Anak Muda Inginkan Solusi Lingkungan dalam Pemilihan Kepala Daerah
Jajak pendapat yang dilakukan bersama oleh sejumlah organisasi menunjukkan anak muda menempatkan lingkungan dalam jajaran isu penting calon kepala daerah yang bersaing dalam pilkada mendatang.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa persoalan lingkungan menjadi isu yang paling banyak mendapat kepedulian dari anak muda setelah ekonomi, infrastruktur, dan penegakan hukum. Sebagian besar anak muda juga menganggap program tangguh bencana penting atau sangat penting untuk diadopsi dalam visi-misi program kandidat kepala daerah yang akan maju dalam Pemilihan Kepala Daerah 2020.
Hal tersebut menjadi salah satu hasil jajak pendapat terkait dengan harapan dan persepsi anak muda terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang dilakukan sejumlah organisasi masyarakat sipil, yakni Warga Muda, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Golongan Hutan, Campaign, dan change.org. Jajak pendapat tersebut diikuti 9.087 responden dari 34 provinsi di Indonesia dengan rentang usia 17-30 tahun dan waktu pengambilan data pada 12 Oktober-10 November 2020.
Hasil jajak pendapat menunjukkan mayoritas responden menganggap persoalan terbesar di daerah mereka adalah ekonomi dan kesejahteraan (42 persen), kemudian infrastruktur (13 persen), penegakan hukum (11 persen), lingkungan (10 persen), dan pendidikan (9 persen).
Koordinator Golongan Hutan Edo Rakhman mengemukakan, terkait dengan persoalan lingkungan, anak muda dalam jajak pendapat ini memandang masalah yang paling penting dicarikan solusinya oleh pemimpin kepala daerah adalah terkait dengan buruknya pengelolaan sampah dan limbah. Selain itu, persoalan lingkungan lain yang menurut responden harus dituntaskan ialah pencemaran atau polusi, pertanian dan perkebunan monokultur yang tidak berkelanjutan, dan kerusakan hutan serta ekosistem laut.
”Mayoritas responden yang menyatakan persoalan buruknya pengelolaan sampah limbah, termasuk polusi ini berada di kota-kota besar. Sementara untuk persoalan pertanian monokultur dan lainnya, mayoritas responden berada di regional Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ini persoalan yang hampir menjadi ancaman bagi generasi muda,” ujarnya dalam peluncuran hasil jajak pendapat tersebut secara daring, Selasa (24/11/2020).
Edo menjelaskan, sebanyak 30 persen responden menyatakan, solusi untuk menghadapi persoalan lingkungan itu adalah dengan kolaborasi antara pemerintah dan komponen masyarakat dalam penanggulangan bencana. Responden menilai bahwa bencana yang terjadi sangat berkolerasi dengan isu lingkungan.
Sementara solusi lainnya yang diusulkan untuk menghadapi persolan lingkungan ini, antara lain, melakukan program sosialisasi tanggap bencana kepada masyarakat (27 persen), alokasi anggaran dan sumber daya manusia untuk kebencanaan (24 persen), dan menerapkan program mitigasi serta respons kebencanaan yang baik (18 persen).
”Saya yakin hampir di wilayah yang menjadi target responden survei ini adalah wilayah yang pernah terjadi bencana. Ini tentu menjadi persoalan yang serius dan diharapkan kepada calon pemimpin daerah dapat mendudukkan persoalan bencana ini sehingga semua program mitigasi bencana bisa segera diimplementasikan,” tuturnya.
Menurut mayoritas anak muda, lima masalah kebencanaan yang paling penting untuk diselesaikan saat ini adalah pandemi Covid-19 dan wabah penyakit menular lainnya (24 persen), pencemaran air dan udara (21 persen), serta banjir dan longsor (15 persen).
Selain itu, 85 persen responden menganggap program tangguh bencana penting atau sangat penting untuk diadopsi dalam visi-misi program kandidat kepala daerah yang akan maju dalam Pilkada 2020. Program tersebut termasuk strategi-strategi mitigasi kebencanaan, khususnya untuk wilayah atau daerah yang masuk dalam kategori rawan bencana.
Implementasi
Peneliti Perludem Mahardika mengatakan, akses terhadap informasi menjadi salah satu elemen penting bagi anak muda agar dapat mengimplementasikan kepedulian dan idealisme hingga menjadi sebuah gerakan. Elemen lainnya yang turut mendorong adanya gerakan bagi pemuda adalah kebebasan untuk memilih dan penerimaan terhadap aspirasi atau suara mereka.
Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Evaluasi Wilayah II Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Bob Sagala menambahkan, meski kerap dipandang apatis, hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa anak muda memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Anak muda juga berharap pilkada dapat memberikan perubahan terhadap lingkungan sekitar.
”Anak muda setidaknya memiliki idealisme tersendiri terhadap lingkungannya. Ke depan, kami berharap anak-anak muda akan berkontribusi juga terkait dengan pembangunan di daerahnya masing-masing,” ujarnya.