Keberhasilan pesawat N219 meraih Sertifikat Tipe mendorong bergeraknya industri penerbangan Indonesia. Pelaku industri pun berharap peta jalan dan ekosistem industri penerbangan segera terbentuk.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberhasilan pesawat N219 meraih Sertifikat Tipe mendorong bergeraknya industri penerbangan Indonesia. Sejumlah riset pesawat lain digagas. Pelaku industri pun berharap peta jalan dan ekosistem industri penerbangan segera terbentuk hingga cita-cita menjadikan inovasi sebagai penghela pertumbuhan ekonomi bisa diwujudkan.
”Penyerahan Sertifikat Tipe (TC) bagi pesawat N219 ini adalah sejarah bahwa anak bangsa mampu membangun produk yang membanggakan dan menjadi motor pengembangan kedirgantaraan Indonesia,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam pembukaan Aerosummit 2020 di Jakarta, Senin (28/12/2020).
Sertifikat Tipe (TC) bagi pesawat N219 itu dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sertifikat ini menunjukkan pesawat N219 yang diuji sudah sesuai dengan desain dan aman diterbangkan. Dengan diperolehnya sertifikat tersebut, produksi massal N219 sudah bisa dilakukan.
”Ini akan menjadi titik awal kebangkitan PTDI,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Elfien Guntoro.
N219 adalah pesawat pertama buatan Indonesia yang menyelesaikan proses sertifikasi. Sertifikasi dilakukan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kemhub selama hampir tujuh tahun atau sejak 2014 ketika desain pesawat dikembangkan PTDI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). N219 juga jadi pesawat pertama yang disertifikasi DKUPPU secara penuh, tanpa bantuan otoritas negara lain.
Untuk mendukung proses uji, lanjut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, dibuat empat purwarupa pesawat, yaitu dua pesawat untuk menjalani uji terbang dan dua pesawat lain untuk uji di darat. Selama uji di udara, dua purwarupa N219 telah menyelesaikan 393 putaran terbang dengan total waktu terbang sebanyak 451 jam.
Kesuksesan N219 meraih TC itu menginspirasi pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan dan industri untuk terus mengembangkan riset pesawat lainnya ataupun pesawat tanpa awak. ”Lahirnya N219 adalah bukti pola
triple helix (dalam sistem inovasi) berjalan mulus,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro.
Hingga 2024, pemerintah telah menetapkan pengembangan pesawat N219 Amfibi, N245, dan R80 sebagai prioritas riset nasional. N219 Amfibi adalah pengembangan dari N219, tetapi mampu lepas landas dan mendarat di perairan. Pesawat N245 dikembangkan dari CN235 untuk pesawat angkut dengan kapasitas 50 penumpang, sedangkan R80 pesawat baling-baling berkapasitas 80 penumpang.
Pengembangan berbagai jenis pesawat itu untuk memenuhi kebutuhan Indonesia yang berpulau-pulau, membuka konektivitas daerah terpencil, terluar, dan terdepan, serta pengembangan pariwisata bahari. Namun pengembangan itu tidak boleh mengabaikan tren industri pesawat global hingga pengembangan pesawat kargo tanpa awak atau cargo drone juga dilakukan.
Mulai tahun depan, PTDI akan memproduksi N219 dengan kapasitas awal produksi sebanyak empat pesawat per tahun dan akan terus ditingkatkan. Pemerintah Provinsi Aceh menjadi operator pertama pesawat N219. Pemerintah provinsi lain juga sudah memesan. Kemenhub pun sudah menyatakan minatnya untuk membeli N219 untuk dijadikan pesawat kalibrasi.
”N219 dirancang multiguna, selain sebagi pesawat angkut, juga bisa jadi pesawat kargo, evakuasi medik, hingga pesawat militer,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Gita Amperiawan.
Saat ini, tingkat kandungan dalam negeri N219 mencapai 44,69 persen. Peluang meningkatkan kandungan dalam negeri N219 hingga 55-60 persen terbuka lebar, khususnya untuk memenuhi kebutuhan interior pesawat, seperti kursi atau karpet pesawat.
Komponen itu bisa dipenuhi oleh industri lokal setelah mereka disertifikasi. Untuk mendukung sertifikasi komponen lokal itu, pemerintah sedang membangun laboratorium uji di kompeks Pusat Teknologi Penerbangan, Lapan, Rumpin, Bogor.
Selain itu, pemerintah bersama peneliti, perekayasa, dan industri dirgantara sedang menyusun peta jalan industri penerbangan Indonesia hingga 2045. Untuk mengawal peta jalan itu diperlukan adanya komite tingkat tinggi yang memastikan setiap rencana dijalankan oleh semua pihak, termasuk mendorong berkembangan industri komponen lokal. Komite ini akan menggantikan peran Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional yang sudah dibubarkan.
Thomas menambahkan, seiring pengembangan N219, industri komponen pesawat lokal ataupun perekayasa pesawat Indonesia bergeliat. N219 dipandang sebagai sarana yang bisa menyatukan kembali perekayasa pesawat Indonesia yang kini tersebar di banyak negara pascakandasnya proyek pesawat N250. N219 juga jadi peluang bagi tumbuh dan berkembangnya industri kecil dan usaha rintisan teknologi dirgantara Indonesia.
Jika peta jalan industri penerbangan Indonesia itu bisa diwujudukan, Bambang optimistis industri penerbangan Indonesia mampu menyumbang 3,6 persen produk domestik bruto Indonesia pada 2045. Pada saat itu, Indonesia ditargetkan menjadi kekuatan ekonomi dunia kelima. Dengan demikian, cita-cita untuk menjadikan inovasi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi bisa diwujudkan.