Mengarusutamakan Budaya Riset di Perguruan Tinggi Swasta
Perguruan tinggi swasta yang identik hanya berkutat pada pembelajaran pada mahasiswa agar mulai keluar dari "stereotype" itu. Di antaranya dengan menggencarkan inovasi dan riset-riset.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Riset dan pengembangan menjadi syarat mutlak yang harus dibudayakan untuk membentuk negara menjadi lebih maju dan berdaya saing. Karena itu, budaya riset perlu digerakkan bersama agar menjadi arus utama di berbagai sektor, baik di lembaga penelitian, industri, dan perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi swasta.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro, mengatakan, persepsi di masyarakat saat ini masih menganggap bahwa perguruan tinggi swasta hanya fokus pada pemelajaran untuk mahasiswa. Sementara keperluan riset dan pengembangan lebih cenderung dilakukan oleh perguruan tinggi negeri.
”Konsep dan stereotype tentang itu harus diubah. Perguruan tinggi swasta (PTS) harus mulai menjadikan riset dan pengembangan sebagai mainstream (arus utama) yang kemudian jadi ekosistem tersendiri. Hambatan administrasi dan birokrasi yang lebih minim di PTS seharusnya dapat dimanfaatkan agar riset ini bisa lebih kencang dilakukan,” katanya ketika melakukan kunjungan ke Universitas Surabaya, Jawa Timur, yang disaksikan secara virtual dari Jakarta, Jumat (4/12/2020).
Karena itu, komitmen dari pemilik yayasan dan rektor dari perguruan tinggi perlu disamakan terlebih dahulu. Tanpa kesamaan komitmen, upaya pengembangan riset dan penelitian di PTS tidak bisa berjalan optimal.
Bambang menambahkan, riset dan pengembangan yang dilakukan pun harus berdasar pada kepentingan sosial. Riset jangan hanya dikaitkan dengan kepentingan ilmu pengetahuan saja, melainkan juga terkait isu sosial. Dengan begitu, inovasi yang dihasilkan pun dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Rektor Universitas Surabaya Benny Lianto mengatakan, salah satu inovasi yang telah dihasilkan di Universitas Surabaya adalah aplikasi ”Onthel”, yakni jasa pengiriman barang dengan menggunakan sepeda. Aplikasi ini dikembangkan dengan tujuan meningkatkan gerakan peduli lingkungan di masyarakat serta dapat memberikan penghasilan tambahan bagi mahasiswa.
”Lewat aplikasi ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran dan praktik secara langsung mengenai kegiatan kewirausahaan dan inovasi yang berdampak luas bagi masyarakat sekaligus membantu mahasiswa agar dapat belajar mengaplikasikan apa yang sudah mereka pelajari dalam mata kuliah kewirausahaan dan inovasi,” katanya.
Penghargaan BPPT
Secara terpisah, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyampaikan, pada 10 Desember 2020 akan diadakan BPPT Innovator Awards 2020. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menumbuhkan motivasi bagi pegiat teknologi dalam menghasilkan inovasi yang berdaya saing.
”Penganugerahan BPPT Innovator Awards 2020 diharapkan mampu mendorong semangat para sumber daya manusia lokal dalam memajukan Indonesia yang mandiri dan berdaya saing. Itu diwujudkan melalui pengembangan iptek untuk menuju Indonesia Maju dengan bekal inovasi karya anak bangsa,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat.
Adapun tema untuk BPPT Innovator Awards (BIA) 2020 adalah ”Kebangkitan Inovasi Teknologi Anak Negeri dalam Upaya Pemulihan Ekonomi Dampak Pandemi Covid-19”. Terdapat dua kategori penilaian dalam penghargaan ini, yakni Ketegori Internal BPPT dan Kategori Eksternal.
Dalam rangkaian acara BIA 2020, BPPT juga menyelenggarakan beberapa webinar, antara lain Inovasi Desain Teknologi Wahana Angkut ALPO (Anjungan Lepas Pantai Pasca Operasi), The 2020 IEEE Asia-Pacific Conference on Gescience, dan Menakar Produk Inovasi Dalam Negeri: Pengalaman TFRIC-19 Membangun Ekosistem Inovasi untuk Covid-19.