Menunda perjalanan dan tinggal di rumah adalah cara terbaik untuk melindungi kesehatan pribadi dan komunitas. Namun, jika terpaksa bepergian dengan kendaraan umum, kita perlu tahu cara meminimalkan risiko penularan.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berkendara di dalam mobil bersama orang lain bisa menjadi medium penularan Covid-19. Sebuah studi terbaru tentang pola aliran udara di dalam kabin mobil menawarkan beberapa saran untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 saat berbagi tumpangan dengan orang lain.
Penelitian oleh tim peneliti Brown University di Amerika Serikat menggunakan model komputer untuk menyimulasikan aliran udara di dalam mobil dengan berbagai kombinasi, baik jendela terbuka maupun tertutup. Studi ini dipublikasikan di jurnal Science Advances pada 4 Desember 2020.
Para peneliti menekankan, tidak ada cara untuk menghilangkan sepenuhnya risiko penularan di dalam mobil. Karena itu, panduan terkini dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebutkan, menunda perjalanan dan tinggal di rumah adalah cara terbaik untuk melindungi kesehatan pribadi dan komunitas. Namun, jika terpaksa bepergian dengan kendaraan umum, seperti taksi, kita perlu mengetahui langkah-langkah untuk meminimalkan risiko penularan.
Model komputer yang digunakan dalam penelitian ini menyimulasikan sebuah mobil sedan dengan dua orang di dalamnya, yaitu seorang pengemudi dan seorang penumpang duduk di kursi belakang di sisi yang berlawanan dari pengemudi. Para peneliti memilih pengaturan tempat duduk itu karena memaksimalkan jarak fisik antardua orang.
Model tersebut menyimulasikan aliran udara di sekitar dan di dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan 80 kilometer per jam, serta pergerakan dan konsentrasi aerosol yang berasal dari pengemudi dan penumpang. Aerosol adalah partikel kecil yang dapat bertahan di udara untuk waktu lama dan dianggap sebagai salah satu cara penularan virus SARS-CoV-2, terutama di ruang tertutup.
Buka jendela
Simulasi menunjukkan, membuka jendela mobil menciptakan pola aliran udara yang secara dramatis mengurangi konsentrasi partikel di udara yang dipertukarkan antara seorang pengemudi dan satu penumpang. Semakin banyak jendela yang dibuka, semakin kecil konsentrasi partikel udaranya.
”Skenario terbaik yang kami temukan adalah membuka keempat jendela, tetapi bahkan membuka satu atau dua jendela jauh lebih baik daripada menutup semuanya,” Asimanshu Das, mahasiswa pascasarjana di Brown’s School of Engineering, salah satu penulis utama penelitian tersebut, dalam keterangan tertulis.
Salah satu alasan mengapa membuka jendela lebih baik dalam hal transmisi aerosol adalah karena meningkatkan jumlah pergantian udara per jam di dalam mobil yang membantu mengurangi konsentrasi aerosol secara keseluruhan. Meski demikian, pergantian udara per jam ini hanya sebagian dari cerita.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa kombinasi berbeda dari jendela yang terbuka menciptakan aliran udara yang berbeda di dalam mobil yang dapat meningkatkan atau mengurangi paparan aerosol yang tersisa. Adanya aliran udara di bagian luar mobil membuat tekanan udara di dekat jendela belakang cenderung lebih tinggi daripada tekanan di jendela depan.
Akibatnya, udara cenderung masuk ke dalam mobil melalui jendela belakang dan keluar melalui jendela depan. Dengan semua jendela terbuka, kecenderungan ini menciptakan dua aliran yang lebih atau kurang independen di kedua sisi kabin.
Karena penumpang dalam simulasi duduk di sisi berlawanan dari kabin, sangat sedikit partikel yang ditransfer di antara keduanya. Pengemudi dalam skenario ini berisiko sedikit lebih tinggi daripada penumpang karena aliran udara rata-rata di dalam mobil mengalir dari belakang ke depan, tetapi kedua penumpang mengalami perpindahan partikel yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan skenario lainnya.
Simulasi untuk skenario tidak semua jendela dibuka menghasilkan beberapa hasil yang mungkin berlawanan. Misalnya, orang mungkin berharap bahwa membuka jendela tepat di samping penumpang merupakan cara termudah untuk mengurangi paparan. Simulasi menemukan bahwa meskipun konfigurasi ini lebih baik daripada tidak ada jendela yang dibuka, ternyata memiliki risiko paparan yang lebih tinggi dibandingkan dengan membuka jendela di seberang penumpang.
”Ketika jendela di seberang penumpang terbuka, Anda mendapatkan aliran yang memasuki mobil di belakang pengemudi, menyapu kabin di belakang penumpang, kemudian keluar dari jendela depan sisi penumpang,” kata Kenny Breuer, profesor teknik di Brown dan penulis senior penelitian. ”Pola itu membantu mengurangi kontaminasi silang antara pengemudi dan penumpang.”
Penting untuk dicatat, temuan ini terbatas pada potensi paparan aerosol yang mungkin mengandung patogen virus. Studi tersebut tidak memodelkan tetesan pernapasan yang lebih besar yang bisa menempel di kendaraan.