Ahli Ragukan Batu yang Jatuh di Lampung Tengah adalah Meteorit
Warga Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, dihebohkan dengan fenomena jatuhnya sebongkah batu, Kamis (28/1/2021) pukul 22.00. Ahli meragukan batu itu adalah meteorit.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Warga Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, dihebohkan dengan fenomena jatuhnya sebongkah batu berdiamater sekitar 25 sentimeter, Kamis (28/1/2021) pukul 22.00. Para ahli meragukan batu itu berasal dari luar angkasa.
Camat Punggur Priyadi mengatakan, batu itu jatuh di samping rumah salah satu warga di Dusun 5 Mulyodadi, Desa Astomulyo, Kamis malam. Jatuhnya batu itu sempat membuat sejumlah genteng rumah warga berjatuhan.
”Menurut keterangan pemilik rumah, awalnya ada suara gemuruh seperti petir. Lalu genteng rumah berjatuhan dan batu jatuh di samping rumahnya,” kata Priyadi.
Dia menjelaskan, warga sekitar rumah itu tidak mendengar suara dentuman keras. Namun, sejumlah warga di Kota Bandar Jaya, berjarak 20 kilometer dari Punggur, mengatakan, mendengar suara dentuman di saat yang bersamaan.
Menurut dia, fenomena jatuhnya batu itu sempat memicu kerumuman warga. Puluhan warga datang untuk memotret dan mengambil video. Untuk itu, pihaknya meminta pemilik rumah menyimpan benda asing itu. Aparat juga membubarkan warga yang berkerumun.
Heri Pramono (35), warga Kecamatan Talang Padang, Tanggamus, berjarak 100 km dari Punggur, juga mengatakan, suara dentuman terdengar cukup keras sekitar pukul 22.00. Kerasnya dentuman juga sempat membuat kaca rumah warga bergetar.
Saat dikonfirmasi, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin mengatakan, dari foto batu yang diunggah warga, dia meragukan foto tersebut adalah meteorit. Menurut dia, diperlukan penelitian lebih jauh untuk memastikan asal benda asing tersebut.
Terkait suara dentuman yang didengar warga di sejumlah kabupaten di Lampung, katanya, juga diperlukan data dukung seperti seismograf Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) atau meteor besar untuk mengidentifikasi sumber suara dentuman itu. Tanpa itu, peneiliti akan sulit mengindentifikasi dari mana asal suara tersebut.
Pengamat Meteorologi dan Geofisika di BMKG Kegempaan Lampung Rudianto menuturkan, hingga kini, belum dapat memastikan sumber dentuman tersebut. Menurut dia, tidak ada data seismograf yang terekam pada sistem BMKG. Kendati begitu, dia memastikan tidak ada gempa yang mengguncang Lampung pada jam tersebut.
Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan di Institut Teknologi Sumatera, Robiatul Muztaba, mengatakan, akan mengambil sampel batu untuk mengidentifikasi kandungan benda asing itu di laboratorium. Hal itu diperlukan untuk memastikan asal batu tersebut.
Menurut dia, siklus hujan meteor memang terjadi sepanjang Januari 2021. Puncak hujan meteor terjadi pada 3-4 Januari 2021. Kendati begitu, dari gambar yang beredar di masyarakat, Robiatul masih meragukan bahwa batu itu merupakan meteorit karena ciri-ciri fisiknya mirip seperti batu yang berada di Bumi.