Produktivitas gempa susulan Majene terpantau rendah. Padahal, stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut. Masyarakat diimbau tetap waspada.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi susulan terus terjadi di Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat, tetapi frekuensinya cenderung rendah jika dibandingkan dengan kekuatan gempa yang terjadi sebelumnya. Masyarakat diminta tetap mewaspadai risiko gempa bumi susulan, mengingat banyak bangunan yang sudah rusak akibat gempa sebelumnya.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, hingga Sabtu (16/1/2021), telah terjadi gempa bumi 32 kali di Majene dan Mamuju sejak gempa pembuka berkekuatan magnitudo (M) 5,9 pada Kamis (14/1/2021), sebelum kemudian terjadi gempa berkekuatan M 6,2 pada Jumat (15/1/2021).
Pada Sabtu (16/1/2021) pukul 06.32 WIB, kembali terjadi gempa dengan kekuatan M 4,8 yang melanda Majene dan Mamuju. Episenter gempa terletak di darat pada jarak 29 kilometer arah tenggara Kota Mamuju. Pusat gempa ini sedikit bergeser ke utara dari kluster seismisitas yang sudah terpetakan sebelumnya.
Jika mencermati aktivitas gempa Majene saat ini, produktivitas gempa susulannya sangat rendah. Padahal, stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut sehingga gempa-gempa kecil pun akan dapat terekam dengan baik. Namun, hasil pemantauan BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan (lack of aftershocks). (Daryono)
”Jika mencermati aktivitas gempa Majene saat ini, produktivitas gempa susulannya sangat rendah. Padahal, stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut sehingga gempa-gempa kecil pun akan dapat terekam dengan baik. Namun, hasil pemantauan BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan (lack of aftershocks),” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Menurut Daryono, fenomena ini kurang lazim karena gempa kuat di kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan magnitudo 6,2 biasanya diikuti banyak aktivitas gempa susulan.
”Jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan,” katanya.
Daryono mengatakan, fenomena rendahnya produksi gempa susulan ini memiliki dua kemungkinan. Pertama, terjadi proses disipasi, yaitu medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.
Namun, kemungkinan kedua, minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan. ”Fenomena ini membuat kita harus lebih waspada untuk mengantisipasi yang terburuk, terutama banyak bangunan yang sudah rusak karena gempa sebelumnya,” katanya.
Jalur darat
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, dari lokasi bencana, mengatakan, status darurat bencana gempa bumi telah ditetapkan hingga dua pekan ke depan. ”Pemerintah Sulawesi Barat telah menetapkan status darurat bencana. Durasi ini bisa berlangsung lebih lama, tergantung dari kondisi lapangan. Tahap pertama, satu-dua minggu ini kita harapkan status darurat bisa optimalkan. Seluruh komponen kekuatan yang ada bisa diberdayakan,” ucap Doni.
Kepala Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB Bambang Surya Putra mengatakan, salah satu fokus penanganan saat ini adalah memulihkan kembali jalan darat yang menghubungkan Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju. Sebelumnya, jalur poros Majene-Mamuju lumpuh setelah tertimbun longsor di tiga titik.
”Alhamdulillah jalur Majene-Mamuju sekarang sudah tembus,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan laporan Pusdalops BNPB, gempa bumi Sulbar menewaskan sedikitnya 46 orang. Di Kabupaten Majene, 9 orang meninggal, 12 orang luka berat, dan lebih kurang 200 orang luka sedang, 425 orang luka ringan, dan 15.000 orang lainnya terpaksa mengungsi. Sedangkan di Kabupaten Mamuju, 37 orang meninggal, 189 orang luka, dan terdapat 5 titik pengungsian di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro.