Untuk Kesekian Kali, Bumi Kehilangan ”Bulan” Keduanya
Saat ini, Selasa (2/2/2021), Bumi bersiap kehilangan bulan keduanyanya untuk kesekian kali. Bulan mini kali ini dinamakan 2020 SO.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·5 menit baca
Bumi hanya memiliki satu satelit alami, yaitu Bulan (Moon). Namun, astronom mencatat Bumi pada satu waktu tertentu pernah memiliki dua bulan (moon), yaitu Bulan dan obyek lain yang tertangkap oleh gravitasi Bumi dan mengorbit Bumi. Meski demikian, obyek tambahan yang berperilaku sebagai bulan atau satelit Bumi itu akan datang dan pergi silih berganti.
Bulan kedua Bumi itu sering kali disebut sebagai minimoon atau bulan mini karena dia hanya sementara waktu mengelilingi Bumi. Pada satu masa, obyek ini akan lepas kembali dari pengaruh gravitasi Bumi dan masuk dalam tarikan gravitasi Matahari. Meskipun demikian, tetap ada peluang obyek ini tertangkap kembali oleh gaya tarik Bumi, tergantung pada karakter orbitnya.
Saat ini, Selasa (2/2/2021), Bumi bersiap kehilangan bulan keduanya untuk kesekian kali. Bulan mini kali ini dinamakan 2020 SO. Obyek ini pertama kali terdeteksi dalam survei asteroid dekat Bumi (NEA) menggunakan teleskop Pan-STARRS1 di Hawai, Amerika Serikat, pada 17 September 2020.
Ketika itu, obyek ini bergerak dengan kecepatan rendah dan lintasan obyek yang makin dekat dengan Bumi hingga diprediksi segera tertangkap gravitasi Bumi. Selain itu, para peneliti saat itu langsung memasukkannya dalam data asteroid.
Pada 8 November 2020, seperti dikutip dari Earth Sky, 28 Januari 2021, obyek ini akhirnya mengorbit Bumi. Meskipun semula disangka asteroid, baru pada 1 Desember 2020 atau sehari sebelum obyek ini mencapai titik terdekatnya dengan Bumi, yaitu pada jarak 50.000 kilomter dari Bumi atau 13 persen jarak Bumi-Bulan, peneliti memastikan bahwa bulan mini kali ini adalah sampah antariksa.
Keraguan atas obyek tersebut sebagai asteroid sebenarnya sudah muncul sejak awal karena obyek ini bergerak dengan kecepatan sangat rendah untuk ukuran asteroid, yaitu 3,025 kilometer per jam atau 0,84 kilometer per detik. Sebelum tertangkap gravitasi Bumi, obyek ini mengitari Matahari setiap 1,06 tahun sekali atau 387 hari, berbeda sedikit dengan Bumi yang membutuhkan waktu 365,25 hari.
Spektrum obyek ini juga berbeda dengan spektrum asteroid pada umumnya. Dari citra radar diperoleh petunjuk bahwa bentuk obyek 2020 SO itu memanjang dengan ukuran 6-14 meter. Karena itu, muncul dugaan obyek ini adalah benda buatan manusia yang diluncurkan dari Bumi.
”2020 SO diperkirakan merupakan roket pendorong tua, bukan asteroid, karena orbitnya mengelilingi Matahari yang hampir mirip dengan orbit Bumi. Bentuk orbitnya pun mirip, hampir berupa lingkaran dan terletak pada bidang orbit yang sama,” kata Paul Chodas, Kepala Pusat Kajian Obyek Dekat Bumi (CNEOS), Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) di California, AS, seperti dikutip CNN, 23 September 2020.
Dari penelusuran, seperti dikutip Space, 16 Desember 2020, sampah itu merupakan bagian atas dari roket pendorong Atlas LV-3C Centaur-D yang hilang dan digunakan NASA dalam misi Surveyor 2 pada 1966. Misi ini akhirnya gagal dan wahana antariksa yang dikirim diperkirakan jatuh di permukaan Bulan.
2020 SO diperkirakan merupakan roket pendorong tua, bukan asteroid, karena orbitnya mengelilingi Matahari yang hampir mirip dengan orbit Bumi.
