Rentetan gempa bumi melanda tiga perairan di wilayah Indonesia pada Kamis (7/1/2021) pagi. Gempa ini tidak saling berkaitan, tetapi menjadi peringatan aktifnya zona kegempaan dari sejumlah segmen yang harus diwaspadai.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rentetan gempa bumi melanda tiga perairan di wilayah Indonesia pada Kamis (7/1/2021) pagi. Gempa ini tidak saling berkaitan, tetapi menjadi peringatan aktifnya zona kegempaan dari sejumlah segmen yang harus diwaspadai. Apalagi, situasi saat ini masih terjadi pandemi Covid-19 sehingga bakal menyulitkan pengungsian.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa pertama terjadi di Bengkulu pada 00.28 WIB berkekuatan M 5,7. Berikutnya, pada pukul 03.59 terjadi gempa bumi berkekuatan M 6,2 di Teluk Tomini, dan pada pukul 08.27 terjadi gempa berkekuatan M 5 di Sabang, Aceh.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno menyebutkan, gempa yang mengguncang Kota Bengkulu episenternya terletak pada koordinat 4,44 Lintang Selatan dan 102,51 Bujur Timur (BT) atau berada di bawah laut pada jarak 40 km arah Selatan Kota Tais, Kabupaten Seluma, Bengkulu, pada kedalaman 64 km.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tdiak berpotensi tsunami.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tdiak berpotensi tsunami,” tuturnya.
Sementara gempa bumi di Teluk Tomoni, menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono terletak pada koordinat 0,04 LS dan 123,03 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 70 km arah selatan Kota Gorontalo pada kedalaman 148 km. Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini termasuk kategori menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Laut Sulawesi.
”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik. Namun, karena kekuatannya dinilai tidak signifikan, gempa tidak diikuti tsunami,” kata Daryono.
Gempa ini, menurut Daryono, menimbulkan guncangan yang dirasakan di daerah Gorontalo, Luwuk, Morowali, dan Boroko Bolaang Mongondow dengan skala II-III MMI (modified mercalli intensity), yaitu setara dengan getaran seakan-akan truk berlalu.
Berikutnya, gempa yang melanda Aceh, menurut Dartono, terjadi pada koordinat 6,32 LU dan 94,10 BT atau sekitar 143 km arah barat laut Kota Sabang. Hiposenter gempa berada pada kedalaman 73 km.
Daryono mengatakan, ketiga gempa ini berasal dari sumber dan segmen yang berbeda, yang tidak menunjukkan adanya kaitan langsung. Meski demikian, rentetan gempa ini perlu mendapat perhatian, terutama karena saat ini juga tengah terjadi pandemi. Gempa besar yang merusak dikhawatikan bakal menyulitkan proses evakuasi dan pengungsian.