Kebakaran Hutan dan Lahan Selama 2020 Diklaim Tertangani dengan Baik
Pemerintah menyatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan pada 2020 tertangani dengan baik. Meski di tengah cuaca hujan, Indonesia kini mulai mempersiapkan antisipasi kebakaran pada 2021.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kejadian kebakaran hutan dan lahan atau karhutla selama 2020 diklaim sudah tertangani dengan baik yang ditunjukkan dari penurunan kasus dan luas areal terbakar. Tahun ini, pemerintah siap melakukan antisipasi karhutla secara lebih dini dengan arahan langsung dari Presiden Joko Widodo.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dalam konferensi pers seusai melakukan rapat koordinasi tentang rencana antisipasi penanganan karhutla di Jakarta, Selasa (9/2/2021). Rapat koordinasi tersebut juga dihadiri sejumlah menteri dan pimpinan lembaga negara terkait lainnya serta gubernur dari 15 provinsi.
”Kami bersiap jika kejadian karhutla terjadi pada 2021. Kami tadi telah melakukan rapat untuk membuat antisipasi dan akan mendapat pengarahan langsung dari Presiden pada 17 Februari. Sejak 2016, Presiden memimpin sendiri penanganan karhutla dengan membentuk satuan tugas karhutla,” ucapnya.
Penurunan ini tidak terlepas dari upaya pencegahan yang lebih masif, di antaranya dengan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna membasahi lahan gambut yang mudah terbakar.
Menurut Mahfud, berdasarkan sejarah kejadian karhutla di Indonesia, hampir setiap tahun terjadi karhutla sejak masa Orde Baru hingga kejadian terbesar pada 2015. Namun, sejak 2016 sampai saat ini, karhutla diklaim telah teratasi. Hal ini ditunjukkan dari tidak adanya kritik ataupun protes dari negara lain terhadap karhutla yang terjadi di Indonesia.
”Pada 2015, Singapura mengeluarkan undang-undang anti-kebakaran hutan yang berisi Pemerintah Singapura boleh menangkap orang Indonesia yang membakar hutan dan asapnya sampai ke Singapura. Meski undang-undang tersebut melanggar kedaulatan dan teritori negara lain, pada 2016 kita jawab dengan prestasi dengan tidak mengirimkan asap ke Singapura. Semoga selanjutnya juga seperti itu,” ucapnya.
Sebelumnya, dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, pekan lalu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyatakan, kasus karhutla sepanjang 2020 cukup tertangani dengan baik. Hal ini terlihat dari penurunan luas areal terbakar yang mencapai 82 persen dan titik panas hingga 91 persen dibandingkan dengan 2019.
Berdasarkan data SiPongi KLHK, area terbakar pada 2020 seluas 296.942 hektar dengan wilayah karhutla terluas berada di Nusa Tenggara Timur seluas 114.719 hektar. Sementara pada 2019, luas area terbakar mencapai 1,6 juta hektar dengan wilayah terluas berada di Sumatera Selatan (336.798 hektar) dan Kalimantan Tengah (317.749 hektar).
Menurut Siti, penurunan ini tidak terlepas dari upaya pencegahan yang lebih masif, di antaranya dengan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna membasahi lahan gambut yang mudah terbakar. Selain itu, dilakukan kegiatan pengembangan kesadaran hukum di desa-desa yang berpotensi menjadi sumber karhutla mulai dari pemantauan, patroli, hingga pembinaan kepada masyarakat.