Melalui berbagai riset dan pengembangan, saat ini produk pangan fungsional semakin beragam untuk dikonsumsi masyarakat umum ataupun orang dengan penyakit khusus.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saat ini produk pangan fungsional semakin dilirik karena memiliki fungsi fisiologis khusus yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi metabolisme tubuh dan kesehatan. Melalui berbagai riset dan pengembangan, saat ini produk pangan fungsional semakin beragam untuk dikonsumsi masyarakat umum maupun orang dengan penyakit khusus.
Anggota Kelompok Penelitian Teknologi Pangan Fungsional Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anastasia Wheni Indrianiningsih, menjelaskan, pangan fungsional pertama kali dikembangkan di Jepang pada tahun 1980 guna membuat makanan untuk spesifik kesehatan tertentu.
”Pangan fungsional ini dapat disajikan dan dikonsumsi dalam menu sehari-hari serta memiliki rasa sensoris yang acceptable (dapat diterima masyarakat). Dari klaim kesehatan, pangan fungsional ini biasanya digunakan untuk menjaga atau meningkatkan, bukan untuk mengobati,” ujarnya dalam diskusi daring bertajuk ”Riset Optimalkan Popularitas Pangan Fungsional”, Jumat (16/10/2020).
BPTBA sampai saat ini juga telah melakukan sejumlah riset tentang pangan fungsional dan mengembangkan berbagai produk, antara lain tepung bahan makanan campuran berbasis tempe. Bahan penyusun tepung ini terdiri dari tempe, telur, beras, dan kacang hijau. Tepung ini dapat dijadikan berbagai macam kue yang mengandung gizi tinggi bagi anak usia satu tahun ke atas.
Mie Mocaf BPTBA juga mengembangkan produk yang diberi nama entrafit atau formula makanan lewat pipa menggunakan bahan pangan lokal, seperti beras, tempe, telur, kacang hijau, glukosa, hingga ganyong. Produk ini dapat dijadikan kebutuhan nutrisi bagi pasien khusus yang mengalami gangguan pada fungsi pencernaan di bagian oral.
Adapun produk-produk lainnya yang dikembangkan, antara lain, biskuit kaya serat rendah kalori berbasis beras merah dan ubi jalar putih bernama dayeat, tepung mocaf atau ubi kayu, mie instan dari tepung mocaf, hingga mie pati taka yang aman dikonsumi bagi penderita diabetes melitus.
Selain itu, dari produk pangan fungsional probiotik, BPTBA juga mengembangkan makanan ringan (snackbar) simbiotik, cokelat sebagai antidiabetes, dan puding. Produk pangan fungsional probiotik tersebut telah diuji stabilitas penyimpanannya dan dapat bertahan selama tiga bulan untuk snackbar, lima bulan untuk cokelat, dan satu bulan untuk puding.
”Kami juga telah melakukan kegiatan diseminasi dan implementasi riset pangan fungsional ke masyarakat. Dari implementasi kegiatan terjadi peningkatan berat badan anak setelah pemberian makanan tambahan bahan makanan campuran tempe di Kulon Progo,” tutur Anastasia.
Pergeseran kebutuhan
Peneliti Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna (P2TTG) LIPI, Achmat Sarifudin, memandang bahwa sekarang telah terjadi pergeseran kebutuhan akan makanan yang mementingkan pemenuhan gizi, citarasa, dan manfaat kesehatan. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan atau gaya hidup sehat dan tingginya tingkat pendidikan.
Menurut Achmat, pangan fungsional yang memiliki pati atau karbohidrat kompleks bermanfaat untuk mengontrol gula darah, mengurangi lemak darah, dan memperlama rasa kenyang. Bahkan, sejumlah hipotesis menyebut makanan tersebut dapat menghambat penuaan meski masih harus dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut.
”Pati juga akan dicerna oleh mikroba dalam usus besar sehingga akan menurun pH (kadar keasaman) di usus besar. Akibatnya, hal ini akan menghambat mikroba yang sifatnya patogen. Penurunan pH disebabkan karena adanya produksi asam lemak rantai pendek dan ini sudah dibuktikan secara klinis mempunyai jalur-jalur yang bisa mencegah pertumbuhan kanker kolon (usus besar),” ujarnya.
Saat ini, P2TTG LIPI juga telah mengembangkan produk pangan fungsional berbasis karbohidrat. Sejumlah produk tersebut, antara lain, pasta aitamie berbasis jagung dan tepung mocaf, bubur bayi orbean dari sorgum, tepung iwung dari bedak rebung, dodol kacang merah, dan produk lainnya dari tepung pisang.
”Kami juga mengembangkan mesin-mesin proses pengolahan pangan yang bertujuan untuk mendukung dalam pengembangan pangan fungsional. Mesin itu adalah pengering, roaster, dan extruder untuk proses pembuatan produk-produk pasta,” tambahnya.