Laboratorium Bergerak Tingkatkan Kapasitas Tes di Daerah
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengeluarkan laboratorium bergerak. Keberadaan laboratorium bergerak itu diyakini mampu meningkatkan kapasitas pengujian sampel di daerah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi meluncurkan laboratorium bergerak Bio Safety Level 2 yang mampu menguji 500 spesimen per hari. Laboratorium diyakini mampu meningkatkan kapasitas pengujian sampel di daerah, terutama di daerah terpencil. Tiap daerah diharapkan memiliki setidaknya satu unit laboratorium bergerak untuk menanggulangi penyebaran Covid-19.
Laboratorium yang diberi nama Mobile Lab Bio Safety Level (BSL) 2 itu dikeluarkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam bentuk mirip bus.
”(Ini merupakan) upaya BPPT untuk menyediakan laboratorium dengan kategori BSL 2, yang mobile, untuk menanggulangi Covid-19. Salah satu yang harus dilakukan adalah terus-menerus meningkatkan testing guna mendeteksi persebaran kasus di suatu daerah,” kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro dalam Bakti Inovasi Roadshow Mobile BSL-2 Versi Bus di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (18/12/2020).
Bambang mengakui, tidak mudah untuk membangun satu laboratorium baru dengan standar keamanan tinggi guna melakukan pengujian spesimen. Maka, hadirnya laboratorium bergerak menjadi solusi bagi daerah tertinggal yang kondisinya serba terbatas. Terlebih untuk meningkatkan kapasitas pengujian spesimen.
Hadirnya laboratorium bergerak menjadi solusi bagi daerah tertinggal yang kondisinya serba terbatas. (Bambang Brodjonegoro)
Laboratorium bergerak yang sempat diluncurkan sebelumnya berbentuk kontainer. Model tersebut dinilai masih agak sulit pergerakannya. Dengan dibuatnya model laboratorium bergerak yang mirip bus, menurut Bambang, pergerakan laboratorium akan semakin mudah sehingga jangkauan tes bisa semakin luas.
”Kalau diperhatikan, kondisi penularan di daerah ini sangat dinamis. Ada yang merah ke hijau, ada juga dari hijau ke merah. Ini artinya pergerakan mobile lab sangat dibutuhkan. Dan, ini bisa menjawab segera kalau ada daerah yang sangat kekurangan laboratorium. Misalnya, ada daerah yang hanya punya satu BSL 2, tahu-tahu dia naik statusnya menjadi oranye atau merah, otomatis harus menambah tes untuk mencegah perluasan penularan,” tutur Bambang.
Bambang meminta agar pemerintah daerah setidaknya bisa memiliki satu unit laboratorium bergerak. Peningkatan kasus penularan bisa terjadi sewaktu-waktu. Diharapkan, laboratorium bergerak bisa mencegah terjadinya keterlambatan pengujian spesimen sehingga perluasan penularan dapat diantisipasi pula.
”Pemerintah daerah, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa, sudah layak untuk paling tidak punya satu mobile lab ini. Ini untuk bisa meng-cover BSL2 yang ada. Jadi, fungsinya sebagai backup, terutama kalau ada kondisi yang luar biasa,” kata Bambang.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, laboratorium bergerak varian bus itu tetap dilengkapi dengan teknologi tekanan negatif, sistem interlock, ruangan kontrol otomatis, serta peralatan pemeriksaan spesimen. Ia menyatakan, semua peralatan pendukung sudah terintegrasi pada satu kendaraan dalam platform bus. Berbeda halnya dengan platform kontainer, dalam model tersebut, sistem catudaya masih berada di luar kendaraan.
”Oleh karena itu, dalam platform bus ini, kami yakin mobilitas dan keamanannya lebih meningkat dibandingkan versi-versi sebelumnya,” kata Hammam.
Hammam menambahkan, inovasi teknologi yang mampu menyelesaikan persoalan di masyarakat bakal terus dikembangkan. Hilirisasi tidak akan berhenti. Ia berharap kelak bangsa ini bisa berdiri dan berdaya saing dengan teknologi ciptaan sendiri.
Rektor UGM Panut Mulyono menyampaikan, inovasi berupa laboratorium bergerak itu pasti akan membawa banyak manfaat. Pihaknya mengharapkan sinergi antarlembaga terus terjadi. Sinergitas akan sangat diperlukan untuk menghasilkan temuan-temuan unggul yang bermanfaat bagi masyarakat luas.