Si Votun Jabar, Jembatan Informasi Publik untuk Difabel Netra
Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat mengembangkan aplikasi Si Votun Jabar pada ponsel pintar untuk memudahkan difabel netra dalam mengakses informasi publik.
Teknologi digital berupa penggunaan asistensi suara dalam ponsel pintar akrab dalam keseharian para difabel netra. Kehadirannya jamak digunakan untuk menunjang kelancaran beragam kegiatan di era digital yang makin cepat.
Lewat Sistem Informasi Voice Over bagi Tunanetra Jawa Barat atau Si Votun Jabar, kemajuan teknologi digital melalui asistensi suara dimanfaatkan guna memberikan layanan informasi publik di Jawa Barat. Aplikasi ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia dalam menjembatani difabel netra kepada informasi publik melalui ponsel pintar.
Kepala Seksi Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo), Jabar, Indah Dwianti mengatakan, gagasan Si Votun Jabar muncul saat dia menjalani pendidikan di Badan Pengembangan Sumber Daya manusia (BPSDM) Jabar. ”Aplikasi ini menjadi tugas saya untuk meningkatkan indeks keterbukaan publik di Jabar. Saya melihat akses keterbukaan publik belum mudah diakses oleh penyandang disabilitas. Karena itu saya menggagas ide ini,” ujarnya, Senin (28/9/2020).
Baca juga: Bantu Kami Memandang Indah Dunia
Aplikasi ini, kata Indah, membantu masyarakat difabel netra di Jabar memperoleh informasi yang bertujuan mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Keterbukaan informasi ini juga sejalan dengan salah satu pilar utama reformasi, yakni transparansi publik.
”Semuanya berhak mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, termasuk warga tunanetra. Si Votun ini dirancang agar mereka juga mendapatkan hak keterbukaan tersebut,” ujarnya.
Ponsel Android
Perancangan aplikasi Si Votun Jabar dilakukan pada Agustus-September 2020 dan purwarupanya telah beberapa kali diuji coba. Sejauh ini aplikasi tersebut masih dalam tahap pengembangan dan saat ini dijalankan Diskominfo Jabar. Indah mengatakan, dalam tahap ini, timnya mengumpulkan respons dari pengguna sekaligus menyosialisasikan aplikasi ini kepada masyarakat yang lebih luas.
Si Votun Jabar terbilang ramah teknologi karena dapat digunakan di seluruh ponsel pintar berbasis Android. Ukuran aplikasi ini 17 megabyte (17 MB) dan dapat dioperasikan di seluruh ponsel pintar tanpa ada batasan tahun pembuatan. ”Yang penting ponsel dengan sistem operasi Android,” ujar Indah.
Sistem dalam Si Votun Jabar menghubungkan antara pengguna dan operator yang bertugas di Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Aplikasi di ponsel pengguna berfungsi memasukkan data, kemudian memasukkannya ke dalam peladen (server) yang dioperasikan admin dari PPID.
Indah mengatakan, dalam tahap uji coba dan pengembangan ini, operasional Si Votun masih dalam kendali Diskominfo Jabar. Uji coba Si Votun Jabar paling anyar dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, Bandung, 28 September 2020. Sebanyak 20 peserta fokus mengakses aplikasi di setiap ponsel pintarnya.
Dari awal pembukaan aplikasi, pengguna akan dipandu suara perempuan bernada tinggi dan pelafalan bahasa Indonesia yang cukup jelas meski menggunakan pengeras suara bawaan ponsel tanpa harus menggunakan earphone. Suara latar dari aplikasi Si Votun Jabar bersahutan dengan suara para peserta yang menggumam sambil mendekatkan ponsel.
Bagi pengguna awal, sebelum melakukan permintaan, sistem meminta mereka menyebutkan data pengguna, mulai dari nama, nomor KTP, alamat, hingga pekerjaan. Setelah itu, pengguna diminta menyebutkan akses yang dibutuhkan. Sistem akan menghubungkan pengguna ke admin yang akan memberikan bantuan lalu diteruskan ke layanan yang diinginkan.
Baca juga: Penyandang Disabilitas Belum Banyak Diakomodasi di Badan Usaha
Setiap perintah diucapkan dengan bahasa yang sederhana dan tidak terburu-buru. Setelah memberikan opsi, ponsel akan memberikan tanda getar sebagai isyarat untuk menyebutkan informasi bagi pengguna ataupun permintaan akses ke Diskominfo Jabar.
Butuh pengembangan
Sugiono (60), salah satu peserta, mendengarkan arahan dari sistem suara dari aplikasi dengan saksama. Dia dan beberapa peserta lainnya kadang mengulangi perintah yang diberikan karena mereka terbiasa menggunakan asistensi suara dari ponsel pintar yang lebih cepat dan responsif.
”Masih terlalu lambat, belum secepat Google Talkback. Tapi aplikasi ini sangat membantu kalau telah disambungkan dengan informasi dari berbagai instansi. Seperti tentang informasi bantuan sosial,” ujarnya.
