Intensitas Siklon Surigae Meningkat, Sembilan Provinsi Perlu Waspada
Posisi siklon Surigae berada di perairan Samudera Pasifik dan akan bergerak menuju sebelah utara Maluku Utara. Sembilan provinsi diimbau untuk waspada.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memperkirakan intensitas siklon tropis Surigae yang sedang terjadi di perairan Samudra Pasifik di utara Papua Barat mengalami peningkatan dalam 24 jam ke depan. Siklon ini bergerak ke arah Barat Laut sehingga daerah yang berada di sekitar wilayah tersebut diminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
“Dari analisa BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), siklon tropis Surigae cenderung bergerak menjauhi Indonesia. Namun, dampak tidak langsung tetap bisa dialami oleh sejumlah provinsi di Tanah Air,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati di Jakarta, Sabtu (17/4/2021).
Menurut prediksi BMKG hingga Sabtu (17/4) pukul 19.00 WIB, posisi siklon tersebut masih berada di perairan Samudera Pasifik. Diperkirakan siklon ini bergerak menuju sebelah utara Maluku Utara dengan koordinat pada 11,7 LU dan 129,7 BT atau sekitar 1.040 kilometer sebelah utara timur laut Tahuna.
Siklon tropis Surigae diperkirakan bergerak dengan kecepatan 10 knot atau 19 kilometer per jam. Adapun kekuatannya 185 km per jam dengan tekanan 935 hecto Pascal (hPa).
Raditya mengatakan, BMKG memprediksi pergerakan siklon tropis Surigae akan menyebabkan adanya potensi hujan lebat disertai kilat ataupun petir serta angin kencang. Setidaknya, terdapat sembilan provinsi yang harus waspada, yakni Kalimantan Barat, Kalimatan Tengah, Kalimatan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Selain itu, gelombang air laut setinggi 1,25 sampai 2,5 meter berpeluang terjadi di laut Sulawesi, perairan Kepulauan Sangihe, perairan Kepulauan Kepulauan Sitaro, perairan Bitung-Likupang, laut Maluku, perairan Selatan Sulawesi Utara, laut Halmahera, dan perairan Biak sampai Jayapura. Gelombang air laut dengan ketinggian 2,5-4 meter juga perlu diwaspadai di perairan Kepulauan Talaud dan perairan Utara Halmahera.
Sehubungan dengan adanya perkembangan informasi mengenai siklon tropis Surigae, BNPB melalui Kedeputian Bidang Pencegahan mengintruksikan kepada pemangku kebijakan di kabupaten/kota di wilayah masing-masing agar melaksanakan upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi beberapa dampak dari siklon tropis tersebut.(Raditya Jati)
“Sehubungan dengan adanya perkembangan informasi mengenai siklon tropis Surigae, BNPB melalui Kedeputian Bidang Pencegahan menginstruksikan kepada pemangku kebijakan di kabupaten/kota di wilayah masing-masing agar melaksanakan upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi beberapa dampak dari siklon tropis tersebut,” ujar Raditya.
Pemerintah di daerah diharapkan dapat melaksanakan amanat yang tertuang pada Surat Deputi Bidang Pencegahan BNPB nomor 4 Tahun 2021 tanggal 13 April 2021 tentang Peringatan Dini dan Langkah-Langkah Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Bibit Siklon Tropis 94w yang berkembang menjadi Siklon Tropis Surigae. Pemangku kebijakan di daerah juga diminta untuk melaksanakan langkah antisipasi terhadap potensi bibit siklon tropis sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Nomor 360/2067/BAK Tahun 2021.
Langkah antisipasi yang bisa dilakukan antara lain, memperkuat koordinasi dan sinergitas forum koordinasi pimpinan daerah, meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana yang dapat ditimbulkan, mempersiapkan sarana dan prasarana, serta meningkatkan kesiapsiagaan dan membangun rencana kontijensi. Pelaksanaan standar operasional prosedur mengenai penanganan darurat berbasis penerapan protokol kesehatan bersama Satgas Penanganan Covid-19 juga perlu disiapkan.
“Penyebaran informasi melalui media dan kearifan lokal juga harus segera dilakukan berserta dengan pengalokasian APBD, pembinaan dan pengawasan serta monitoring wilayah, dan pelaporan hasil pelaksanaan penanggulangan bencana dari bupati/wali kota kepada Kementerian Dalam Negeri,” kata Raditya.
Kajian siklon Seroja
Koordinator Informasi Geospasial Tematik Kebencanaan Badan Informasi Geospasial (BIG) Ferarri Pinem mengatakan, kajian terdampak siklon Seroja yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur telah dilakukan. Setidaknya ada tiga lokasi yang dikaji, yakni Kabupaten Sumba Timur, Pulau Adonara, dan Kabupaten Lembata.
Hasilnya, lokasi terdampak yang ada di pulau Sumba diketahui berada pada cekungan dataran banjir yang dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan. Sejumlah saluran keluar (outlet) daerah aliran sungai (DAS) bertemu di kaki lereng dan masuk ke area lembah di sekitarnya. Pertemuan outlet beberapa DAS menjadi area yang rawan terkena akumulasi limpasan air jika hujan turun secara merata di seluruh area lereng pegunungan.
“Jika intensitas hujan yang turun sangat tinggi (ekstrem) maka area-area pertemuan outlet DAS menjadi area yang rawan terkena imbas limpasan air yang berpotensi terjadinya banjir dan banjir bandang. Hal inilah yang kemungkinan terjadi pada daerah terdampak di Kabupaten Sumba Timur,” kata Ferarri.
Sementara itu, ada tiga wilayah pengkajian dari wilayah terdampak di pulau Adonara. Itu meliputi wilayah Adonara Timur, Adonara Barat, dan Ile Boleng. Pada wilayah Adonara Timur banyak ditemukan lembah sungai yang sempit dan tebing dinding sungai yang tinggi. Apabila terjadi aliran air akibat hujan yang ekstrim, sedimen berupa batuan andesit dan basal yang tererosi dari lereng pegunungan akan mengalir dan terkonsentrasi pada lembah sungai. Karena itu, permukiman atau aktivitas manusia sebaiknya tidak dibangun di lembah ini karena dapat berbahaya.
Kondisi serupa juga ditemui di wilayah Adonara Barat dan Ile Boleng. “Ile Boleng berada di tekur lereng gunung berapi. Alur-alur sunagi dari lereng gunung atas berpotensi mengakibatkan terjadinya aliran rombakan yang bisa sangat cepat menyapu daerah di bawahnya. Jadi amat berisiko jika daerah ini berdiri bangunan,” tutur Ferarri.
Kerentanan wilayah pun ditemukan di daerah Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT. Wilayah terdampak Ile Ape tidak jauh berbeda dengan wilayah Ile Boleng. Karena itu, proses alur rombakan juga mendominasi wilayah ini ketika siklon Seroja terjadi. Gunungapi Ile Ape adalah gunungapi strato yang masih aktif. Endapan lepas banyak terendapkan di lereng atas gunung. Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi di lereng atas, material vulkan yang lepas berpotensi turun melewati alur sungai dan menumbuk area tekuk lereng di lereng kaki gunung api.