150 Juta Tahun Lalu, Bukti Tertua Burung Bisa Terbang
Misteri kapan pertama kali burung bisa terbang mulai terkuak. Peneliti membuktikannya pada fosil burung purba ”Archaeopteryx” yang hidup di Jerman, 150 juta tahun lalu.
Oleh
Subur Tjahjono
·2 menit baca
Asal-usul burung bisa terbang terus menarik para ilmuwan. Penelitian terbaru menunjukkan, bukti tertua pada burung purba yang mampu terbang ditemukan pada fosil burung purba Archaeopteryx yang hidup di Jerman, 150 juta tahun lalu.
Penelitian itu berjudul ”Selubung Bulu Archaeopteryx Mengungkap Strategi Pergantian Bulu Tengah ke Luar Terkait Kemampuan Terbang” yang dimuat di jurnal Communications Biology, yang juga dimuat Science Daily, 9 Desember 2020.
Penelitian dilakukan Thomas G Kaye dari Yayasan untuk Kemajuan Ilmiah, Sierra Vista, Arizona, Amerika Serikat; Michael Pittman dari Universitas Hong Kong, China; dan William R Wahl dari Pusat Dinosaurus Wyoming, Thermopolis, Wyoming, AS.
Materi penelitian mereka adalah spesimen fosil Archaeopteryx WDC-CSG-100 yang dikenal sebagai spesimen Thermopolis di Pusat Dinosaurus Wyoming. Fosil burung purba itu ditemukan di Jerman selatan, di bebatuan yang dulu merupakan laguna tropis sekitar 150 juta tahun lalu.
Metode pencitraan fluoresensi stimulasi laser yang dikembangkan di Universitas Hong Kong mengungkapkan selubung bulu pada spesimen Archaeopteryx yang tidak terlihat di bawah cahaya putih.
Strategi pergantian bulu tengah ke luar Archaeopteryx setidaknya berusia 150 juta tahun.
”Strategi pergantian bulu tengah ke luar Archaeopteryx setidaknya berusia 150 juta tahun. Sepengetahuan kami, penemuan ini adalah catatan tertua pergantian bulu burung purba Pennaraptora, 25 juta tahun lebih tua dari catatan pergantian bulu burung purba Microraptor,” tulis Thomas G Kaye dan kawan-kawan.
Strategi pergantian bulu yang paling umum pada burung modern adalah pergantian bulu berurutan, di mana bulu-bulu hilang dari kedua sayap pada saat yang sama dalam pola yang simetris. Urutan kehilangan bulu mengikuti dua strategi berbeda. Strategi pertama adalah bulu meranggas dalam urutan numerik dan paling umum di antara burung berkicau.
Strategi kedua adalah strategi pergantian bulu dari tengah ke luar, di mana bulu tengah hilang terlebih dahulu dan kemudian bulu selanjutnya dilepaskan keluar dari titik tengah ini. Pergantian bulu ini lebih sering terjadi pada burung non-pengicau seperti elang.
Pergantian bulu Archaeopteryx itu mirip strategi kedua yang juga terjadi pada elang. Strategi ini meminimalkan ukuran lubang aerodinamis di sayap, yang memungkinkan elang untuk lebih menjaga performa penerbangannya selama pergantian bulu untuk berburu.
”Penemuan ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana dan kapan burung menyempurnakan kemampuan awal terbangnya sebelum munculnya adaptasi pada burung seperti munculnya tulang dada, ujung ekor menyatu, dan kanal di bahu,” papar Michael Pittman seperti dikutip Science Daily.