Beberapa hari terakhir, terus beredar ajakan untuk menceraikan aplikasi percakapan terpopuler Whatsapp, berpindah ke aplikasi alternatif. Mengapa?
Oleh
Prasetyo Eko Prihananto
·5 menit baca
”Let\'s switch to Signal: Monggo,” demikian status salah satu rekan di akun Whatsapp-nya, disertai tautan untuk mengunduh aplikasi Signal. Beberapa hari terakhir, ajakan untuk menceraikan aplikasi percakapan terpopuler, Whatsapp, untuk berpindah ke aplikasi alternatif memang terus mengalir. Mengapa?
Hal itu tak lepas dari keputusan Whatsapp dengan kebijakan privasi terbarunya. Ketentuan privasi baru aplikasi yang dimiliki oleh Facebook itu menyatakan, mereka berhak untuk membagikan data pengguna, termasuk lokasi dan nomor telepon, dengan perusahaan induknya, Facebook Inc, dan unit aplikasi lain, seperti Instagram dan Messenger, demikian dikutip dari Reuters.
Ketentuan itu mulai berlaku 8 Februari mendatang. Pengguna wajib menyetujui kebijakan privasi itu jika masih terus ingin menggunakan Whatsapp untuk perpesanan atau percakapan.
Para aktivis privasi mempertanyakan langkah tersebut, merujuk pada rekam jejak Facebook dalam menangani data penggunanya. Mereka menyarankan pengguna untuk bermigrasi ke platform lain yang lebih menghormati privasi, seperti Telegram dan Signal.
Data dan privasi pengguna memang menjadi isu penting saat ini. Sejumlah tokoh dengan pengikut media sosial besar pun kemudian menyarankan pengikutnya untuk hengkang dari Whatsapp. Di antaranya adalah Elon Musk, pendiri Tesla, SpaceX, dan Paypal, yang memiliki sekitar 42 juta pengikut di Twitter.
Melalui akun Twitter-nya, dia menyarankan pengikutnya agar pindah ke aplikasi percakapan Signal. ”Use signal,” demikian cuitan singkat Musk pada 7 Januari lalu. Cuitan tersebut lantas di-retweet oleh CEO Twitter Jack Dorsey. Pengguna baru aplikasi perpesanan Signal pun melonjak.
Kini, jumlah pengguna baru yang mengunduh Signal hampir mencapai sejuta per hari. Misalnya, pada hari Minggu lalu, 810.000 pengguna secara global menginstal Signal.
Jumlah itu hampir 18 kali lipat dibandingkan dengan jumlah unduhan empat hari sebelumnya, Rabu, 6 Januari, hari saat WhatsApp memperbarui persyaratan privasinya, menurut data dari firma riset Apptopia.
Sementara dari data Sensor Tower, unduhan baru aplikasi Signal secara global mencapai 7,5 juta di Apple App Store dan Google Play antara 6 Januari dan 10 Januari. Itu artinya, jumlah unduhan melonjak 43 kali dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Bahkan, akibat begitu membeludaknya pengguna baru, server Signal sempat kewalahan. Untuk mengatasi melonjaknya pengguna baru, Signal mengatakan telah menambahkan jumlah server untuk menangani lalu lintas percakapan yang meroket.
Sebaliknya, unduhan harian atau pengguna baru Whatsapp mengalami penurunan hingga 7 persen. Meskipun demikian, dari data Apptopia, aplikasi ini masih diunduh lebih dari 1,2 juta pengguna pada 10 Januari lalu.
Hingga saat ini, Signal yang merupakan aplikasi nirlaba banyak digunakan oleh jurnalis dan aktivis hak asasi manusia yang mencari mode komunikasi yang aman dan terenkripsi.
Mengapa Signal? Aplikasi ini adalah aplikasi gratis, seperti juga WhatsApp, yang menyediakan layanan perpesanan, panggilan suara, dan obrolan video, yang terenkripsi ujung-ke-ujung.
Enkripsi ujung-ke-ujung penjelasannya sederhana: tidak seperti aplikasi perpesanan SMS biasa, enkripsi mengacak pesan pengguna sebelum mengirimnya dan hanya mengembalikannya hingga bisa dibaca oleh penerima yang terverifikasi. Hal ini mencegah siapa pun, mulai dari penegak hukum, operator seluler, dan entitas pengintai lainnya untuk dapat membaca konten, bahkan saat pesan itu berhasil dicegat.
