”Bau” Bisa Menjadi Indikator Kesehatan Terumbu Karang
Peneliti menemukan ”bau” pada terumbu karang bisa menjadi indikator kesehatan, seperti halnya indikator visual seperti karang yang memutih atau tertutupi alga.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
Kita mungkin awam seperti apa ”bau” yang dikeluarkan dari terumbu karang di bawah air. Apalagi ketika ditanya perbedaan bau karang tersebut saat dalam kondisi sehat dan sakit, kita lebih bingung lagi.
Ini tak mengherankan karena riset terkait bau terumbu karang ini masih minim. Yang terkini, peneliti di University of Technology Sydney, the University of Sydney, dan Southern Cross University mengeksplorasi di Great Barrier Reef atau Karang Penghalang Besar, sebuah ekosistem terumbu karang terbesar di Benua ”Kanguru”, Australia, untuk mengungkapnya.
Seperti makhluk hidup pada umumnya, hewan karang yang berasosiasi dengan alga zooxanthellae melepaskan campuran gas unik pada tiap jenis karang, sebagai ekses dari metabolisme tubuhnya. Beberapa gas individu yang membentuk ”bau” terumbu karang secara keseluruhan bahkan memiliki kemampuan untuk memengaruhi cara organisme mengatasi stres. Begitu dilepaskan dari terumbu, gas-gas ini dapat memengaruhi proses di lingkungan air.
Meskipun penting, gas-gas yang mudah menguap ini baru mendapatkan perhatian kecil dalam penelitian di terumbu karang tropis. Studi di Great Barrier Reef ini diklaim untuk pertama kalinya mengeksplorasi bau secara keseluruhan dari karang yang sehat dan sakit serta mengidentifikasinya keragaman kimia tersebut.
Riset yang dipimpin Caitlin Lawson dari Cilmate Change Cluster di University of Technolog Sydney (UTS) menemukan di seluruh spesies karang yang diteliti di Pulau Heron di Great Barrier Reef bagian selatan, kelimpahan dan keragaman kimiawi dari emisi gas mereka turun secara signifikan selama percobaan menggunakan tekanan panas. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Global Change Biology.
Peristiwa pemutihan massal baru-baru ini, didorong oleh tekanan panas secara global, yaitu El Nino, telah menyebabkan hilangnya 50 persen terumbu Great Barrier Reef dalam 25 tahun terakhir. Prakiraan iklim menunjukkan beberapa daerah Great Barrier Reef mungkin memutih lagi pada 2021.
”Hasil kami memberikan wawasan pertama tentang kisaran gas yang dihasilkan oleh karang pembentuk terumbu dan menyoroti beragam rangkaian senyawa yang mungkin memainkan peran penting–tetapi sebelumnya tidak diakui–dalam menjaga fungsi terumbu yang sehat,” kata Lawson dalam Sciencedaily, 30 November 2020.
Riset mereka pun menunjukkan tekanan panas secara signfikan menurunkan keanekaragaman kimiawi, kuantitas, dan potensi fungsional dari senyawa penting tersebut. Ini selanjutnya berpengaruh pada kapasitas karang untuk mengatasi peningkatan suhu.
Kolega penulis jurnal tersebut, Jean-Baptiste Raine, mengaku terkejut dengan banyaknya bahan kimia berbeda yang membentuk bau karang ini. Sebelumnya, hanya teridentifikasi segelintir senyawa. Diperkirakan jumlah gas kimia ini kian bertambah bila riset-riset serupa terus dilakukan pada karang yang berbeda.
Lebih lanjut, Lawson mengatakan, kompleksitas dan keragaman gas terumbu karang ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk memahami cara terumbu karang memastikan kesehatan dan ketahanannya. ”Kita tahu bahwa dalam ekosistem darat, beberapa senyawa ini dapat membantu tanaman menghadapi kondisi kekeringan, misalnya, stres akibat panas atau serangan serangga,” katanya.
”Saya sangat senang dengan isyarat yang mungkin terjadi antara spesies karang yang berbeda, atau apakah mereka memiliki bau tertentu yang akan mereka keluarkan yang mungkin menarik ikan yang sedang merumput jika ada terlalu banyak alga. Adakah bau tertentu yang mengindikasikan karang lebih banyak? rentan?” katanya.
Dengan meningkatnya frekuensi peristiwa stres akibat panas–dan kemungkinan pemutihan akan terjadi lagi pada awal 2021–semakin penting untuk memahami emisi karang. Temuan mereka bisa bermanfaat untuk menjadi alat utama dalam memantau dan melestarikan terumbu karang.
Penulis senior dan pemimpin Future Reefs Team di UTS, David Sugget, mengatakan, penemuan tersebut menambah bukti bahwa seperti halnya manusia, terumbu karang bergantung pada berbagai bentuk komunikasi untuk tetap sehat. ”Keanekaragaman terumbu karang dipertahankan melalui pemandangan dan suara, dan pekerjaan kami menunjukkan bahwa bau juga memainkan banyak peran penting,” katanya.
”Penemuan hilangnya bau-bauan ini di bawah tekanan panas yang didorong oleh pemanasan laut adalah bukti lain bahwa terumbu karang akan berubah seperti yang kita ketahui, kecuali kita segera mengatasi perubahan iklim,” katanya.