Hewan kesayangan dapat menjadi pendamping mengatasi stres dan kesepian selama pandemi Covid-19. Penelitian di Israel telah membuktikannya pada anjing.
Oleh
Subur Tjahjono
·4 menit baca
Hewan kesayangan ternyata banyak diadopsi oleh masyarakat selama pandemi Covid-19. Penelitian di Israel menunjukkan, anjing, salah satu hewan kesayangan populer di dunia, banyak diadopsi di Israel.
Penelitian itu berjudul ”Hubungan Manusia-Anjing Selama Pandemi Covid-19: Adopsi Anjing yang Meningkat Pesat Selama Isolasi Sosial” dimuat dalam jurnal Nature edisi 24 November 2020. Penelitian dilakukan tim peneliti, yakni Liat Morgan, Beata Itin-Shwartz, dan Gila Abells Sutton dari Sekolah Kedokteran Hewan Koret, Fakultas Pertanian, Pangan, dan Lingkungan Universitas Ibrani Jerusalem, Israel.
Dalam jurnal disebutkan, penelitian dilakukan dengan menganalisis empat jenis data. Pertama, data dari situs adopsi hewan peliharaan Yad4 ( http://Yad4.co.il), mesin pencari daring untuk hewan peliharaan yang dapat diadopsi di Israel, dari Januari 2016 hingga Mei 2020. Kedua, data retrospektif mengenai pencarian Google di seluruh dunia untuk anjing yang dapat diadopsi, diunduh dari Google Trends, dari November 2016 hingga Mei 2020.
Ketiga, data yang dikumpulkan dari kuesioner digital daring prospektif yang menargetkan pemilik anjing di Israel, yang aktif dari 27 Maret 2020 hingga 30 April 2020, selama pembatasan sosial penuh terkait Covid-19 di Israel. Keempat, data yang dikumpulkan dari kuesioner digital daring yang menargetkan orang-orang di Israel yang mengadopsi seekor anjing dari tempat penampungan selama pandemi Covid-19 dari 20 Mei hingga 25 Mei 2020, periode waktu setelah pembukaan bertahap pembatasan sosial.
Hasilnya menunjukkan, jumlah rata-rata permintaan adopsi yang diajukan secara daring adalah 31,1 ± 1,9 permintaan per hari selama pembatasan sosial total. Jumlah rata-rata permintaan adopsi anjing adalah 111,3 ± 4,1 permintaan per hari. Selama pembukaan pembatasan sosial bertahap pada Mei 2020, 73 ± 4,6 permintaan adopsi diajukan setiap hari di Israel.
Jumlah rata-rata anjing yang diadopsi meningkat secara signifikan setelah wabah di China serta selama wabah di Israel dan pembatasan sosial penuh dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Sebelum wabah Covid-19 di China Desember 2019, rata-rata jumlah permintaan adopsi anjing harian di Israel hanya 25,7 ± 4,1 permintaan per hari. Dengan demikian, jumlah rata-rata anjing yang diadopsi meningkat secara signifikan setelah wabah di China serta selama wabah di Israel dan pembatasan sosial penuh dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Dari hasil kuosioner daring, dari 312 pemilik anjing baru, 38,5 persen peserta menyatakan bahwa mereka telah mempertimbangkan untuk mengadopsi anjing sejak lama dan berada di rumah selama penguncian Covid-19 sepertinya merupakan kesempatan yang baik.
Sebanyak 37,8 persen responden menyatakan bahwa mereka berencana mengadopsi anjing terlepas dari situasinya. Sebanyak 8,0 persen menyatakan mereka merasa kesepian dan/atau stres. Mereka percaya bahwa memiliki anjing dapat membantu.
”Data kami menunjukkan, ketika batasan sosial meningkat selama pandemi Covid-19, tingkat adopsi anjing meningkat secara signifikan. Permintaan terhadap anjing yang dapat diadopsi dan permintaan untuk melayani sebagai keluarga angkat meningkat secara signifikan dan, karenanya, lama tinggal anjing di penampungan secara signifikan lebih pendek,” tulis Liat Morgan dan rekan-rekannya dalam pembahasan data.
Studi mereka menunjukkan bahwa, semakin ketat isolasi sosial selama pandemi Covid-19, semakin besar minat mengadopsi anjing. Tingkat adopsi meningkat secara signifikan, sementara pengabaian anjing tidak berubah. Selain itu, ada hubungan yang jelas antara kualitas hidup individu dan persepsi mereka tentang kualitas hidup dan perilaku anjing, serta kemungkinan melepaskan anjing tersebut.
”Karena manusia dan anjing sama-sama hewan sosial, temuan ini menunjukkan manfaat potensial dari hubungan manusia-anjing selama pandemi Covid-19,” tulis Liat Morgan dalam kesimpulannya.
Mereka mengutip penelitian terdahulu tentang manfaat kesehatan mental dari memiliki hewan pendamping, seperti anjing atau kucing. Mayoritas penelitian menunjukkan bahwa interaksi dengan hewan dapat membantu mengatasi depresi, kecemasan, dan stres, khususnya dalam kondisi rawan stres.
Penelitian dimaksud di antaranya dilakukan Lauren Powell dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Sydney, Australia, beserta rekan-rekannya. Penelitian yang berjudul ”Anjing Pendamping dan Kesejahteran Mental: Studi Berbasis Komunitas” yang dimuat di jurnal BMC Public Health edisi 5 November 2019.
Tim peneliti melakukan studi terkontrol yang melibatkan tiga kelompok selama delapan bulan. Peserta menjalani tes kesepian.
”Anjing pendamping dapat mengurangi kesepian di antara pemilik anjing komunitas. Studi kami memberikan arahan yang berguna untuk uji coba yang lebih besar di masa depan tentang efek kepemilikan anjing pada kesejahteraan mental manusia,” tulis Lauren Powell dalam kesimpulannya.