Google Talkback merupakan fitur di ponsel bersistem operasi Android yang mampu menerjemahkan perintah suara dari penggunanya. Fitur ini ada di pengaturan aksesibilitas bersama dengan fitur Peningkatan Visibilitas, Peningkatan Pendengaran, serta Interaksi dan Kecekatan. Fitur serupa juga ditemukan di sistem operasi milik ponsel Apple, iOS, yang disebut Voice Over.
Tidak hanya merespons perintah suara, fitur ini juga mengucapkan nama aplikasi dan bentuk opsi yang bisa menjadi pilihan dari pengguna. Saat mengetik, setiap huruf yang ditekan pengguna akan dilafalkan. Untuk opsi, biasanya pilihan yang muncul adalah ”Ya” dan ”Tidak”, dan berada di bagian bawah tampilan layar sehingga pengguna dapat memastikan opsi yang ditekan.
Sugiono mengatakan, hampir seluruh kegiatannya terbantu dengan layanan tersebut. Apalagi, ponsel pintar saat ini memiliki banyak aplikasi yang menawarkan kemudahan, mulai dari pemesanan alat transportasi hingga pengiriman barang, layaknya dunia dalam genggaman.
Dulu kesulitan naik angkutan umum kalau sedang beraktivitas. Sekarang saya ke mana-mana tinggal hubungi ojek daring. (Sugiono)
”Saya musisi jalanan di Purwakarta. Dulu kesulitan naik angkutan umum kalau sedang beraktivitas. Sekarang saya ke mana-mana tinggal hubungi ojek daring,” ujarnya.
Kepala BRSPDSN Wyata Guna Sudarsono mengatakan, teknologi digital dengan penggunaan perintah suara dari dalam ponsel sangat membantu para difabel netra beraktivitas. Ponsel pintar menjadi langkah yang tepat untuk mengakses penyandang disabilitas.
Karena itu, Sudarsono mengapresiasi aplikasi Si Votun Jabar ini untuk menjembatani akses informasi publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah kepada difabel netra. Apalagi, berdasarkan data yang dihimpun Pemprov Jabar, difabel netra yang tercatat mencapai lebih dari 3.900 jiwa per tahun 2018.
”Dalam beberapa tahun terakhir, saya melihat banyak aktivitas difabel netra yang terbantu dengan teknologi di ponsel pintar ini. Kami juga memberikan bantuan ponsel Android dan pelatihan penggunaan fitur ini tahun 2019,” katanya.
Difabel mandiri
Indah menjelaskan, jika aplikasi Si Votun Jabar disetujui Gubernur Jabar, akses layanan informasi publik akan diperluas menjadi lintas-instansi yang berada dalam kendali Pemprov Jabar. Karena itu, uji coba dan pengembangan purwarupa ini diharapkan rampung dan diluncurkan oleh Pemprov Jabar pada awal 2021.
”Jika diresmikan, Jabar menjadi provinsi pertama yang menyediakan akses informasi publik khusus untuk difabel netra dalam aplikasi digital. Nantinya, saat diresmikan, Si Votun Jabar akan dipegang PPID Jabar. Untuk mekanisme operasionalnya masih dalam pembahasan,” kata Indah.
Layanan ini diharapkan bisa membuat warga difabel netra Jabar mandiri dalam mengakses informasi publik. ”Kami akan menjadikan aplikasi ini membantu tunanetra dalam mendapatkan berbagai informasi publik dari pemerintah, seperti bidang sosial dan pendidikan,” ujar Indah.
Salah satu layanan yang akan digaet dalam aplikasi ini adalah Jabar Sapu Bersih Hoaks (Jabar Saber Hoaks). Koordinator Jabar Saber Hoaks Retha Aquila menambahkan, pihaknya masih membicarakan layanan apa yang akan dimasukkan ke dalam Si Votun.
Yang pasti kami akan masukkan akses konfirmasi berita bohong atau hoaks dari tim ke dalam aplikasi ini. (Retha Aquila)
”Yang pasti, kami akan masukkan akses konfirmasi berita bohong atau hoaks dari tim ke dalam aplikasi ini. Jadi, teman-teman dari difabel netra bisa mendapatkan informasi dan menanyakan hoaks yang terjadi di sekelilingnya,” ujar Retha.
Fany Meilani (18), salah satu peserta uji coba, berharap Si Votun Jabar memberikan informasi yang lebih kaya ketika diluncurkan nanti. Apalagi, selama ini dia membutuhkan bantuan orang lain ketika ingin mengakses informasi publik, seperti beasiswa sekolah dan pendidikan lainnya.
”Bisa dikatakan saya buta total, hanya melihat cahaya yang samar. Jadi, aplikasi yang berhubungan dengan informasi publik dengan menggunakan suara sangat saya butuhkan. Kalau mandiri, saya menjadi percaya diri. Saya tidak mau memberatkan orang lain,” ujarnya.
Kemandirian penyandang disabilitas ini semakin dibutuhkan karena mereka tidak mau menggantungkan diri ke lingkungan. Dengan adanya teknologi, para penyandang difabel netra mampu mengakses informasi dari ponsel pintarnya. Si Votun Jabar pun hadir menjadi asisten sehingga informasi publik mampu diakses dalam genggaman mereka.