Masker Kain Tidak Disarankan di Lingkungan dengan Penularan Tinggi
Penggunaan masker kain, terlebih masker dengan bahan ”scuba”, amat tidak disarankan di tengah kondisi penularan Covid-19 yang tinggi. Masker tersebut dinilai tidak efektif untuk menyaring paparan virus korona.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masker kain tidak disarankan untuk digunakan di lingkungan dengan tingkat penularan Covid-19 yang tinggi. Efektivitas serta daya filtrasi yang rendah membuat orang yang memakai masker kain tetap rentan tertular penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Budi Sylvana dalam acara virtual Bincang-bincang Seputar Covid-19 Serial XXII di Jakarta, Kamis (11/2/2021), mengatakan, penggunaan masker kain, terlebih masker dengan bahan scuba, amat tidak disarankan di tengah kondisi penularan Covid-19 yang tinggi. Masker tersebut dinilai tidak efektif untuk menyaring paparan virus SARS-CoV-2.
Dinamika dari virus penyebab Covid-19 terus berubah, termasuk pada tingkat penularannya. Masyarakat saat ini sangat disarankan untuk menggunakan masker bedah. Masker kain mungkin bisa digunakan, namun sebagai lapisan luar saja. Yang jelas, sangat tidak disarankan menggunakan masker scuba karena tingkat filtrasinya nol atau sama dengan tidak menggunakan masker.
”Dinamika dari virus penyebab Covid-19 terus berubah, termasuk pada tingkat penularannya. Masyarakat saat ini sangat disarankan untuk menggunakan masker bedah. Masker kain mungkin bisa digunakan, namun sebagai lapisan luar saja. Yang jelas, sangat tidak disarankan menggunakan masker scuba karena tingkat filtrasinya nol atau sama dengan tidak bermasker,” katanya.
Ia menambahkan, penggunaan dua masker kain sekaligus juga bisa menjadi pilihan untuk memperkuat perlindungan dari transmisi virus. Masker kain yang digunakan sebaiknya terdiri atas tiga lapis.
Selain pemilihan jenis masker, masyarakat perlu memperhatikan cara pemakaiannya. Pastikan sebelum menggunakan masker, tangan sudah dibersihkan dengan cara cuci tangan ataupun menggunakan hand sanitizer.
Melepas masker juga perlu dilakukan dengan baik. Masker kain pun harus selalu diganti setelah maksimal empat jam penggunaan. Setelah digunakan, sebaiknya langsung dicuci dengan deterjen.
Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal The Lancet pada 1 Juni 2020, kemampuan masker medis atau masker bedah dinyatakan setara dengan memakai masker kain dengan 12-16 lapis. Penggunaan masker medis ini lebih efektif untuk mengurangi risiko penularan. Efektivitas penyaringan partikel ukuran 0,01 mikron berkisar 30-95 persen.
Risiko kebocoran dari paparan virus tetap bisa terjadi melalui bagian kanan dan kiri masker yang bercelah. Karena itu, masyarakat perlu memilih ukuran yang sesuai dengan bentuk wajah agar masker mampu menutup bagian hidung dan mulut dengan baik.
Namun, Budi menuturkan, masih banyak warga yang terkendala pada akses masker medis. Tidak semua orang mampu membeli masker tersebut. Apalagi, masker medis hanya bisa digunakan satu kali. Sementara kondisi pandemi ini menuntut warga untuk lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan makan bagi keluarganya.
”Pemerintah berupaya untuk selalu mengedukasi dan membagikan masker medis di titik-titik yang rentan terhadap penularan, seperti pasar. Namun, pemerintah tidak mampu jika harus memenuhi kebutuhan masker medis untuk 260 juta penduduk. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan,” tuturnya.
Masker N95
Kepala Seksi Alat Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta Jhonson Hotsar menyampaikan, pemilihan masker juga amat penting pada tenaga kesehatan yang betugas menangani Covid-19. Standar penggunaan masker respirator atau yang juga dikenal dengan masker N95 perlu dipatuhi. Masker jenis ini mampu memfiltrasi minimal 90 persen partikel di udara.
Pemilihan produk masker N95 pun perlu selektif. Pasalnya, tingginya permintaan pasar terhadap masker jenis ini turut menyebabkan tingginya masker palsu yang beredar di masyarakat. Sebelum membeli masker jenis ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain terdapat badan tersertifikasi yang menyetujui merek dagang tersebut sebagai masker respirator medis serta telah melalui uji ketahanan penetrasi cairan.
”Untuk menghindari penggunaan masker palsu, sebaiknya kita membeli masker dari distributor resmi. Jika memang ada masker bantuan yang diberikan, lebih baik diseleksi terlebih dahulu karena belum tentu itu telah teruji. Disarankan untuk menggunakan masker yang didistribusikan oleh pemerintah karena sudah teruji,” kata Jhonson.
Pemilihan masker N95 tersebut, menurut Budi, juga amat penting karena pengujian oleh tim ahli pencegahan dan pengendalian infeksi menunjukkan adanya masker dengan tingkat filtrasi tidak optimal. Dalam pengujian itu, ada lebih dari 20 produk masker N95 yang diuji. Namun, hanya delapan produk yang memiliki tingkat filtrasi lebih dari 90 persen. Bahkan, terdapat produk masker yang memiliki tingkat filtrasi kurang dari 70 persen.
”Saat ini, pengujian pada tingkat filtrasi ini masih terus dilakukan. Harapannya, dalam waktu dekat, kami bisa segera menyampaikan kepada masyarakat luas, terutama petugas kesehatan, mengenai produk masker N95 yang memiliki tingkat filtrasi tinggi,” ujarnya.