Miliki Banyak Manfaat, Kebiasaan Cuci Tangan Harus Berlanjut
Kebiasaan mencuci tangan secara benar dan bersih agar tetap menjadi kebiasaan yang terus dijalankan masyarakat. Hal itu tidak hanya mengurangi risiko penularan Covid-19, tetapi juga penyakit lainnya.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebiasaan masyarakat mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir meningkat selama masa pandemi. Kondisi tersebut diharapkan bisa terus berlanjut karena kebiasaan yang sederhana ini tidak hanya dapat mencegah penularan Covid-19, tetapi juga berbagai penyakit.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Imran Agus Nurali menyampaikan, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun tidak boleh berhenti jika pandemi Covid-19 berakhir. Selain mencegah penularan Covid-19, kebiasaan ini juga dapat mencegah terjadinya diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hepatitis, dan tifoid.
”Karena itu, informasi mengenai pentingnya mencuci tangan dengan sabun harus selalu diulang-ulang sampai disadari sebagai sebuah kebutuhan. Hal ini juga perlu mulai ditanamkan sejak usia dini agar kebiasaan tersebut bisa terus berlanjut sampai dewasa,” ujarnya dalam acara peluncuran ”Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah, Madrasah, dan Masyarakat” yang diikuti secara virtual di Jakarta, Rabu (31/3/2021).
Panduan pemicuan cuci tangan pakai sabun juga diharapkan dapat mendukung penerapan sekolah tatap muka yang akan dimulai secara bertahap.
Menurut Imran, momentum pandemi saat ini perlu dimanfaatkan untuk lebih memasifkan promosi perubahan perilaku pada masyarakat, termasuk perilaku untuk selalu mencuci tangan dengan sabun. Pendekatan bisa dilakukan di seluruh kelompok masyarakat, mulai dari sekolah, madrasah, keluarga, perkantoran, hingga lingkungan masyarakat lainnya.
Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang menambahkan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Cuci tangan pakai sabun menjadi salah satu pilar yang ditekankan dalam peraturan tersebut.
”Berbagai upaya harus terus dilakukan sampai perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air bersih menjadi sebuah budaya yang dijalankan secara berkelanjutan. Perubahan perilaku ini akan dilakukan melalui metode pemicuan yang kemudian dijalankan secara kolektif sesuai kemampuan masing-masing masyarakat,” katanya.
Pemicuan merupakan istilah terkait cara untuk mendorong perubahan perilaku higienis dan sanitasi oleh individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri. Caranya dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat
Water for Women Project Manager Yayasan Plan Internasional Indonesia, Silvia Landan mengatakan, panduan pemicuan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sudah disusun. Panduan ini nantinya akan disosialisasikan secara luas di masyarakat, terutama di tingkat sekolah dan madrasah.
Panduan pemicuan ini akan disampaikan melalui berbagai macam produk yang terdiri dari buku saku pemicuan serta video tutorial. Produk panduan yang dihasilkan pun dibuat lebih ramah anak serta inklusif. Diharapkan, praktik untuk membiasakan diri untuk mencuci tangan bisa diterima oleh anak-anak secara mudah dan menyenangkan.
Vensya menuturkan, panduan pemicuan cuci tangan pakai sabun juga diharapkan dapat mendukung penerapan sekolah tatap muka yang akan dimulai secara bertahap. Ketersediaan infrastruktur penunjang seperti tempat cuci tangan, sabun, dan air bersih menjadi syarat utama yang harus dipenuhi agar protokol kesehatan untuk mencuci tangan bisa benar-benar dipatuhi.
Direktur Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Budaya, Sri Wahyuningsih menyampaikan, ketersediaan sarana cuci tangan pakai sabun merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan yang akan mulai menjalankan sekolah tatap muka. Dengan adanya panduan pemicuan tersebut diharapkan tenaga pendidik pun bisa memiliki pedoman untuk memperkuat perubahan perilaku dari murid-murid.
”Cuci tangan pakai sabun merupakan satu dari enam literasi dasar yang harus didorong di masyarakat, terutama pada anak-anak. Tingkat sekolah dasar bisa menjadi fondasi untuk memperkuat perubahan perilaku sehingga ketika ke jenjang berikutnya sudah punya karakter yang baik dan literasi kesehatan yang baik,” katanya.
Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah (KSKKM) Kementrian Agama Ahmad Umar menyatakan, panduan mencuci tangan dengan sabun juga akan didorong untuk masuk dalam kurikulum di madrasah. Meski begitu, kerja sama dari semua pihak, baik swasta, LSM, maupun kelompok masyarakat lain, dibutuhkan agar penyediaan sarana cuci tangan dengan sabun bisa lebih luas lagi.
”Pada 2024 kami optimistis sarana sanitasi bisa tersedia di seluruh madrasah. Namun, karena adanya pandemi, anggaran yang disiapkan dialihkan untuk penanganan pandemi terlebih dahulu. Karena itu, sinergi bersama pihak lain sangat dibutuhkan agar penyediaan sarana sanitasi, termasuk tempat cuci tangan pakai sabun, bisa tetap berjalan,” ucapnya.