Pandemi Covid-19 telah mempercepat inovasi dan memberi ruang para peneliti untuk menjawab kebutuhan alat sterilisasi ruangan. Penggunaan alat yang aman, murah, dan efisien akan bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sirkulasi dan kualitas udara yang buruk di dalam ruangan dapat memicu transmisi virus penyebab Covid-19. Beragam inovasi dikembangkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk menghasilkan produk yang bisa membersihkan udara dari kontaminasi virus dan bakteri penyebab penyakit.
Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nurul Taufiqu Rochman mengatakan, kualitas udara yang buruk menjadi salah satu penyebab utama penularan virus korona baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19. Hal ini karena virus tersebut dapat menular melalui percikan (droplet) dan udara (airborne).
”Ukuran dari virus ini bisa sangat kecil, yakni sekitar 5 mikron, jika dibandingkan dengan diameter rambut manusia yang berkisar 60-120 mikron. Virus ini pun bisa bertahan lama di udara sampai lebih dari satu hari, bahkan jika menempel di suatu permukaan bisa sampai tiga hari,” katanya di Jakarta, Kamis (10/12/2020).
Menurut dia, kondisi ini perlu diwaspadai oleh masyarakat, terutama yang sudah mulai aktif bekerja di kantor dengan ruangan tertutup. Penggunaan masker dinilai tidak cukup efektif mencegah penularan Covid-19 karena masih ada potensi virus yang keluar berkisar 10-25 persen. Karena itu, pedoman standar kesehatan lingkungan kerja yang memuat terkait protokol pencegahan Covid-19, termasuk kesehatan udara, sangat dibutuhkan.
Upaya pencegahan dengan memanfaatkan mesin pembersih udara pun amat diperlukan. Sejumlah teknologi kini sudah bisa dimanfaatkan, seperti penggunaan lampu ultraviolet (UV) untuk sterilisasi ruangan, disinfektan dengan pengasapan, dan menggunakan alat HEPA (high efficiency particulate air).
”Namun, sebagian besar alat tersebut butuh biaya besar. Untuk penggunaan sinar UV juga harus dipastikan tidak ada orang yang berada di dalam ruangan karena bisa menyebabkan kanker pada seseorang. LIPI pun akhirnya mengembangkan inovasi alternatif bernama Attact,” kata Nurul.
Attact atau airborne nano-trapping technology for anti Covid-19 treatment merupakan alat untuk membersihkan udara dari virus dan mikroorganisme lain. Secara teknis, alat ini dilengkapi dengan ultraviolet germicidal inactivation (UVGI), pembersih udara dengan memanfaatkan sabun dan air, serta penyaring udara yang dilapisi teknologi nano. Dengan begitu, udara yang dikeluarkan dari alat ini menjadi lebih bersih dan sehat.
Selain itu, LIPI juga sedang mengembangkan perangkat pemanas kabin untuk sterilisasi kendaraan dari Covid-19. Peneliti dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Widodo Budi Santoso, menyampaikan, pengembangan ini dilakukan merujuk pada hasil studi yang dilakukan oleh perusahaan otomotif Ford dan jurusan mikrobiologi dari Ohio State University.
”Studi tersebut menunjukkan konsentrasi virus pada kabin kendaraan dapat berkurang hingga 99 persen apabila dipanaskan pada suhu 56 derajat celsius selama 15 menit. Peneliti LIPI pun kini telah mengembangkannya dengan membuat simulasi sistem di laboratorium,” katanya.
Dalam proses pengembangan ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Widodo menambahkan, suhu pada kabin yang dapat dihasilkan saat ini masih sekitar 40 derajat celsius. Optimalisasi pada sistem pemanas air dan saluran masuk ke kabin masih dilakukan.
Peneliti dari Pusat Penelitian Tenaga Listik dan Mekatronik LIPI, Aeb Saepudin, menuturkan, penelitian lain yang juga berhasil dikembangkan adalah mesin pengisap udara (aerosol suction) sebagai alat bantu pencegah penularan Covid-19 pada praktik dokter gigi. Dokter gigi berisiko tinggi terhadap penularan Covid-19 karena kontak langsung dengan droplet pasien. Dari hasil penelitian di jurnal kedokteran, SARS-CoV-2 yang keluar melalui droplet bisa bertahan selama tiga jam dalam bentuk aerosol.
”Mesin aerosol suction komersial memiliki harga yang tinggi dan sulit dijangkau oleh klinik dokter gigi. Karena itu, pembuatan unit mesin aerosol suction yang lebih terjangkau dan tetap memenuhi standar medis dan kesehatan sangat dibutuhkan,” katanya.
Widodo mengatakan, prinsip kerja mesin pengisap aerosol yang dikembangkan LIPI meliputi pengisapan, proses sterilisasi, dan pembuangan udara. Dalam proses sterilisasi akan melalui beberapa proses, meliputi penyaringan kasar, penyaringan karbon, penyaringan halus, penyaringan dengan sinar UVC, serta ozonisasi. Setelah melalui sterilisasi, udara yang sudah bersih akan kembali dibuang ke lingkungan.
”Saat ini paten untuk alat ini sudah diajukan ke Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek LIPI untuk didaftarkan ke DJKI (Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual). Selain itu, dua desain produk untuk prototipe juga sudah dihasilkan,” katanya.
Berbagai inovasi lain untuk penanganan Covid-19 juga telah diciptakan peneliti dari LIPI. Inovasi itu antara lain alat pencegahan penyebaran droplet dan aerosol saat pengambilan spesimen usap (swab) tenggorokan serta alat pembuka pintu tanpa sentuhan. Kedua alat ini kini sudah dihasilkan dan siap untuk diproduksi secara massal.
Picu percepatan
Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono mengatakan, situasi pandemi ini telah memicu percepatan dalam pengembangan inovasi dalam negeri. Sejumlah produk yang dihasilkan LIPI ini merupakan bagian dari 55 produk inovasi yang sebelumnya telah diluncurkan oleh Presiden dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
”Penelitian ini tidak hanya berhenti sampai di sini sehingga harus terus ditingkatkan lagi. Kerja sama dan kolaborasi multidisiplin juga amat penting untuk bisa menghasilkan inovasi yang benar-benar komprehensif,” ujarnya.