Terjaminnya Pangan Tingkatkan Kualitas Hidup Keluarga
Pangan yang tidak tergantung dari daerah lain sangat menguntungkan dalam program pembangunan sumber daya manusia, seperti penurunan angka tengkes serta meningkatkan kualitas hidup keluarga.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tercapainya ketahanan pangan tidak hanya berkontribusi terhadap perekonomian daerah, tetapi juga di ruang lingkup terkecil, yakni keluarga. Pangan yang tidak tergantung dari daerah lain sangat menguntungkan dalam program pembangunan sumber daya manusia, seperti penurunan angka tengkes (stunting) serta meningkatkan kualitas hidup keluarga.
Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk ”Ketahanan dan Swasembada Pangan Indonesia 2045 dalam Hubungan dengan Kualitas Sumber Daya Manusia” yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Senin (9/11/2020). Hadir sebagai pembicara Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Hasto menyampaikan, kontribusi dari konsumsi makanan menjadi sangat penting karena memengaruhi tingkat kemiskinan. Peran komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan peran komoditas bukan makanan. Dari analisis, pada Maret 2020 komoditas makanan menyumbang sebesar 73,86 persen pada garis kemiskinan.
”Dalam pembinaan kehidupan keluarga, kami memperhatikan ada daerah yang masih terhitung rawan pangan sehingga perlu memotret lebih dekat agar beban mereka tidak terlalu berat. Ketahanan pangan di wilayah yang berbeda ini akan memengaruhi stunting dan kemiskinan,” ujarnya.
Meski demikian, Hasto memandang upaya mencapai ketahanan pangan masih menemui sejumlah kendala dan tantangan. Beberapa kendala itu ialah kurangnya sumber daya manusia unggul yang mau bertani. Selain itu, kondisi globalisasi yang membuat pengembangan pangan seolah-olah hanya fokus pada salah satu komoditas tertentu dan menyampingkan variabilitas atau keragaman jenis pangan yang ada di Indonesia.
”Saat ini, window opportunity dari bonus demografis baru dari sisi kuantitas. Maka, kualitas yang ada harus didukung oleh nutrisi, gizi, dan hasil pertanian yang baik. Gizi dan nutrisi ini dalam jangka pendek akan memengaruhi perkembangan otak dan metabolisme,” ujarnya.
Syahrul mengatakan, Indonesia memiliki dua kekuatan utama, yakni kekayaan sumber daya alam dan banyaknya jumlah penduduk besar yang bergerak di sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian ini menjadi potensi yang langsung bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian negara.
Jaga stok
Menurut Syahrul, Kementan terus menjaga stok 11 komoditas, yakni beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi atau kerbau, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng. Ketersediaan 11 komoditas ini diperkirakan aman hingga Desember 2020.
Program utama Kementan dilakukan pada musim tanam pertama dan musim tanam kedua 2020. Capaian produksi padi atau beras selama satu tahun penuh mencapai 31,63 juta ton. Adapun konsumsi beras dari masyarakat mencapai 29,37 juta ton sehingga stok pada akhir tahun diprediksi memiliki cadangan sebanyak 8,16 juta ton.
”Mudah-mudahan perhitungan ini berjalan meskipun ancaman La Nina cukup tinggi, tetapi kami sudah prediksi selama ini dari berbagai pendekatan tahunan tidak pernah terjadi puso (gagal panen) di atas dua sampai tiga persen. Oleh karena itu, kami menetapkan angka puso kurang lebih empat persen,” ujarnya.
Program pemerintah
Syahrul mengatakan, pemerintah telah melakukan sejumlah program atau kegiatan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Program tersebut di antaranya peningkatan kapasitas produksi di lahan rawa Kalimantan Tengah seluas 164.598 hektar, perluasan areal tanam baru hingga 250.000 hektar, dan peningkatan produksi sejumlah komoditas.
Pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan lokal, seperti ubi kayu, japung, sagu, pisang, sorgum, dan kentang. Selain itu, upaya lain ialah penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern, dan gerakan tiga kali ekspor dengan menambah mitra dagang luar negeri.
Syahrul menilai, meski pemerintah pusat telah melakukan sejumlah upaya, peran pemerintah daerah (pemda) sangat penting dalam mengembangkan sektor pertanian. Pemerintah daerah perlu melakukan intervensi dan fokus lebih agar pertanian di daerahnya berkembang.
Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin menambahkan, dukungan peningkatan produksi, produktivitas, dan diversifikasi pangan lokal perlu terus dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan. Ke depan, masa depan pertanian juga akan memanfaatkan akses internet dan teknologi untuk mendukung bisnis, bahkan alternatif pemasaran produk pertanian.