Wadah Informasi Keanekaragaman Hayati Laut Indonesia Diluncurkan
Kementerian Kelautan dan Perikanan pun meluncurkan Buku Besar Maritim Indonesia (BBMI) dan aplikasi Bank Genetik-ikan Indonesia (BGI). Penyusunan BBMI melibatkan 50 akademisi, peneliti, dan praktisi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia, informasi terkait keanekaragaman hayati dengan ribuan spesies ikan di Indonesia belum terkelola dengan baik. Guna mewadahi setiap informasi keanekaragaman hayati tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan pun meluncurkan Buku Besar Maritim Indonesia (BBMI) dan aplikasi Bank Genetik-ikan Indonesia (BGI).
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja menyampaikan, BBMI merupakan karya dari 50 orang yang berprofesi sebagai akademisi, peneliti, dan praktisi dari sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia
BBMI terdiri dari lima volume. Volume pertama adalah sejarah dan politik maritim Indonesia, kedua sumber hayati maritim, dan ketiga sumber daya non-hayati maritim. Sementara volume keempat adalah budaya maritim serta terakhir industri dan ekonomi.
”Buku besar ini untuk pertama kalinya merupakan suatu koleksi dari semua pengetahuan yang dirangkum terkait dengan konsepsi dunia maritim. Diharapkan buku ini dapat menjadi dasar bagi semua pendidikan tinggi maritim maupun peneliti,” ujar Sjarief saat peluncuran BBMI dan BGI di Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Sementara aplikasi BGI merupakan wadah inventarisasi dan identifikasi sekitar 8.000 spesies ikan di Indonesia. Aplikasi ini terbuka untuk publik. Bahkan, masyarakat juga dapat mengunggah spesies ikan yang ditemukan di lingkungan sekitar dan selanjutnya akan diverifikasi oleh tim untuk mengelompokkan spesies ikan tersebut.
Selain itu, KKP juga telah membangun gedung BGI di lingkungan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI), Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Nantinya KKP akan melakukan penelitian genetik untuk menghasilkan induk unggul dan disebarkan ke setiap balai maupun masyarakat sebagai spesies baru dengan tujuan konsumsi atau ikan hias.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan, peluncuran BBMI dan aplikasi BGI menjadi salah satu upaya untuk membangun sektor kelautan yang belum banyak dioptimalkan. BBMI dan aplikasi BGI dapat menjadi basis untuk mengembangkan ikan cobia, kepiting, udang vaname, udang windu, maupun komoditas laut lainnya.
Edhy berharap, peluncuran BBMI dan aplikasi BGI tidak hanya menjadi simbol atau perayaan. Lebih jauh, BBMI dan aplikasi BGI diharapkan benar-benar dapat menjadi pedoman dalam rangka pemanfaatan dan pembangunan sektor kelautan.
Fondasi industri
Direktur Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program Noviar Andayani mengatakan, pengelolaan keragaman genetik maritim merupakan fondasi untuk memastikan industri perikanan tangkap dan budidaya dapat tumbuh secara berkelanjutan.
”Keragaman genetik menjadi modal dasar bagi makhluk hidup untuk tumbuh dan beradaptasi terhadap tekanan perubahan lingkungan. Apalagi sekarang kita menghadapi ancaman kenaikan suhu global yang memengaruhi ekosistem kelautan,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Konservasi Dunia (IUCN), pada 2018 Indonesia berada pada peringkat kelima sebagai negara dengan jumlah spesies ikan terancam punah terbanyak di dunia, yakni 166 spesies. Adapun total spesies ikan terancam punah di dunia pada 2018 sebanyak 7.526 spesies.
”Jadi, peluncuran bank genetik ikan Indonesia tidak hanya penting untuk mendukung industri budidaya ikan, tetapi juga melestarikan plasma nutfah dan strategi restocking populasi ikan yang sudah terancam punah,” ungkapnya.