Bibit Siklon 98S di Selatan Jawa Menguat, Waspadai Hujan Tiga Hari ke Depan
BMKG memprediksi bibit siklon 98S diperkirakan tumbuh menjadi siklon tropis pada Jumat (26/2/2021). Ini berpotensi meningkatkan hujan ekstrem, angin kencang, dan ombak tinggi di sebagian wilayah Indonesia.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bibit siklon 98S di Samudra Hindia sebelah selatan Pulau Jawa terus menguat, dan diperkirakan menjadi siklon tropis pada Jumat (26/2/2021). Fenomena ini berpotensi meningkatkan hujan ekstrem, angin kencang, dan ombak tinggi di sebagian wilayah Indonesia.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan, pada Kamis (25/2/2021) siang, bibit siklon berada di posisi sekitar 12,4 Lintang Selatan-107 Bujur Timur. Sehari sebelumnya, bibit siklon ini berada sekitar 13,7 derajat LS-116,3 derajat BT atau sekitar 625 kilometer dari lepas pantai Jawa Timur. ”Bibit siklon 98S ini diperkirakan tumbuh menjadi siklon tropis pada Jumat pagi,” kata Fachri.
Pertumbuhan bibit siklon di Samudra Hindia ini diprediksi bakal meningkatkan tinggi gelombang di sejumlah perairan.
Menurut Fachri, keberadaan bibit siklon ini telah membentuk daerah konvergensi yang memanjang dari perairan selatan Jawa Tengah hingga selatan Bali. Selain itu, terdapat peningkatan kecepatan angin yang terinduksi oleh bibit siklon tropis di perairan barat Bengkulu hingga selatan Jawa Barat dengan kecepatan angin lebih dari 25 knot.
”Kondisi tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan awan-awan hujan di sekitar bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi,” katanya.
Berdasarkan peta peringatan dini BMKG, curah hujan tiga hari ke depan yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan longsor berpotensi terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu juga bisa menimpa Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Khusus untuk Jabodetabek, menurut analisis BMKG, potensi cuaca ekstrem bakal berdampak signifikan hingga 27 Februari 2021. Kejadian hujan di wilayah Jabodetabek pada periode tersebut perlu diwaspadai terutama pada malam atau dini hari menjelang pagi dengan potensi distribusi hujan dapat terjadi secara merata.
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, hujan dini hari hingga pagi di Jabodetabek biasanya bersifat ekstrem dan berulang kali memicu terjadinya banjir. Fenomena ini juga terjadi pada 19-20 Februari 2021, yang memicu banjir di banyak wilayah Jakarta dan Bekasi.
Gelombang tinggi
Pertumbuhan bibit siklon di Samudra Hindia ini diprediksi bakal meningkatkan tinggi gelombang di sejumlah perairan. Prakirawan BMKG Rheza Arifin Zein menyebutkan, perairan yang terpengaruh di antaranya barat Kepulauan Mentawai, sekitar Pulau Enggano-Bengkulu, barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan dan barat, selatan Banten, Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai, hingga selatan Jawa Barat.
Tinggi gelombang 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan barat Kepulauan Mentawai, Bengkulu, barat Lampung, dan Samudra Hindia barat Kepulauan Nias hingga Mentawai. Untuk gelombang tertinggi hingga 4-6 meter berpeluang terjadi di perairan Pulau Enggano dan Samudra Hindia sebelah barat Bengkulu hingga selatan Jawa Barat.
Adapun pola angin di wilayah Indonesia bagian utara pada umumnya bergerak dari barat laut-utara dengan kecepatan angin berkisar 3-17 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari barat daya-barat laut dengan kecepatan angin berkisar 8-30 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan Kepulauan Mentawai, Perairan Pulau Enggano-Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan dan barat, Perairan selatan Banten, Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai, hingga selatan Jawa Barat. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.