Logam Berat di Muara Sungai di Lasem Diduga Terkait Limbah Batik
Kajian peneliti LIPI menunjukkan muara sungai di Lasem mengandung logam berat Cd, Cr, dan Pb. Hanya saja kandungan Cd hampir melebihi batas aman. Polutan ini diduga berasal dari limbah industri batik.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kajian terbaru menemukan adanya cemaran logam berat kromium (Cr), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) yang terakumulasi dalam sedimen dan vegetasi katang-katang di muara Sungai Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Akumulasi logam berat ini diduga berasal dari limbah industri batik yang terdapat di daerah itu.
Temuan logam berat di muara sungai ini dilaporkan peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Harmesa dan Reza Cordova, di jurnal Marine Pollution Bulletin edisi 14 November 2020.
Hasil penelitian menunjukkan, konsentrasi Cr, Cd, dan Pb dalam sedimen berturut-turut 3,39–5,29 miligram (mg)/kilogram (kg), 0,21–0,29 mg/kg, dan 5,36–6,87 mg/kg. Konsentrasi logam yang terakumulasi dalam jaringan seluruh tanaman kapang-kapang atau tanaman tapak kuda (Ipomoea pes-caprae) berturut-turut 0,98–1,22 mg/kg, 0,31–0,40 mg/kg, dan 0,94–1,23 mg/kg.
”Konsentrasi logam berat ini diduga berasal dari industri batik. Berdasarkan pengamatan kami, di kawasan Lasem belum ada pengolahan limbah batik,” kata Reza, Senin (16/11/2020).
Zat pewarna non-alam pada industri batik diketahui bisa menjadi sumber pencemar logam berat, misalnya Cr dan Pb yang bersifat toksis, dapat berasal dari zat pewarna (CrCl3, K2Cr2O7) maupun berasal dari zat mordan, yaitu merupakan pengikat zat warna meliputi Cr(NO3)2 dan PbCrO4.
Selain itu, menurut Reza, logam berat juga bisa berasal dari aktivitas perahu nelayan dan perahu wisata. Seperti diketahui, bensin dan limbah oli yang menjadi bahan bakar mesin perahu juga bisa menghasilkan limbah logam berat, khususnya Pb.
Dalam kajian ini pengambilan sampel di muara Sungai Dasun dilakukan pada musim kemarau akhir Juli 2017. Sungai tersebut berhulu di Gunung Lasem, dengan panjang 39,09 kilometer dan daerah tangkapan air seluas 229,85 kilometer persegi. Pinggiran Sungai Lasem digunakan untuk permukiman, pertanian, perikanan, dan industri seperti batik, pariwisata, dan tambak garam.
Terlihat bahwa konsentrasi Cd yang terakumulasi pada vegetasi kapang-kapang lebih tinggi dibandingkan pada sedimen walaupun untuk Cr dan Pb nilainya masih rendah. Hal ini karena vegetasi ini memiliki daya serap Cd yang tinggi sehingga bisa digunakan sebagai biomarker atau penanda/indikator biologis untuk cemaran logam berat jenis ini.
Industri batik
Menurut Reza, keberadaan logam berat di pesisir pantai utara Jawa sudah banyak dilaporkan. Mengacu pada kajian Maslukah (Buletin Oseanografi Marina, 2013), rata-rata konsentrasi Cd di sedimen muara Dasun sebesar 0,25 mg/kg lebih tinggi dibandingkan dengan kadar logam berat di muara Banjir Kanal Barat di Semarang. Namun, konsentrasi Cd yang terdeteksi di muara Dasun berada di kisaran yang sama dengan di muara Cimanuk.
Dalam penelitian ini, menurut Reza, logam Cr, Cd, dan Pb pada sedimen di muara Dasun dinilai masih aman untuk habitat di dalamnya. ”Acuan kami dari standar di luar negeri (Australia, Selandia Baru, dan Kanada), karena di Indonesia belum ada standarnya. Kami sudah mengusulkan regulasi ini sejak 2017,” kata Reza.
Namun, konsentrasi Cd hampir melebihi batas alam, dan ini diduga terutama berasal dari industri batik. ”Oleh karena itu, ini harus mendapat perhatian khusus, terutama menata pengelolaan limbah industri batik,” katanya.
Selama ini studi mengenai konsentrasi logam berat di muara sungai pantura banyak dikaitkan dengan limbah industri, tetapi masih jarang yang mengkaji dampak industri batik. Padahal, studi terpisah oleh AS Siregar dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Jenderal Soedirman di jurnal Earth and Environmental Science (2019) juga menemukan konsentrasi logam berat Cd di aliran Sungai Bremi, sekitar Desa Mulyorejo, Pekalongan, akibat limbah batik.
Kajian ini menunjukkan, konsentrasi logam berat Cd dalam air 0,003-0,009 mg/liter, sedimen 1,272-2,208 mg/kg, dan daging ikan 0,087-0,168 mg/kg. Konsentrasi Cd dalam air dan sedimen dengan daging ikan berkorelasi positif yang sangat kuat. Kajian merekomendasikan, sebagian besar ikan yang diteliti tidak layak untuk dikonsumsi kecuali yang ditemukan sekitar 300 meter aliran Sungai Bremi.