Lewat Film Pendek ”Bude Jo”, Kesadaran Pengelolaan Sampah Ditingkatkan
Pembuatan film pendek ”Bude Jo Belajar Kelola Sampah” merupakan salah satu strategi membuat masyarakat lebih tertarik dan mengikuti serta mengubah perilakunya dalam mengelola sampah.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sampah telah menjadi permasalahan lingkungan baik saat ini maupun di masa depan jika tidak ada upaya bersama, termasuk dari masyarakat, dalam menanggulangi dan mengelolanya. Melalui film pendek yang dikemas secara menarik dan kekinian, diharapkan kesadaran masyarakat dapat tumbuh.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati dalam konferensi pers peluncuran film pendek Bude Jo Belajar Kelola Sampah secara daring, Rabu (28/4/2021), menyampaikan, sampah akan terus menjadi persoalan jika tidak ada strategi yang baik dalam penanganan dan pengelolaanya.
Vivien menjelaskan, dalam upaya mengatasi persoalan sampah, pemerintah fokus melakukan tiga hal. Pertama, mengurangi timbulan sampah dengan mengubah gaya hidup. Kedua, menerapkan pendekatan ekonomi sirkular. Terakhir, melalui pendekatan teknologi, seperti pembangkit listrik tenaga sampah hingga budidaya maggot atau serangga pengurai sampah.
Adanya film pendek ini akan mendorong target pengurangan sampah lebih maksimal lagi untuk mencapai target pengurangan sampah minimal 35 persen pada 2025.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tentang perilaku ketidakpedulian lingkungan hidup, 72 persen masyarakat masih tidak peduli terhadap pengelolaan sampah. Menurut Vivien, fakta ini menunjukkan pentingnya perubahan perilaku kehidupan masyarakat, di samping terus meningkatkan strategi dari aspek teknologi dan regulasi.
”Salah satu terobosan yang dilakukan KLHK adalah melalui pendekatan kepada masyarakat dengan menyebarkan materi-materi edukasi yang dikemas secara menarik. Pemilihan materi disesuaikan dengan kondisi yang ada dan kebijakan dari pemerintah,” ujarnya.
Vivien menyatakan, film pendek Bude Jo Belajar Kelola Sampah dengan durasi rata-rata satu menit yang ada di kanal Youtube KLHK merupakan salah satu terobosan tersebut. Melalui film ini, diharapkan masyarakat akan lebih tertarik dan mengikuti serta mengubah perilakunya dalam mengelola sampah.
”Dalam film ini juga akan disampaikan bagaimana bank sampah berperan dalam ekonomi sirkular, bahkan bisa menghasilkan uang yang banyak. Jadi, masyarakat akan mendapatkan contoh bahwa sampah itu pendekatanya bukan kumpul, angkut, dan buang. Tetapi, saat ini sampah dapat menjadi sumber ekonomi,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa film pendek tersebut mendapat respons yang baik di masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari laporan ataupun komentar dari masyarakat yang menilai film tersebut menarik dan mendidik. Bahkan, tidak sedikit yang akhirnya mengetahui bahwa sampah dapat menghasilkan nilai ekonomi melalui proses pemilahan dan bank sampah.
Bahan kampanye
Direktur Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 KLHK Novrizal Tahar mengatakan, dari data yang direkam sistem pengolahan sampah nasional, terdapat kecenderungan pengurangan sampah selama 2018-2020. Ini menunjukkan bahwa gerakan partisipasi publik sangat kuat dalam proses menyelesaikan persoalan sampah.
Novrizal berharap seluruh masyarakat ataupun pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, dapat menggunakan film pendek tersebut sebagai bahan kampanye publik. Diharapkan juga film ini menjadi bagain solutif dalam penyelesaian sampah di Indonesia.
”Adanya film pendek ini akan mendorong target pengurangan sampah lebih maksimal lagi untuk mencapai target pengurangan sampah minimal 35 persen pada 2025. Pengelolaan sampah yang baik dan benar tentu akan turut mengurangi emisi gas rumah kaca,” ucapnya.
Sutradara film pendek Bude Jo Belajar Kelola Sampah, Hilman Mutasi, menuturkan, membuat film edukasi cukup berat dalam industri perfilman. Sebab, mayoritas penonton mencari film untuk sekadar hiburan dan mengesampingkan unsur edukasi. Namun, adanya keterlibatan pemain yang sebelumnya telah viral dapat menjadi daya tarik sendiri untuk masyarakat.
Wira Hardiprakoso, produser film pendek tersebut, menambahkan, arahan dari KLHK meminta agar pesan edukasi film ini tersampaikan dengan cara yang efisien. Di sisi lain, ia juga menginginkan gambar yang diambil dapat mencerminkan kedekatan dengan target penonton sehingga masyarakat memperoleh edukasi tanpa merasa digurui.