Jangkauan awan panas erupsi Gunung Semeru sejauh 11 kilometer yang terjadi Selasa (1/12/2020) pagi tadi menyerupai erupsi yang terjadi pada Februari 1994.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gunung Semeru di Jawa Timur erupsi cukup hebat pada Selasa (1/12/2020) sehingga mengeluarkan awan panas ke arah tenggara dengan jangkauan luncuran hingga 11 kilometer dari puncak. Jangkauan awan panas kali ini merupakan yang terjauh sejak letusan tahun 1994.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani mengatakan, erupsi Gunung Semeru pada mulai terjadi sejak pukul 01.23 waktu Indonesia bagian barat (WIB), disertai guguran awan panas dari kubah dengan jarak luncur 2 kilometer (km). Berikutnya, pukul 02.21, jarak luncuran awan panas sejauh 3 km, pukul 03.20 sejauh 4 km, dan pukul 04.57 sejauh 11 km.
”Semuanya ke arah Besuk Kobokan (Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur) di lereng tenggara Gunung Semeru,” ujarnya.
Menurut pantauan PVMBG, guguran batuan dari arah puncak Gunung Semeru terjadi tidak terus-menerus sejak 19 Oktober 2020. Pada 28 November juga terjadi kenaikan jumlah guguran secara signifikan diikuti oleh kejadian awan panas guguran yang berasal dari ujung lidah lava dengan jarak luncur maksimum 1 km ke sektor tenggara lereng.
”Saat ini belum ada gejala awan panas guguran lagi, tetapi masih akan terus kami pantau,” ujarnya.
Peningkatan aktivitas Semeru ini juga terekam dengan meningkatnya jumlah dan jenis gempa yang terekam selama 1 Oktober hingga 30 November 2020 yang didominasi oleh gempa letusan dengan rata-rata 40 kejadian per hari. Pada 20 November 2020 jumlah gempa letusan cenderung menurun, dan terjadi kenaikan pada jumlah gempa guguran. Gempa embusan terjadi rata-rata 10 kejadian per hari, sedangkan gempa-gempa vulkanik terekam dengan jumlah sangat rendah.
Dengan perkembangan ini, Nia meminta masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 4 km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara. Selain itu, masyarakat harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru.
”Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya,” sebutnya.
Terjauh sejak 1994
Penyelidik bumi PVMBG Kristianto mengatakan, jarak luncuran awan panas Gunung Semeru ini merupakan yang terjauh sejak letusan 1994. ”Dugaan kami, erupsi Semeru tadi malam tidak hanya menghasilkan awan panas guguran, tetapi juga awan panas letusan. Kalau hanya awan panas guguran tidak akan sebesar ini. Terpantau adanya kilat saat erupsi terjadi yang biasanya menandai letusan,” ujarnya.
Menurut Kristianto, yang bertugas memantau Semeru ini, jangkauan awan panas erupsi saat ini menyerupai Februari 1994. ”Erupsi tahun 1994 itu yang kita ketahui paling jauh jangkauan awan panasnya. Bisa dibilang erupsi kali ini siklus 1994,” ujarnya.
Pada 2 Februari 1994, terjadi 9 kali letusan dengan ketinggian 500 m dan 34 kali guguran lava ke Besuk Kembar. Letusan ini disusul pada 3 Februari 1994, yang membentuk awan panas guguran dari kubah lava dan lidah lava yang terbentuk sejak tahun 1992.
Aliran awan panas guguran ini masuk ke Besuk Kobokan mencapai 11,5 km, ke Besuk Kembar 7,5 km dan ke Besuk Bang sekitar 5 km. Volume awan panas tersebut diperkirakan mencapai 6,8 juta meter kubik dan menyebabkan 7 orang meninggal. Sebanyak 2 orang lagi meninggal hanyut oleh lahar pada 13 Februari 1994.
”Setelah 1994, kawasan yang terlanda awan panas sudah dikosongkan sehingga kemungkinan adanya korban dari erupsi kali ini relatif kecil. Desa-desa di sekitar zona rawan juga sudah lebih waspada. Risiko ke depan lebih ke banjir lahar kalau terjadi hujan karena adanya penumpukan material di aliran sungai. Untuk pendakian ke puncak juga sudah dilarang,” ujarnya.
Gunung Semeru yang berketinggian 3.676 meter dari permukaan laut dan merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa ini umumnya memiliki letusan abu bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam. Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.
Selanjutnya terjadi letusan bertipe strombolian yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru. Pada saat terjadi letusan eksplosif biasanya diikuti oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di Gunung Semeru. Arah bukaan kawah Gunung Semeru saat ini mengarah ke arah tenggara atau mengarah ke hulu Besuk Kembar, Besuk Bang, Besuk Kobokan.