Kekayaan sumber daya alam dan besarnya pasar tidak menjamin majunya sebuah negara secara serta-merta. Inovasi yang berdasarkan riset dan pengembangan turut menjadi penentu penting akan kemajuan bangsa.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keunggulan Indonesia dalam daya saing global masih terfokus pada besarnya potensi sumber daya alam dan ukuran pasar sebagai konsekuensi dari banyaknya jumlah penduduk. Namun, kemampuan inovasi yang bisa menjadi pendongkrak kesejahteraan masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro dalam Penganugerahan Badan Pengkajian dan Penerapatan Teknologi (BPPT) Innovator Awards 2020 di Jakarta, Kamis (10/12/2020) malam, mengatakan, kekayaan sumber daya alam dan besarnya pasar tidak menjamin majunya sebuah negara secara serta-merta.
Pengalaman sejumlah negara menunjukkan, kebergantungan pada sumber daya alam justru menjadikan negara tersebut sulit menjadi negara maju. Sebaliknya, ”Fakta menunjukkan negara yang berhasil melompat dari negara dengan pendapatan menengah menjadi negara maju berpendapatan hanya bisa dilakukan melalui inovasi,” katanya.
Lahirnya sebuat inovasi memang membutuhkan proses panjang. Upaya itu juga harus didukung oleh riset dan pengembangan yang kuat. Karena itu, tradisi riset perlu terus diperkuat bukan semata untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi juga untuk memperkuat fundamental ekonomi.
Ekonomi yang kuat harus berbasis inovasi, tidak cukup hanya berbasis pada efisiensi atau sumber daya alam saja. (Bambang PS Brodjonegoro)
”Ekonomi yang kuat harus berbasis inovasi, tidak cukup hanya berbasis pada efisiensi atau sumber daya alam saja,” ucapnya.
Karena itu, budaya inovasi yang dilakukan oleh inovator harus terus ditumbuhkan agar bisa menjadi kebiasaan bangsa. Indonesia sebenarnya memiliki talenta-talenta unggul untuk melakukan inovasi. Namun, mereka kurang diberi peluang untuk bisa menunjukkan ide, kreativitas, dan bakatnya.
Selama pandemi Covid-19 yang berlangsung hingga kini, inovasi karya peneliti dan perekayasa dalam negeri banyak bermunculan menggantikan barang-barang impor. Alasan mereka berinovasi pun tidak hanya soal finansial atau komersial, tetapi lebih didorong oleh kesadaran bahwa ilmu dan kemampuan mereka bisa bermanfaat besar dalam mengatasi Covid-19.
Hal itu membuat BPPT Innovator Awards dinilai Bambang sebagai bentuk dukungan kepada inovator untuk terus-menerus berkarya. Anugerah ini diharapkan bisa memotivasi para peneliti dan perekayasa untuk terus menghasilkan karya-karya yang berguna bagi masyarakat dan bangsa di masa depan.
Memotivasi
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, anugerah BPPT Innovator Awards yang diberikan sejak 2018 itu ditujukan untuk mendorong motivasi berbagai pihak dalam menghasilkan inovasi dan penerapan teknologi hingga mampu menjadi contoh dan pendorong bagi insan teknologi lain.
Tahun 2020 ini, ada 187 usulan inovasi yang diterima baik yang dilakukan inovator dari BPPT (internal) maupun dari luar BPPT (eksternal). Dalam penyaringan, hanya ada 107 usulan yang disetujui. Usulan yang telah disetujui itu kemudian dinilai orisinalitasnya, kemanfaatannya, serta peluangnya untuk diproduksi dalam skala industri.
Hasilnya, juara untuk inovasi yang berasal dari BPPT adalah inovasi ventilator kegawatdaruratan (emergency ventilator) yang dibuat para perekayasa dari Pusat Teknologi Elektronika BPPT. Alat dengan satu modus ventilasi, yaitu volume terkontrol, ini sangat dibutuhkan untuk membantu pernapasan pasien penderita Covid-19.
Selanjutnya, peringkat kedua dari kategori internal diberikan kepada inovasi laboratorium bergerak dengan standar keamanan biohayati level 2 (Mobil Lab Biosafety Level 2) dari Pusat Teknologi Industri Permesinan BPPT untuk membantu pemeriksaaan Covid-19.
Sementara peringkat ketiga didapatkan oleh Pusat Teknologi Agroindustri BPPT untuk karyanya berupa BiskuNeo, yaitu biskuit lapis krim yang mengandung nutrisi lengkap, energi tinggi, dan mengandung immuno stimulant untuk mempertahankan daya tahan tubuh.
Untuk kategori eksternal di luar BPPT, peringkat pertama diberikan kepada PT Pertamina atas inovasi berupa Sistem Venturi Ardjuna Ejector untuk mengatasi masalah gas yang terperangkap dalam sistem perpipaan bawah laut. Alat yang dihasilkan mampu mengisap gas yang terperangkap tersebut hingga bisa dialirkan kembali ke jaringan pipa gas sebagai gas siap jual.
Peringkat kedua diperoleh atas inovasi Rapid Diagnostic Test (RDT) Antibodi IgG/IgM RI-GHA untuk penapisan awal guna mendiagnostik Covid-19 secara cepat. Alat yang bisa mendeteksi keberadaan antibodi IgG/IgM dihasilkan oleh tim Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Pandemi Covid-19.
Sementara pemenang ketiga didapat oleh PT Algaepark Indonesia Mandiri yang mengembangkan teknologi mikroalga sebagai sumber nutrisi masa depan. Dengan teknologi ini, budidaya dan pemanfaatan mikroalga bisa dilakukan dengan kapasitas lebih besar.