Selain Baik bagi Bayi, Pemberian ASI Eksklusif juga Turut Menjaga Lingkungan
Pemberian air susu ibu atau ASI eksklusif selain sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi ternyata juga berkontribusi positif bagi lingkungan. Tak seperti susu formula yang meninggalkan jejak karbon dan polusi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain baik untuk kesehatan ibu dan anak, proses menyusui juga dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Hal ini karena proses menyusui bayi atau pemberian air susu ibu eksklusif tidak membutuhkan biaya tambahan dan tidak memiliki jejak karbon limbah apa pun yang mengotori bagi bumi dan atmosfernya.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Dhian Probhoyekti mengatakan, tema peringatan pekan menyusui sedunia mengusung pesan pentingnya menyusui dikaitkan dengan kesehatan lingkungan, perubahan iklim, dan pencegahan tengkes (stunting).
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, aman, dan tidak membahayakan bagi lingkungan karena diberikan langsung tanpa polusi kemasan atau limbah. Sebaliknya, pengganti ASI, seperti susu formula atau susu kemasan, berpotensi menyebabkan degradasi lingkungan dari emisi gas rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global serta perubahan iklim.
Menurut Dhian, produksi dan konsumsi susu formula menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global. Setiap tahunnya, sejumlah 720.4450 ton susu formula yang terjual di enam negara di Asia. Ini setara dengan 1,03 juta ton sampah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir.
Di sisi lain, studi Global Breastfeeding Collective pada 2017 menunjukkan bahwa satu negara akan mengalami kerugian ekonomi sekitar 302 miliar dollar AS per tahun akibat rendahnya cakupan ASI eksklusif. Sebab, hal ini berdampak pada meningkatnya risiko kematian ibu dan anak balita serta pembiayaan kesehatan akibat tingginya kejadian diare dan infeksi lainnya.
Menyusui menjadi investasi hidup bayi dan ibu serta lebih menyelamatkan bumi.
”Dapat disimpulkan bahwa menyusui merupakan praktik terbaik dalam pemberian makan bayi dan anak. Praktik menyusui juga dapat menurunkan emisi karbon, limbah, atau sampah. Maka, menyusui menjadi investasi hidup bayi dan ibu serta lebih menyelamatkan bumi,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Farahdibha Tenrilemba. Menurut dia, menyusui tidak menggunakan sumber daya alam apa pun yang menghasilkan polusi seperti kaca, plastik, metal, dan kertas.
”Menyusui tidak membutuhkan listrik dan bahan bakar untuk mempersiapkannya. Tidak sama dengan susu formula yang membutuhkan banyak sekali sumber daya alam untuk mempersiapkannya,” katanya.
Agar masyarakat lebih sadar dan mengetahui terkait pentingnya hal ini, Farah menyatakan bahwa sangat penting mengadvokasi isu menyusui dan lingkungan dengan berbasis bukti ilmiah. Penting juga untuk mendapatkan dukungan penuh berupa kebijakan dan investasi dari pemerintah.
Juru bicara bidang iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika, menambahkan, sangat penting memberikan ASI eksklusif kepada anak selama enam bulan dan diusahakan terus disusui hingga anak berumur dua tahun. Dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat melindungi tubuh anak dari dua jenis polutan, yakni partikel halus (particulate matter) dan nitrogen dioksida.
”Bayi itu sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit. Pemberian ASI ternyata dapat menetralkan dua jenis polutan di udara sehingga dapat melindungi kesehatan anak,” katanya.