Bisa ular kobra sangat beracun bagi manusia dan hewan mamalia, tetapi mungkin tidak banyak yang tahu beberapa jenis ular tertentu tahan terhadap bisa ular kobra.
Oleh
Subur Tjahjono
·2 menit baca
Bisa ular kobra sangat beracun bagi manusia dan hewan mamalia, tetapi mungkin tidak banyak yang tahu beberapa jenis ular tertentu tahan terhadap bisa ular kobra. Penelitian di Universitas Queensland menunjukkan, ular mengembangkan teknik mutasi genetik yang bekerjanya seperti magnet untuk dapat tahan terhadap bisa kobra.
Penelitian berjudul “Resistensi Elektrostatik Terhadap Alfa-Neurotoksin yang Diberikan Oleh Mutasi Pembalikan Muatan pada Reseptor Asetilkolin Nikotinat. Laporan penelitian dimuat dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences yang juga dipublikasikan Science Daily, 15 Januari 2021.
Penelitian dilakukan Richard J Harris dan Bryan G Fry dari Universitas Queensland, Australia. Mereka bereksperimen dengan bisa beku dari Laboratorium Evolusi Bisa Universitas Queensland yang sudah ada sebelumnya.
”Singkatnya, kami telah mendokumentasikan, untuk pertama kalinya, bentuk baru resistensi terhadap neurotoksin bisa ular yang didorong oleh penggantian asam amino bermuatan negatif leluhur dengan asam amino lisin (K) bermuatan positif di dalam situs ortosterik α-1 reseptor asetilkolin nikotinat,” tulis Richard J Harris dan Bryan G Fry dalam kesimpulan penelitiannya di jurnal.
Mereka menjelaskan secara teknis, situs ortosterik α-1 bermuatan negatif memberikan tekanan seleksi untuk evolusi neurotoksin bisa ular dengan permukaan molekul bermuatan positif yang memfasilitasi pengikatan melalui interaksi muatan berlawanan. Jadi, mutasi yang menghasilkan pembalikan muatan, dengan situs ortosterik α-1 sekarang memiliki muatan positif bersih, secara elektrostatis menolak neurotoksin bermuatan positif.
Bryan Fry menganalogikan, teknik yang rumit ini bekerja dengan cara yang mirip dengan cara dua sisi magnet saling tolak. Sasaran neurotoksin atau racun saraf bisa ular adalah reseptor saraf yang bermuatan sangat negatif. Hal ini menyebabkan neurotoksin berevolusi dengan permukaan bermuatan positif sehingga membimbing mereka ke target neurologis untuk menghasilkan kelumpuhan.
”Tetapi beberapa ular telah berevolusi untuk menggantikan asam amino yang bermuatan negatif pada reseptornya dengan yang bermuatan positif, yang berarti racun saraf tersebut ditolak. Ini adalah mutasi genetik yang inventif,” Bryan Fry seperti dikutip Science Daily.
Mereka menunjukkan bahwa sifat ini telah berevolusi setidaknya 10 kali pada spesies ular yang berbeda, seperti piton birma dan ular mol afrika selatan.
”Tetapi, ular sanca asia yang hidup di pohon saat masih bayi dan ular sanca australia yang tidak hidup berdampingan dengan ular pemakan ular neurotoksik tidak memiliki ketahanan ini,” kata Bryan Fry.
Studi yang mendokumentasikan bentuk-bentuk baru resistensi terhadap neurotoksin bisa ular ini memberikan landasan yang sangat baik untuk membangun teori evolusi yang lebih luas.