Ekonomi Sirkular dapat Kurangi Limbah Hingga 52 Persen
Penerapan konsep ekonomi sirkular di lima sektor industri menjadi fokus pemerintah dalam mengurangi volume sampah. Dengan pendekatan ini, pembangunan rendah karbon bisa dicapai tanpa mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Penerapan ekonomi sirkular dapat mengurangi volume limbah 18-52 persen dibandingkan skenario dasar atau business as usual pada 2030. Karena itu, implementasi konsep ekonomi sirkular di lima sektor industri terus didorong untuk mendukung pencapaian pembangunan rendah karbon.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan, pemerintah menyadari perlunya perencanaan kebijakan yang adaptif dan berkelanjutan bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Pendekatan kebijakan yang saat ini diterapkan juga dinilai sudah tidak relevan untuk mengatasi masalah ekonomi dan sosial secara bersamaan.
“Memasuki satu dekade menuju pemenuhan target pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030, Indonesia mulai mengadopsi konsep ekonomi sirkular sebagai salah satu upaya mendukung strategi ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon,” ujarnya dalam webinar bertajuk “Ekonomi Sirkular untuk Mendukung Ekonomi Hijau dan Pembangunan Rendah Karbon”, di Jakarta, Senin (25/1/2021).
Menurut Suharso, Bappenas bekerja sama dengan pemerintah Denmark dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) telah menyusun studi yang bertujuan menganalisis potensi ekonomi sosial dan lingkungan dari ekonomi sirkular di Indonesia. Hasil studi itu menunjukkan, peran ekonomi sirkular amat penting untuk meningkatkan resiliensi dan manfaat jangka panjang.
“Studi ini merupakan milestone (rangkaian) awal untuk mempercepat proses transisi Indonesia menuju ekonomis sirkular serta menjadi modal awal penyusunan rencana aksi nasional ekonomi sirkular. Rangkaian proses ini nantinya mendorong ekonomi sirkular sebagai salah satu prioritas pembangunan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun 2025-2029,” tuturnya.
Lima sektor industri
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto mengemukakan, dalam studi Bappenas dengan pemerintah Denmark dan UNDP, analisis potensi ekonomi sirkular difokuskan pada lima sektor industri dengan sejumlah kriteria. Dari hasil studi, lima sektor industri prioritas yang terpilih yakni makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, ritel yang fokus pada kemasan plastik, dan elektronik.
Indonesia mulai mengadopsi konsep ekonomi sirkular sebagai salah satu upaya mendukung strategi ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon.
Lima sektor itu dipilih karena berpotensi menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan seiring dengan kemajuan jaman dan bertambahnya jumlah penduduk. Penerapan ekonomi sirkular pada lima sektor ini menurut Arifin dapat berdampak signifikan dalam mengurangi limbah sebesar 18-52 persen dibandingkan dengan skenario dasar atau business as usual pada 2030.
Selain itu, penerapan ekonomi sirkular pada lima sektor prioritas tersebut berpotensi menghasilkan tambahan produk domestik bruto secara keseluruhan Rp 593 triliun-642 triliun, menciptakan 4,4 juta lapangan pekerjaan baru sampai 2030, dan penurunan emisi 126 juta ton karbondioksida ekuivalen pada 2030.
Meski demikian, ekonomi sirkular lebih dari sekadar pengelolaan sampah. Namun, kata Arifin, ekonomi sirkular juga mencakup keeluruhan proses produksi, distribusi, dan konsumsi dari hulu hingga hilir rantai pasok.
Direktur Pelaksana Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan untuk Bank Dunia, Mari Elka Pangestu mengatakan, praktik internasional terbaik untuk menuju ekonomi hijau yaitu mengintegrasikan perubahan iklim sebagai bagian dari perencanaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perlu ada perencanaan anggaran eksternalitas negatif yang disebabkan emisi gas rumah kaca dengan solusi berbasis alam.
“Hanya dengan pendekatan tersebut, kita dapat menunjukkan kegiatan pembangunan rendah karbon bisa dicapai tanpa mengurangi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Indonesia perlu diapresiasi karena telah mengadposi penguatan ekonomi sirkular dan pembangunan rendah karbon ke dalam RPJMN 2020-2024,” ungkapnya.