Sejumlah negara, seperti Australia, memilih untuk tidak buru-buru melaksanakan program vaksin karena ingin melihat perkembangan. Mereka sukses mengendalikan pandemi dengan intervensi nonfarmasi.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seorang petugas kesehatan Alaska, Amerika Serikat, mengalami reaksi alergi yang serius setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer Inc dan BioNTech. Reaksi merugikan dari vaksin tersebut serupa dengan dua kasus yang dilaporkan di Inggris pekan lalu.
Laporan Reuters menyebutkan, efek samping merugikan ini terjadi beberapa menit setelah petugas kesehatan disuntik vaksin Pfizer pada Selasa (15/12). Pasien ini disebut tidak memiliki riwayat reaksi alergi.
Direktur Departemen Gawat Darurat Kota Juneau Lindy Jones, tempat pasien dirawat, mengatakan, efek samping pada pasien paruh baya itu mereda setelah diberikan pengobatan alergi epinefrin. Namun, pasien masih di Rumah Sakit Regional Bartlett Juneau dan terus dipantau.
Sementara itu, Pfizer mengatakan, vaksin tersebut dilengkapi dengan peringatan yang jelas bahwa perawatan dan pengawasan medis yang tepat harus selalu tersedia jika terjadi anafilaksis. Mereka juga akan memperbarui bahasa pelabelan untuk vaksin jika diperlukan.
Pemberian vaksin Covid-19 telah dimulai di Amerika Serikat pada Senin (14/12) setelah dikeluarkannya otorisasi penggunaan darurat minggu lalu. Dosis awal telah diprioritaskan untuk petugas kesehatan dan penghuni panti jompo
Mantan Kepala Ilmuwan Food and Drug Administration (FDA) Jesse Goodman menyebutkan, reaksi alergi tersebut mengkhawatirkan, tetapi lebih banyak informasi harus diketahui publik untuk lebih memahami risikonya.
Yang perlu kita ketahui adalah berapa dosis yang telah diberikan? Apakah ini akan menjadi sesuatu yang akan jadi insiden yang lebih tinggi dengan vaksin ini dibandingkan dengan yang lain.
”Yang perlu kita ketahui adalah berapa dosis yang telah diberikan? Apakah ini akan menjadi sesuatu yang akan jadi insiden yang lebih tinggi dengan vaksin ini dibandingkan dengan yang lain?” Kata Goodman. ”Kita harus mencari tahu hal-hal itu untuk menginformasikan apakah itu mengubah rekomendasi atau bagaimana ini digunakan.”
Sebelumnya, regulator medis Inggris mengatakan bahwa siapa pun dengan riwayat anafilaksis, atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19. Keputusan ini dibuat setelah Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) Inggris mendapatkan dua laporan kasus anafilaksis dan satu laporan kemungkinan reaksi alergi sejak peluncuran vaksin dimulai.
”Setiap orang dengan riwayat anafilaksis terhadap vaksin, obat atau makanan tidak boleh menerima vaksin Pfizer BioNTech,” kata Kepala Eksekutif MHRA June Raine dalam pernyataan daring.
”Kebanyakan orang tidak akan terkena anafilaksis dan manfaat dalam melindungi orang dari Covid-19 lebih besar daripada risikonya.... Anda dapat sepenuhnya yakin bahwa vaksin ini telah memenuhi standar keamanan, kualitas, dan keefektifan yang kuat dari MHRA,” katanya.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, seiring waktu dan luasnya penyuntikan laporan mengenai dampak samping dari vaksin akan bermunculan. Namun, sejauh ini laporan mengenai efek samping untuk vaksin Pfizer ini relatif masih kecil. meski demikian, itu perlu terus dipantau.
”Sejumlah negara, seperti Australia, memilih untuk tidak buru-buru melaksanakan program vaksin karena ingin melihat perkembangan. Mereka sukses mengendalikan pandemi dengan intervensi nonfarmasi,” kata Dicky.