Lubang Hitam Terdekat dari Bumi ”Unicorn” Ditemukan
Lubang hitam Unicorn di rasi Monoceros berukuran hanya tiga kali massa Matahari. Ini menjadikannya lubang hitam dengan massa terkecil yang pernah ditemukan.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
KOMPAS/OHIO STATE ILLUSTRATION/LAUREN FANFER
Ilustrasi yang menggambarkan sistem bintang ganda yang terdiri dari lubang hitam bintang dan bintang raksasa merah. Lubang hitam kecil dengan massa tiga kali massa Matahari itu ditemukan pada jarak 1.500 tahun cahaya dari Bumi di arah rasi Monoceros. Jarak itu membuat lubang hitam yang dijuluki ”Unicorn” alias kuda bertanduk tunggal itu menjadi lubang hitam terdekat dengan Bumi. Sementara bintang raksasa merah di sampingnya dinamai V723 Monoceros.
Sebuah lubang hitam yang dinamai Unicorn dan berjarak hanya 1.500 tahun cahaya dari Bumi ditemukan. Ini adalah jarak lubang hitam terdekat dari Bumi yang pernah diobservasi. Lubang hitam ini berukuran kecil dengan massa hanya tiga kali lebih masif dari massa Matahari.
Julukan ”Unicorn itu” diberikan karena dua hal. Pertama, obyek ini berada di arah rasi Monoceros yang digambarkan sebagai unicorn alias kuda bertanduk tunggal. Kedua, massanya yang sangat kecil sekitar tiga kali massa Matahari membuat obyek ini menjadi satu-satunya lubang hitam dengan massa terkecil yang pernah ditemukan.
”Sistem lubang hitam ini unik dan aneh hingga membuat benda ini cocok dinamai Unicorn,” kata ketua tim penemu lubang hitam ini, Tharindu Jayasinghe dari Universitas Negeri Ohio, Amerika Serikat seperti dikutip dari Space, Kamis (22/4/2021). Temuan ini dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of The Royal Astronomical Society pada Rabu (21/4/2021).
Lubang hitam Unicorn ini tidak berdiri sendiri seperti Matahari, tetapi dia merupakan bagian dari sistem bintang ganda. Pasangan Unicorn adalah bintang raksasa merah yang dinamai V723 Monoceros atau disingkat V723 Mon. Bintang raksasa merah ini sedang mengembang hingga diyakini dia sudah mendekati akhir hidupnya.
Makin kecil ukuran massa lubang hitam, dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya juga akan makin kecil, tidak sedramatis lubang hitam supermasif.
Bintang raksasa merah ini sudah terdeteksi lebih dulu oleh berbagai program pengamatan terdahulu, termasuk All Sky Automated Survey (ASAS) dan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA).
Keberadaan lubang hitam ini diketahui dari analisis Jayasinghe dan tim ketika mengamati perilaku ganjil bintang V723 Mon. Materi bintang dengan radius 24,9 kali radius Matahari dan massa bintangnya sama dengan massa Matahari itu sedang berpindah dengan intensitas yang konstan. Kondisi itu menandakan adanya obyek lain di dekat bintang yang menarik materi bintang raksasa merah tersebut hingga bentuk bintang berubah.
Situasi yang terjadi itu membuat para peneliti menduga bahwa obyek yang bisa menarik materi bintang tersebut adalah lubang hitam. Namun, dari kecepatan gerak cahaya bintang rakssa merah itu dan distorsi cahaya yang berlangsung, tim mengukur massa lubang hitam itu hanya tiga kali massa Matahari.
EVENT HORIZON TELESCOPE COLLABORATION, VIA NATIONAL SCIENCE FOUNDATION
Foto pertama lubang hitam yang dirilis di Washington, Amerika Serikat, Rabu (10/4/2019) waktu setempat.
Mekanisme aliran materi dari bintang raksasa merah ke lubang hitam itu sama seperti gravitasi Bulan yang mendistorsi lautan Bumi. Tarikan Bulan membuat laut di Bumi menggembung ke arah Bulan dan sebaliknya, serta memicu gelombang pasang tinggi.
”Begitu pula dengan lubang hitam yang tarikannya mengubah bentuk bintang hingga memanjang atau mulur pada satu sisi yang mengarah ke lubang hitam,” kata peneliti lain, Todd Thompson, juga dari Universitas Negeri Ohio, AS.
Jenis lubang hitam
Dengan ukuran massa sekecil itu, Unicorn dipastikan termasuk dalam kelompok lubang hitam bintang. Hingga kini, sangat sedikit lubang hitam super ringan seperti Unicorn yang sudah diketahui.
Selama ini, astronom secara tradisional melihat lubang hitam sebagai benda dengam gravitasi sangat besar yang bisa melahap benda apa pun yang ada di sekitarnya hingga pada jarak tertentu.
Namun, studi terakhir menunjukkan, lubang hitam tidak selalu segarang anggapan itu. Makin kecil ukuran massa lubang hitam, dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya juga akan makin kecil, tidak sedramatis lubang hitam supermasif.
KOMPAS/NASA/JPL-CALTECH
Konsep tentang lubang hitam supermasif. Korona atau mahkota cahaya yang menyelubungi lubang hitam bisa menciptakan kilatan sinar-X di sekitar lubang hitam. Saat cahaya korona bersatu (kiri), maka korona akan menjadi lebih terang hingga akhirnya memancarkan sinar-X dari lubang hitamnya (tengah dan kanan). Di dalam korona inilah diduga terdapat banyak blanet alias planet yang mengelilingi lubang hitam supermasif.
Saat ini, ilmuwan mengelompokkan lubang hitam dalam dua tipe, yaitu lubang hitam bintang dan lubang hitam supermasif.
Lubang hitam bintang terbentuk dari bintang-bintang masif yang runtuh dan mengakhiri hidupnya sebagai lubang hitam. Massa lubang hitam ini biasanya tidak lebih dari beberapa puluh kali massa Matahari.
Sementara lubang hitam supermasif adalah lubang hitam yang massanya jutaan hingga miliaran kali massa Matahari. Lubang hitam ini umumnya ada di pusat galaksi, termasuk yang ada di pusat galaksi kita, Bimasakti, yang bermassa 4,3 juta kali massa Matahari.
Asal-usul pasti lubang hitam supermasif ini masih jadi pertanyaan ilmuwan walau ada dugaan dia terbentuk dari penggabungan lubang hitam-lubang hitam kecil sebelumnya. Namun, proses penggabungan ini masih sulit menjelaskan terbentuknya lubang hitam supermasif saat usia alam semesta masih sangat muda.
Meski demikian, upaya pencarian lubang hitam bintang bermassa sangat rendah telah meningkat signifikan selama beberapa tahun terakhir. Upaya ini bisa mendorong pemahaman dan pengelompokan lubang hitam lebih baik di masa depan.