”Amanat Hati Nurani Rakyat” di Tengah Disrupsi dan Pandemi
Harian ”Kompas” menjadikan ulang tahun ke-55 sebagai momentum untuk terus menjalankan tugas jurnalistik. Perjalanan di bawah panji ”Amanat Hati Nurani Rakyat” dilakukan dengan spirit ”Kawan dalam Perubahan”.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harian Kompas merayakan ulang tahun ke-55 saat disrupsi era digital semakin cepat datang. Perusahaan media ini menyongsong perubahan zaman dengan berpijak dari perjalanan sejak pertama kali terbit pada 28 Juni 1965.
CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama dalam siaran daring perayaan hari jadi surat kabar nasional itu menyampaikan pesan bahwa situasi yang dihadapi ke depannya tidak mudah karena disrupsi digital ditambah pandemi Covid-19. Seluruh awak media harus bahu-membahu atau bersama-sama menghadapi tantangan yang ada di depan mata itu.
”Banyak tantangan yang harus dihadapi. Pasti bisa kalau bersama,” ujar Lilik Oetama, Minggu (28/6/2020), di Jakarta. Salah satu upaya harian Kompas menghadapi tantangan zaman ialah dengan bertransformasi melalui platform digital Kompas.id.
Tidak saja disrupsi dan pandemi Covid-19, harian Kompas juga menghadapi tantangan menjawab ekspektasi pembaca dan warga. Menurut Wakil Pemimpin Umum Budiman Tanuredjo, ada pembaca yang menyampaikan pesan berisi pertanyaan apa dan bagaimana harian Kompas menjawab situasi yang tidak mudah saat ini. Salah satu caranya dengan menilik dan belajar dari pergulatan-pergulatan sepanjang 55 tahun harian itu berdiri.
”Usia 55 tahun merupakan perjalanan yang sangat panjang. Seluruh awak media harus melihat jati diri Kompas sejak dilahirkan. Belajar dari pengalaman dibredel, bersiasat ketika rezim Orde Baru berkuasa, hingga persoalan-persoalan masa kini,” kata Budiman.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Sutta Dharmasaputra dalam tulisannya ”Kejelasan Informasi Kunci Masuki Era Duodemi” menyebutkan, harian Kompas bertekad terus menjalankan tugas suci jurnalistik di bawah panji ”Amanat Hati Nurani Rakyat”.
Caranya dengan memadukan jurnalisme berkedalaman dan jurnalisme data melalui proses kerja di ruang redaksi yang sistematis, taat etik, dan meminimalkan bias individu atau kelompok. Kompas berharap bisa menunjukkan kebenaran fakta yang berujung pada tawaran solusi. Itu pula yang dipesankan pendiri bangsa, Soekarno, ketika mengusulkan nama Kompas. ”Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba!”
Dengan spirit ”Kawan dalam Perubahan”, Kompas yang kini hadir dalam platform digital berlangganan Kompas.id ataupun Forum Kolaborasi Kompas akan terus berinovasi dan bekerja sama dengan banyak pihak untuk membangun solusi bagi negeri. Selamat datang era normal baru. ”Dalam kondisi dan situasi yang berat ini, seluruh awak bersama-sama menjawab tantangan,” ucap Sutta.
Sutta menganalogikan seluruh awak layaknya mobil yang sedang melintasi gurun pasir. Mobil itu menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah untuk dijalani. Untuk itu, seluruh awak berperan untuk melewati padang pasir yang gersang hingga menemukan oase.