Fenomena cuaca La Nina tahun ini yang menjadikancuaca cenderung basah tak mampu menahan laju penghangatan bumi. Bahkan, di antara La Nina, tahun 2020 ini diprediksi menjadi yang terhangat.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peristiwa La Nina yang lazimnya mendinginkan bumi tak mampu mengerem laju pemanasan global. Tahun 2020 ini tetap di jalur untuk menjadi salah satu dari tiga rekor tahun terpanas dan menggenapi satu dekade terpanas.
”La Nina, yang seharusnya bisa mendinginkan bumi, tak lagi mampu menandingi terus memanasnya suhu global dalam dekade terakhir. Bahkan, di antara La Nina, tahun 2020 ini diprediksi menjadi yang terhangat,” kata peneliti iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Siswanto, Senin (28/12/2020).
Anomali pemanasan selama La Nina ini, menurut Siswanto, kemungkinan besar akan menyebabkan kondisi yang lebih kering dari biasanya di Afrika timur yang kemudian dapat memengaruhi ketahanan pangan di wilayah tersebut. Sementara itu, di sebagian besar wilayah di Australia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berdampak pada peningkatan curah hujan dan bertambahnya jumlah badai tropis.
Dengan kondisi ini, menurut Siswanto, tahun 2021 diprediksi lebih basah dibandingkan dengan tahun 2020. ”Selain adanya La Nina, ini juga karena perubahan iklim. Akan tetapi, khusus untuk Jakarta dan sekitarnya, Desember-Maret akan lebih kering dibandingkan biasanya. Ini umumnya memang terjadi di Jakarta selama La Nina. Daerah yang lebih basah, terutama di Indonesia bagian timur, khususnya Nusa Tenggara,” ujarnya.
Tahun terpanas
Menurut laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), 10 bulan pertama tahun ini (hingga akhir Oktober) yang terhangat kedua setelah 2016. Pemanasan ternyata berlanjut selama November 2020, saat La Nina menguat.
Berdasarkan laporan bulanan dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa, Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS (NOAA), Institut Studi Luar Angkasa Goddard NASA, dan Badan Meteorologi Jepang, suhu bumi di bulan November ini merupakan yang terhangat yang pernah tercatat.
Laporan NOAA menyebutkan, bulan November ditandai dengan suhu yang lebih hangat dari rata-rata di sebagian besar dunia dengan suhu hangat yang paling mencolok terjadi di Alaska barat dan utara; sebagian besar wilayah AS, Eropa utara, Asia utara, Australia; dan lainnya dengan peningkatan suhu setidaknya 3,0 derajat celsius dibandingkan rata-rata tahunannya.
Secara keseluruhan, sekitar 6,74 persen daratan dan permukaan laut dunia memiliki rekor suhu hangat pada November yang merupakan persentase tertinggi keempat di November sejak pencatatan dimulai pada 1951.
”Rekor tahun-tahun hangat biasanya bertepatan dengan peristiwa El Nino yang kuat, seperti yang terjadi pada 2016. Sekarang kita mengalami La Nina yang memiliki efek pendinginan pada suhu global, tetapi belum cukup untuk mengerem panas tahun ini. Terlepas dari kondisi La Nina saat ini, tahun ini telah menunjukkan rekor panas mendekati rekor sebelumnya tahun 2016,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Pateri Taalas.
Taalas menyebutkan, sejak tahun 1980-an, setiap dekade menjadi lebih hangat daripada yang sebelumnya. Tren itu diperkirakan akan terus berlanjut karena rekor tingkat emisi gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer. Karbon dioksida, khususnya, tetap berada di atmosfer selama beberapa dekade sehingga menyebabkan planet mengalami pemanasan di masa depan.
Suhu global rata-rata pada tahun 2020 ditetapkan sekitar 1,2 derajat celsius di atas tingkat pra-industri (1850-1900). Dengan tren ini, diperkirakan suhu bumi bakal melampaui ambang 1,5 derajat celsius pada tahun 2024.
Pemanasan di Indonesia
Berdasarkan data dari 87 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara normal pada bulan November periode 1981-2010 di Indonesia adalah 26,9 derajat celsius dan suhu udara rata-rata bulan November 2020 adalah 27,4 derajat celsius.
”Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan November 2020 merupakan anomali positif dengan nilai 0,5 derajat celsius. Anomali suhu udara Indonesia pada bulan November 2020 merupakan anomali tertinggi kelima sepanjang periode data pengamatan tersebut,” kata Siswanto.
Anomali suhu udara rata-rata di setiap stasiun pada bulan November 2020 di Indonesia ini hampir seluruhnya menunjukkan nilai anomali positif, dengan hanya satu stasiun yang memiliki nilai anomali negatif. Anomali maksimum atau peningkatan suhu terpanas tercatat di Stasiun Meteorologi Gewayantana, Flores Timur, sebesar 3 derajat celsius. Adapun anomali minimum tercatat di Stasiun Meteorologi Susilo, Kabupaten Sintang, sebesar -0.1 derajat celsius.