Inovasi yang dihasilkan mahasiswa diharapkan bisa memberi solusi dalam berbagai masalah di tengah masyarakat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda didorong untuk berinovasi dan mengembangkan aplikasi pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi. Harapannya, produk yang dihasilkan bisa langsung dimanfaatkan masyarakat. Upaya mendorong munculnya peneliti muda dari perguruan tinggi salah satunya dilakukan lewat program Tanoto Student Research Award National Competition.
Head of Scholarship & Leadership Development Tanoto Foundation Aryanti Savitri di acara virtual media briefing Tanoto Student Research Award (TSRA) National Competition 2021, Rabu (24/2/2021), mengatakan, inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi berperan penting dalam kemajuan bangsa. Sebab, inovasi dapat menciptakan efisiensi dalam perekonomian sehingga produk-produk yang dihasilkan makin kompetitif.
”Sejak 2007, kami mendukung generasi muda untuk berinovasi melalui penelitian terapan di kampusnya masing-masing serta diharapkan dapat membangun potensi hilirisasi penelitian,” kata Aryanti.
Untuk pertama kalinya pada tahun ini digelar TSRA National Competition yang mengompetisikan riset mahasiswa secara nasional dari enam mitra perguruan tinggi Tanoto Foundation di kategori sains dan teknologi. Ada 24 tim finalis dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, IPB University, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, dan Universitas Hasanudin.
Pemenang kategori sains meliputi empat tim yang terdiri dari juara 1-3 dan satu kategori khusus the most outstanding idea. Di kategori penelitian teknologi ada enam pemenang yang terdiri dari juara 1-3, penghargaan khusus untuk thebest problem solver, the most cutting-edge technology, dan the most outstanding idea.
Wakil Rektor Pendidikan Kemahasiswaan IPB University Drajat Martianto mengaku bangga dengan hasil riset mahasiswa di program TSRA National Competition yang hasilnya melampaui harapan. Hasil riset ada yang sudah sampai prototipe ataupun ide gagasan. ”Banyak yang sudah mampu menghasilkan riset yang inovatif dan kreatif, melampaui level mahasiswa S-1,” kata Drajat.
Menurut Drajat, kini tiap pergruuan tinggi didorong untuk mengembangkan inovasi, termasuk dalam proses pembelajaran. Dorongan riset di kalangan mahasiswa lewat TSRA kini tidak sekadar lomba, tetapi diintegrasikan untuk memperoleh kredit/SKS sebagai bentuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
”Mahasiswa yang terlibat tidak sekadar mendapat beasiswa untuk riset. Namun, mahasiswa juga mendapat pendampingan. Ada nilai tambah karena mendapatkan peningkatan kapasitas yang mengembangkan kepercayaan diri, leadership, dan soft skills,” kata Drajat.
Sementara itu, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Aris Junadi mengatakan, perguruan tinggi didorong untuk menghasilkan talenta muda yang semangat meneliti. Dalam program MBKM, riset/penelitian oleh mahasiswa nantinya dapat dikonversi dengan mata kuliah atau kredit/SKS.
”Kegiatan TSRA oleh Tanoto Foundation ini wujud nyata kolaborasi industri, masyarakat, dan perguruan tinggi untuk berkonstribsui menghasilkan SDM dan talenta peneliti,” ujar Aris.
Memberi solusi
Penelitian mahasiswa di ajang TSRA National Competition mampu memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi industri, pertaian, pemerintah, ataupun masyarakat. Mahasiswa menghadirkan inovasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan memajukan perekonomian bangsa.
Juara satu kategori teknologi dari Tim IPB University mempersembahkan alat pendeteksi kualitas minyak goreng protabel. Ketua Tim Abdul Aziz menjelaskan, alat yang dinamakan SPOILS dapat dengan cepat mengukur kadar asam lemak bebas dalam minyak goreng yang seharusnya di bawah 0,3 persen. ”Dengan teknologi portable ini, pengukuran kualitas pangan dapat lebih cepat dan murah sehingga dapat meningkatkan kualitas pangan,” kata Abdul.
Pemenang kedua dari tim ITB yang diketuai Feroz Fernando menciptakan alat VISUS untuk membantu penyandang tunanetra yang memakai tongkat untuk dapat mengatasi halangan yang ada saat begerak. VISUS fungsinya sebagai alat bantu penglihatan seperti kerja dua mata, yang ditambahkan di tongkat konvensional.
”Banyak tunanetra yang enggak mau menggunakan tongkat. Dengan tambahan VISUS di tongkat, alat ini dapat mendeteksi halangan, termasuk lubang dan gundukan dari jarak 1 meter, 3 meter, dan 7 meter. Teknologi menghasilkan suara sehingga para tunanetra tahu jarak dan arah halangan. Kami sudah berhasil membuat prototipe,” tutur Feroz.
Sementara itu, pemenang satu di kategori penelitian sains dari Tim Universitas Brawijaya mengatasi serangan jamur pada tanaman kedelai. Achmad Roekhan menjelaskan, timnya mengembangkan inovasi Biorhizoctof yang memanfaatkan kemampuan multifungsi konsosrium bakteri Kitinolitik dalam budidaya tanaman kedelai. Dengan bakteri Kitinolitik diharapkan dapat memacu pertumbuhan pada tanaman kedelai dan menjaga kelestarian lingkungan.
Adapun pemenang the most outsanding idea dari ITB menyajikan inovasi pendeteksi tsunami secara realtime berbasis pengukuran ketinggian air laut. M Zhafrani mengatakan, bencana tsunami dari Aceh dan 54 kasus tsunami lainnya mengakibatkan sekitar 180.000 jiwa tewas. Pendeteksian tsunami dengan teknologi buoy, ada periode 15 menit sekali sehingga ada jeda dan mahal.
”Kami mengembangkan Neptune sebagai inovasi pendeteksi tsunami berbasis pengukuran ketinggian air laut. Jadi realtime. Alat ini mampu membedakan kecepatan surut air laut karena tsunami dan pasang surut alami,” ujar Zhafrani.
Tanoto Foundation menggelar virtual expo pada 24-26 Februari 2020. Masyarakat dapat mempelajari hasil riset mahasiswa di ajang TSRA National Competition 2021 di laman https://virtual-expo-tsra2021.