Cegah UTBK Perguruan Tinggi Jadi Kluster Baru di Yogyakarta
Protokol kesehatan diterapkan secara ketat dalam pelaksanaan ujian tulis berbasis komputer untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi di Yogyakarta. Ini demi mencegah penularan Covid-19 dari kegiatan tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Peserta tes bersiap mengikuti ujian tulis berbasis komputer perguruan tinggi di FEB UGM, Yogyakarta, Senin (5/7/2020). Tampak pengawas ruang ujian mengenakan pelindung wajah.
YOGYAKARTA, KOMPAS — Protokol kesehatan diterapkan secara ketat dalam pelaksanaan ujian tulis berbasis komputer untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penerapan protokol itu bertujuan mencegah terjadinya penularan Covid-19 dalam kegiatan yang diikuti calon mahasiswa dari berbagai daerah tersebut.
”Kami ingin benar-benar melindungi peserta tes dengan protokol kesehatan ini. Protokol harus berlaku ketat. Jangan sampai adanya UTBK (ujian tulis berbasis komputer) malah menambah kluster penularan baru,” kata Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Yogyakarta Hendro Wijanarko, Senin (5/7/2020).
Di UPN ”Veteran” Yogyakarta, sebelum dipakai, panitia pelaksana melakukan pembersihan ruang ujian dengan disinfektan. Pembersihan dilakukan sebelum ataupun sesudah ujian. Papan ketik (keyboard) dan tetikus (mouse) yang akan digunakan peserta ujian juga dibungkus dengan plastik.
Selain itu, peserta ujian juga diharuskan memakai sarung tangan saat mengerjakan soal ujian guna meminimalisasi potensi penularan lewat sentuhan.
Para peserta tes saling menjaga jarak sewaktu mencuci tangan seusai mengikuti ujian tulis berbasis komputer perguruan tinggi di UPN ”Veteran” Yogyakarta, Kabupaten Sleman, DIY, Senin (5/7/2020). Protokol kesehatan ketat diterapkan dalam pelaksanaan ujian tersebut.
Sejumlah instalasi tempat cuci tangan juga dipasang di dekat area gedung lokasi ujian di kampus tersebut. Para peserta tes diwajibkan mencuci tangan sebelum ataupun sesudah ujian. Mereka juga diharuskan segera pulang setelah ujian selesai guna meminimalisasi kerumunan.
Hendro menyampaikan, masker merupakan barang wajib yang harus dikenakan peserta ujian. Mereka juga diharuskan mengenakan pelindung wajah dalam ujian. Selain itu, pengawas ujian yang berada di dalam ruang ujian juga mengenakan alat pelindung diri lengkap, mulai dari baju coverall, masker, pelindung wajah, hingga sarung tangan.
Pengawas ujian yang berada di dalam ruang ujian juga mengenakan alat pelindung diri lengkap, mulai dari baju coverall, masker, pelindung wajah, hingga sarung tangan.
”Jadi ini memang protokol kesehatan ketat. Kami sungguh-sungguh memperhatikan bahwa pelaksanaan UTBK di UPN Veteran Yogyakarta benar-benar sesuai protokol kesehatan,” kata Hendro.
Selanjutnya, Hendro mengungkapkan, pengecekan suhu tubuh tak boleh dilewatkan. Pihaknya telah menyiagakan petugas kesehatan di lokasi ujian. Apabila ada peserta tes yang suhu tubuhnya di atas 37,5 derajat celsius, peserta itu akan diisolasi sementara sambil dicek kesehatannya. Namun, yang bersangkutan tidak akan langsung dipulangkan begitu saja.
”Kemarin (Minggu, 4/7/2020), ada empat peserta yang suhunya mencapai 38 derajat celsius. Tetapi, itu ternyata kepanasan karena berkendara dengan sepeda motor. Setelah istirahat di ruang isolasi sebentar, suhu tubuhnya turun dan diperbolehkan mengikuti ujian,” ujar Hendro.
Para peserta tes berjalan kaki dengan saling menjaga jarak seusai mengikuti ujian tulis berbasis komputer perguruan tinggi di UPN ”Veteran” Yogyakarta, Kabupaten Sleman, DIY, Senin (5/7/2020). Peserta diwajibkan mencuci tangan, baik sebelum maupun sesudah mengikuti ujian.
Peserta tes yang menjalani UTBK di UPN ”Veteran” Yogyakarta berjumlah 2.441 orang. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 300 orang yang mengikuti tes dalam sehari. Tes digelar dua sesi per hari.
Sebanyak 10 ruangan disiapkan. Dari 30 komputer yang tersedia dalam satu ruangan, hanya digunakan 15 komputer. Hal ini bertujuan agar jaga jarak fisik dapat diterapkan selama ujian.
UGM
Secara terpisah, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono mengungkapkan, hal serupa berlaku pula dalam pelaksanaan UTBK di perguruan tinggi tersebut. Protokol kesehatan wajib, mulai dari pengenaan masker, cuci tangan, pengukuran suhu tubuh peserta tes, hingga jaga jarak, telah diterapkan. Bahkan, di banyak tempat terpasang stiker informasi yang meminta peserta tes menerapkan jaga jarak sejak mengantre sebelum memasuki ruang ujian.
”Kami sudah memiliki aturan jarak antarpeserta. Minimal 1,8 meter, hampir 2 meter. Jika ada komputer yang berjejeran, itu dibuat selang-seling agar bisa dilakukan jaga jarak,” kata Panut.
Kami sudah memiliki aturan jarak antarpeserta. Minimal 1,8 meter, hampir 2 meter.
Selain itu, Panut menambahkan, menurut regulasi pelaksanaan UTBK tahun ini, peserta yang mengikuti tes di UGM dipastikan berasal dari DIY dan sekitarnya saja. Peserta tes dari daerah lain dapat mengikuti tes dari perguruan tinggi terdekat di kotanya.
”Ini dilakukan untuk menghindari perpindahan peserta dari satu kota ke kota lain. Misal, ada orang Jakarta ingin tes di UGM. Dia bisa melakukan tes UTBK cukup dari UI saja,” kata Panut.
Peserta tes bersiap mengikuti ujian tulis berbasis komputer perguruan tinggi di FEB UGM, Yogyakarta, Senin (5/7/2020). Tampak pengawas ruang ujian mengenakan pelindung wajah.
Di UGM, total peserta tes 15.000 orang. Dalam satu hari, terdapat 1.600 orang peserta yang terbagi dalam dua sesi. Adapun pelaksanaan tes tersebar di 14 lokasi.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan UGM Djagal Waseso Marsono mengungkapkan, dengan pengaturan tersebut, terdapat sekitar 70 orang dalam satu lokasi tes. Ia menilai kondisi itu mampu menekan potensi kerumunan.
Djagal menambahkan, walaupun peserta tes hanya berasal dari DIY dan sekitarnya, pihaknya mewajibkan para peserta tes membawa surat keterangan sehat. Jika terdapat peserta yang tak membawa surat tersebut, sudah ada dokter yang disiapkan untuk mengecek kondisi kesehatan peserta tes.
”Kami sediakan empat dokter dan beberapa relawan dari UKM Kesmas (Kesehatan Masyarakat). Nanti dokter dan relawan yang akan mendatangi peserta tes yang tidak membawa surat keterangan sehat itu. Prinsipnya, kami tidak ingin menyulitkan peserta tes,” kata Djagal.