Penghargaan untuk Penjaga Keragaman Hayati Indonesia
Di tengah kemunduran kondisi keanekaragaman hayati di Indonesia, sejumlah individu dan lembaga terus berjuang mempromosikan dan melestarikan lingkungan, khususnya sumber daya hayati.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Di tengah kuatnya tekanan terhadap lingkungan, Yayasan KEHATI memberikan penghargaan kepada enam individu dan lembaga yang dianggap telah berjuang mempromosikan keragaman hayati di Indonesia. Penghargaan diberikan pada Jumat (27/11/2020) dalam ajang KEHATI Award ke-9 tahun 2020.
Para peraih KEHATI Award tersebut yaitu Rubama M dari Kota Banda Aceh dengan kategori Prakarsa KEHATI, Bupati Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat Jarot Winarno dari Kabupaten Sintang untuk kategori Pamong Kehati, PT Karya Dua Anyam dari DKI Jakarta untuk kategori Inovasi KEHATI, Pande Ketut Diah Kencana dari Kota Denpasar untuk kategori Cipta KEHATI, Samsudin dari Kabupaten Indramayu untuk kategori Citra KEHATI, dan Margaretha Mala dari Kabupaten Kapuas Hulu untuk kategori Tunas KEHATI.
“Kami berharap KEHATI Award yang ke-9 ini dapat menumbuhkan dan mendorong minat seluruh komponen bangsa Indonesia untuk lebih mempedulikan, mencintai, dan mengambil peran dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos.
Rubama M merupakan perempuan Aceh yang dianggap berhasil mengorganisir dan mendampingi kelompok perempuan di Kampung Damaran untuk melakukan konservasi di kawasan ekosistem Leuser, yang rusak parah akibat pembalakan liar dan pembukaan lahan pada tahun 2015.
Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain patroli hutan, menyiapkan 13.000 bibit untuk restorasi kawasan, hingga memunculkan usaha alternatif seperti budidaya lebah madu dan perikanan air tawar, dan budidaya selada air, serta ekowisata.
Bupati Kabupaten Sintang periode 2015-2020, Jarot Winarno mendapat penghargaan karena dianggap bisa menjaga hutan di daerahnya. Beberapa program yang dilakukannya di antaranya menjalankan Rencana Aksi Daerah Sintang Lestari, yang mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dia juga menerbitkan Peraturan Bupati dalam hal tata cara pembukaan lahan, dan pengelolaan sawit lestari melalui Rencana Induk Perkebunan, dan mendorong pemegang izin menerapkan prinsip berkelanjutan sesuai Protokol RSPO maupun kebijakan ISPO.
Sementara PT Karya Dua Anyam, mendapat pernghargaan karena memberdayakan perempuan Indonesia melalui anyaman dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati lokal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Perusahaan itu memberikan pelatihan peningkatan kualitas, peningkatan desain, peningkatan nilai tambah, hingga akses pasar dengan serapan mencapai 3.000 produk per bulan.
Pande Ketut Diah Kencana akademisi dan peneliti mendapatkan penghargaan karena dianggap menjaga kelestarian dan budidaya bambu lokal Bali. Sejak 17 tahun terakhir, Pande berupaya melakukan sosialisasi dimulai dari pembibitan, budidaya bambu, teknik tebang pilih buluhnya, pengolahan rebung serta pendampingan ekonomi berkelanjutan kepada masyarakat sekitar.
Sementara Samsudin, guru sekolah dasar di Jawa Barat, berkeliling naik sepda ke-13 provinsi untuk melakukan edukasi mengenai pelestarian satwa langka Indonesia pada anak- anak. Dia rela meninggalkan pekerjaannya agar dapat mengedukasi anak-anak melalui media wayang kardus.
Adapun Margaretha Mala, pengrajin tenun Dayak, Kalimantan Barat meraih penghargaan untuk kategori remaja pelestari hayati karena melestarikan tenunan yang mengusung tema Dara Labu Anya Ngemata Ka Pengawa Ari Aki-Inek Kitai Bansa Iban Ngan Ngenanka Menua (Srikandi Pelestari Tradisi dan Konservasi). Melalui kegiatan ini, Mala dianggap mampu melestarikan adat istiadat sekaligus memberdayakan perekonomian kaum perempuan di daerahnya.
Pembangunan berkelanjutan
Pembina Yayasan KEHATI, Emil Salim mengatakan, apa yang dilakukan oleh para pahlawan lingkungan ini sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
"Peningkatan sektor ekonomi harus tetap sejalan dengan program pelestarian lingkungan hidup, di mana pemanfaatan keanekaragaman hayati harus memiliki nilai berkeadilan dan berkelanjutan," katanya.
Peningkatan sektor ekonomi harus tetap sejalan dengan program pelestarian lingkungan hidup.
Menurut Emil, akhir-akhir ini kondisi keanekaragaman hayati di Asia mengalami. kemunduran sebesar 45 persen. Situasi yang sama terjadi di Indonesia. "Kemunduran ini terjadi karena banyak orang yang tidak memahami makna dan kegunaan keanekaragaman hayati," kata dia.