1 April 2021 lalu menjelskan, pada akhir zaman es terakhir atau sekitar 14.600 tahun lalu, permukaan laut naik sepuluh kali lipat dari laju saat ini. Hal itu karena terjadi fenomena Meltwater Pulse 1A (MWP-1A), yaitu kenaikan permukaan laut setinggi 18 meter dalam 500 tahun atau 3,6 meter dalam 100 tahun akibat pencairan es.
”Sekali lagi, ini adalah angka yang sangat tinggi, jadi lapisan es bisa kehilangan massa dengan sangat cepat,” kata Hibbert.
Data terbaru menunjukkan, kenaikan muka air laut saat ini cenderung semakin cepat. Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika Badan Informasi Geospasial (BIG) Gatot H Pramono dalam diskusi yang diselenggarakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika awal April lalu mengatakan, kenaikan muka air laut global dipengaruhi tiga hal, salah satunya perubahan iklim memanaskan suhu laut sehingga mengembang.
”Ini kontribusinya 30 persen. Selain itu, mencairnya es yang juga berkontribusi 30 persen. Faktor lain berupa penurunan tanah yang berkontribusi 40 persen,” tuturnya.
Menurut Gatot, jika tanpa memperhitungkan penurunan daratan, pada periode 1900-1930 kenaikan muka air laut global hanya 0,6 mm per tahun, tetapi pada 1930-1992 menjadi 1,2 mm per tahun. Pada 1993-2015, kenaikan muka air laut jadi 3,2 mm per tahun dan pada 2010-2015 menjadi 4,4 mm per tahun.
Melihat data masa lalu ini dan laju pemanasan global saat ini yang sudah lebih tinggi 1 derajat celsius dibandingkan tahun 1850-an, laju kenaikan laut secara tiba-tiba hingga 3,2 mm per tahun atau bahkan 10 mm per tahun sepertinya kian dekat.
Dengan kenaikan permukaan laut 10 mm setahun, manusia ”hampir tidak mungkin” untuk beradaptasi hidup di pesisir saat ini. Artinya, kita harus bersiap meninggalkan kota-kota pesisir....