Dan yang terbaik bagi para pengguna yang peduli dengan data pribadinya, Signal hampir sama sekali tidak mengumpulkan data penggunanya. Satu-satunya informasi yang pengguna berikan adalah nomor telepon. Bahkan, aplikasi ini sedang berupaya untuk memisahkan nomor telepon dari penggunaan Signal dengan membuat server kontak terenkripsi.
Alasan mengapa Signal tidak mengumpulkan data adalah karena aplikasi ini dijalankan oleh organisasi nirlaba, bukan perusahaan yang mencari untung. Tidak ada iklan, jadi tidak ada insentif untuk melacak atau mengumpulkan data pengguna.
Aplikasi Signal dijalankan oleh lembaga nirlaba Signal Foundation yang diluncurkan pada 2018 dengan bantuan salah satu pendiri Whatsapp, Brian Acton, yang meninggalkan Whatsapp dan Facebook pada tahun sebelumnya.
Mengutip CNN, Acton mengatakan dalam pernyataan tahun 2018 saat mengumumkan peluncuran yayasan, Signal bertujuan untuk membangun ”teknologi berkelanjutan yang menghormati pengguna dan tidak bergantung pada komodifikasi data pribadi.”
Aplikasi perpesanan lain yang kebanjiran pengguna baru adalah Telegram. Dikutip dari AFP, Telegram mengalami peningkatan jumlah pengunduh atau pengguna baru hingga 500 persen. Dalam 72 jam terakhir, Telegram mencatatkan 25 juta pengguna baru, menurut pendirinya, Pavel Durov. Hal itu membuat pengguna aplikasi tersebut mencapai lebih dari 500 juta secara global.
Menurut Durov, kesadaran mengenai pentingnya privasi membuat pengguna aplikasinya melonjak. ”Orang tidak lagi ingin menukar privasi mereka dengan layanan gratis,” kata Durov tanpa merujuk langsung ke aplikasi saingannya.
Durov mengatakan, Telegram telah menjadi tempat ”perlindungan” bagi mereka yang mencari platform komunikasi pribadi dan aman. Ia meyakinkan pengguna baru bahwa mereka ”mengambil tanggung jawab ini dengan sangat serius.”
Jumlah pengguna Telegram ataupun Signal masih kalah jauh dibandingkan dengan Whatsapp yang diperkirakan memiliki 2 miliar pengguna di seluruh dunia. Belum bisa dipastikan berapa jumlah pengguna yang hengkang dari Whatsapp karena kebijakan privasi mereka.
Eksodus tersebut memaksa Whatsapp, Selasa (12/1/2021), mengeluarkan pernyataan untuk meyakinkan pengguna terkait kebijakan penggunaan data dan privasinya. ”Ada ’banyak informasi yang salah’ tentang pembaruan persyaratan layanan mengenai opsi menggunakan Whatsapp untuk mengirim pesan ke bisnis,” kata eksekutif Facebook Adam Mosseri, dalam sebuah cuitan.
”Pembaruan kebijakan tidak memengaruhi privasi pesan Anda dengan teman atau keluarga dengan cara apa pun,” kata Mosseri.
Menurut pernyataan Whatsapp, mereka tidak melihat pesan pribadi atau mendengar percakapan pengguna karena semua terenkripsi. ”Kami tidak dapat melihat pesan pribadi Anda atau mendengar panggilan Anda, begitu pula Facebook,” kata Whatsapp. ”Kami tidak menyimpan catatan tentang siapa yang mengirim pesan atau menelepon setiap orang. Kami tidak dapat melihat lokasi yang Anda bagikan dan begitu pula Facebook.”
Tidak mudah memang berpindah ke aplikasi alternatif karena harus meyakinkan orang lain, seperti orangtua, saudara, sahabat, dan rekan kerja, untuk juga menceraikan Whatsapp atau memakai aplikasi alternatif yang sama. Sekarang, pilihan ada di tangan pengguna. Setuju dengan kebijakan privasi Whatsapp atau eksodus ramai-ramai....