Bulan mini 2020 SO itu akan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi kembali pada Selasa (2/2/2021), tetapi pada jarak yang lebih jauh, yaitu 220.000 kilometer dari Bumi atau 58 persen jarak Bumi-Bulan. Setelah itu, 2020 SO akan menjauh dari Bumi dan diperkirakan lepas dari gravitasi Bumi pada Maret 2021. Selanjutnya, obyek ini akan kembali mengitari Matahari. Saat itulah, 2020 SO tak akan lagi disebut bulan mini.
Bukan pertama
2020 SO bukanlah obyek antariksa pertama yang tertangkap gravitasi Bumi dan menjadi bulan mini. Sebelumnya, Bumi pernah memiliki dua bulan mini lainnya, yaitu 2006 RH120 yang mengorbit Bumi antara tahun 2006 dan 2007 serta 2020 CD3 yang mengelilingi Bumi antara tahun 2018 dan 2020.
Kedua bulan mini sebelum 2020 SO itu adalah asteroid. Lingkungan antariksa di sekeliling Bumi dipenuhi asteroid-asteroid berbagai ukuran yang bergerak mengitari Matahari. Namun, kadang kala, mereka terjerat gravitasi Bumi hingga akhirnya menjadi bulan mini.
Dikutip dari Earth Sky, 22 Juli 2014, bulan mini 2006 RH120 adalah asteroid dekat Bumi (NEA) yang berdiameter 5 meter. Semula, obyek ini diduga sebagai roket tingkat tinga dari roket peluncur Saturn S-IVB yang digunakan dalam misi Apollo 12, tetapi analisis lebih lanjut menunjukkan obyek ini adalah asteroid.
Bulan mini 2006 RH120 itu akhirnya lepas dari gravitasi Bumi setelah 13 bulan sejak ditemukan dan melanjutkan perjalanannya mengitari Matahari. Meskipun demikian, dalam abad ke-21 ini, asteroid ini diprediksi kembali mendekati Bumi dan bisa tertangkap gravitasi Bumi kembali.
Sementara itu, 2020 CD3 ukurannya hanya 0,9 meter. Tingkat kecerlangan obyek ini juga hanya mencapai magnitudo 20. Makin besar magnitudo benda langit, artinya benda tersebut makin gelap dan sulit diamati. Mata manusia dalam kondisi sempurna dan langit yang sangat gelap hanya mampu mendeteksi benda langit dengan magnitudo maksimal 6. Kecerlangan obyek yang sangat kecil itu membuat asteroid ini hanya bisa diamati dengan teleskop besar.
Dimensinya yang sangat kecil juga membuat penemuan bulan mini dari asteroid sekecil itu jarang terjadi. Selain itu, 2020 CD3 juga memiliki orbit yang rumit. Jarak obyek ini terhadap Bumi memiliki rentang sangat lebar, yaitu antara 0,2 dan 4,5 jarak rata-rata Bumi-Bulan, sedangkan jarak rata-rata Bumi-Bulan adalah 384.000 kilometer.
Kesalahan menebak sampah antariksa sebagai asteroid juga bukan kali ini saja terjadi. Pada Oktober 2015, obyek yang dinamai WT1190F terdeteksi mendekati Bumi. Analisis terhadap lintasan obyek menghasilkan perkiraan bahwa obyek itu akan memasuki atmosfer Bumi di atas Samudra Hindia, di dekat Sri Lanka.
Saat WT1190F memasuki atmofer Bumi pada 13 November 2020, ilmuwan menganalisis kembali cahaya spektrum obyek tersebut. Hasilnya diyakini bahwa obyek itu ialah sampah antariksa yang kembali ke Bumi. Sampah antariksa itu diperkirakan berupa komponen pesawat ruang angkasa atau bagian bekas roket.
Lingkungan Bumi memang tidak hanya dipenuhi asteroid kecil, tetapi juga sampah antariksa sisa-sisa teknologi manusia yang digunakan untuk menguak dan menjelajahi antariksa. Mereka bisa terjebak dalam gravitasi Bumi dan mengorbit Bumi hingga menjadi bulan mini, tetapi juga bisa masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar hingga menjadi meteor atau bintang jatuh.