Deteksi dini kanker prostat menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan peluang keberhasilan terapi. Salah satu cara deteksi dengan tingkat ketepatan diagnosis tinggi, yakni biopsi prostat dengan teknologi robotik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi robotik yang dimanfaatkan dalam biopsi prostat dapat meningkatkan ketepatan diagnosis kanker prostat. Diagnosis yang akurat dalam mendeteksi kanker dibutuhkan agar tata laksana bisa segera dilakukan untuk meningkatkan peluang keberhasilan terapi.
Dokter spesialis konsultan uro-onkologi Siloam Hospitals Asri, Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, menyampaikan, deteksi dini kanker prostat di Indonesia belum optimal. Akibatnya, sebagian besar pasien didiagnosis kanker dalam stadium lanjut. Padahal, jika terdeteksi sejak dini, peluang keberhasilan pengobatan serta angka harapan hidup pasien bisa makin tinggi.
”Deteksi dini bertujuan agar intervensi bisa dilakukan secepatnya sehingga dapat mencegah prognosis lebih buruk. Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditata laksana pada stadium dini memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai 90 persen. Angka ini dapat turun hingga 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut,” tuturnya di Jakarta, Rabu (17/2/2021).
Berdasarkan Global Cancer Statistics 2018, diperkirakan sebanyak 1,2 juta kasus baru kanker prostat dengan 359.000 kematian yang muncul di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker prostat menempati urutan keempat terbanyak dengan jumlah penderita diperkirakan 25.012 orang.
Agus mengatakan, kanker prostat paling banyak ditemukan pada stadium empat. Sementara sebagian besar pasien kanker prostat yang terdiagnosis berusia lebih dari 50 tahun. Kondisi itu menunjukkan deteksi dini belum berjalan di masyarakat. Kesadaran untuk melakukan pemeriksaan pun minim.
Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditata laksana pada stadium dini memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai 90 persen.
Sejumlah cara bisa dilakukan untuk memeriksa pasien yang dicurigai memiliki kanker prostat. Sebagai pemeriksaan awal untuk memprediksi kanker ini, dokter biasanya akan melakukan wawancara riwayat penyakit. Selain itu, prediksi adanya penyakit ini bisa melalui pemeriksaan colok dubur serta pemeriksaan antigen spesifik prostat.
Apabila ada kecurigaan mengalami kanker prostat, pasien akan dirujuk untuk menjalani pemeriksaan lanjutan melalui biopsi prostat. Pada kondisi yang memburuk, pemeriksaan dilakukan dengan metode pencitraan.
Robotik
Menurut Agus, kemajuan teknologi kedokteran telah membantu perawatan kepada pasien, termasuk pasien kanker prostat. Pemanfaatan teknologi robotik dalam biopsi prostat sudah berkembang di sejumlah negara. Teknologi ini pula yang sekarang mulai dikenalkan di Indonesia.
Biopsi prostat dengan teknologi robotik memiliki sejumlah keunggulan, antara lain memiliki tingkat akurasi tinggi, meminimalkan risiko terjadi perdarahan dan sepsis atau komplikasi berbahaya akibat infeksi, serta membutuhkan durasi waktu lebih singkat dibandingkan dengan biopsi nonrobotik. Pemanfaatan biopsi ini juga menjadi piliihan baik selama masa pandemi.
”Biopsi prostat robotik dapat mengurangi pajanan antara pasien dan tenaga medis di ruang tindakan dan lingkungan rumah sakit. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pasien dan tenaga medis yang berada di ruang tindakan dari risiko penularan Covid-19,” ucap Agus.
Ia menambahkan, keuntungan lain penggunaan teknologi robotik dalam biopsi prostat ialah gerakan pemindaian bisa membuat irisan gambaran dua dimensi dengan distribusi lebih merata. Pemindaian ini sangat membantu untuk rekonstruksi kelenjar prostat dalam bentuk tiga dimensi. Tidak hanya itu, biopsi ini memakai panduan jarum yang secara otomatis disejajarkan pada target yang akan dibiopsi.
Dokter spesialis urologi dan Ketua Asri Urology Center (AUC) Nur Rasyid menambahkan, biopsi prostat dengan teknologi robotik juga dapat meningkatkan ketepatan pengambilan sampel jaringan di lokasi sel kanker prostat. Dengan adanya teknologi ini, diagnosis pun menjadi lebih cepat dan akurat. Selain itu, waktu biopsi lebih singkat serta bisa menghindari dilakukannya biopsi ulang,
Ia menyampaikan, biopsi prostat lebih baik dilakukan dalam stadium awal. Karena itu, jika ada kecurigaan mengalami gejala kanker prostat, diharapkan bisa segera melakukan pemeriksaan. Gejala yang sering dikeluhkan, antara lain, ialah gangguan dalam berkemih, terdapat darah dalam urine, adanya pembesaran kelenjar getah bening di sekitar prostat, serta berat badan menurun tanpa sebab.
Pada masa pandemi Covid-19, banyak pasien menunda pemeriksaan karena takut. Padahal, penundaan pada pasien kanker prostat dapat mengakibatkan risiko menjadi lebih berat,” kata Nur.