Pemerintah bersiap membuka sembilan sektor ekonomi, termasuk pertambangan, di 102 kabupaten dan kota yang dinyatakan sebagai zona hijau Covid-19. Langkah ini diharapkan bakal menggerakkan kembali ekonomi.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sembilan sektor ekonomi, termasuk pertambangan, di 102 kabupaten dan kota yang dinyatakan sebagai zona hijau Covid-19 akan kembali dibuka. Pembukaan ini harus dilakukan hati-hati agar tidak memicu ledakan wabah.
Penentuan zona aman ini juga harus didasari oleh tingginya jumlah dan sebaran tes yang dilakukan di daerah tersebut. Kurangnya tes akan menyebabkan daerah yang dianggap aman sebenarnya telah terinfeksi.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, di Jakarta, Jumat (5/6/2020), mengatakan, pemerintah menyiapkan rencana pembukaan sektor ekonomi di 102 kabupaten/kota yang dinyatakan sebagai zona hijau. Daerah ini dianggap tidak terdapat kasus Covid-19 sehingga bisa melaksanakan program masyarakat produktif.
”Presiden Joko Widodo telah menugaskan Gugus Tugas untuk menyampaikan pembukaan kembali sektor yang memiliki dampak posiif terhadap hajat hidup orang banyak,” kata Doni.
Menurut dia, terdapat sembilan sektor yang ditetapkan untuk dibuka kembali, meliputi pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, logistik, dan transportasi barang.
Doni menambahkan, kesembilan sektor ini dinilai memiliki risiko ancaman Covid-19 yang rendah, tetapi bisa membuka lapangan pekerjaan dan dampak ekonomi yang signifikan. Pembukaan sektor ekonomi tersebut akan dilakukan oleh kementerian terkait dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, edukasi, sosialisasi, dan simulasi secara bertahap.
Selain itu, menurut Doni, akan dilakukan pemantauan dan evaluasi bersama antara kementerian terkait dengan gugus tugas pusat ataupun daerah serta elemen masyarakat secara menerus. ”Jika dalam perkembangannya ditemukan kasus Covid-19 dalam sektor tersebu, Gugus Tugas akan merekomendasikan kepada kementerian terkait untuk menutup kembali aktivitasnya,” lanjutnya.
Ahli epidemiologi dari Laporcovid-19, Iqbal Elyazar, mengatakan, penentuan 102 kabupaten/kota yang dianggap bebas Covid-19 ini harus dilakukan dengan hati-hati. ”Kita harus mencermati, apakah kabupaten/kota itu memang tidak ada penambahan kasus positif selain tidak ada ODP (orang dalam pemantauan) dan PDP (pasien dalam pengawasan) yang meninggal? Apakah sudah cukup dilakukan tes di sana?” ucapnya.
Menurut Iqbal, jika ada PDP atau ODP yang meninggal di daerah tersebut, harusnya statusnya yang sebelumnya dianggap bebas Covid-19 harusnya ditinjau ulang. ”Penentuan zona hijau, selain harus hati-hati, juga perlu terus ditinjau ulang,” ujarnya.
Misalnya, dari data Laporcovid-19, terdapat 1 PDP di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang meninggal pada 3 Juni 2020 sehingga totalnya menjadi 4 orang. Padahal, Tapanuli Utara termasuk dari 102 kabupaten/kota yang masuk zona hijau ini.
Menurut Iqbal, penambahan jumlah tes Covid-19 di Indonesia patut diapresiasi. Namun, kebanyakan tes masih dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat. ”Kami menyarankan data pemeriksaan dari laboratorium di daerah-daerah ini dibuka. Sejauh ini datanya belum disampaikan sehingga sulit dilihat apakah sudah cukup atau belum,” ujarnya.
Dari data Kementerian Kesehatan, hingga Jumat, total spesimen yang diperiksa di seluruh Indonesia menggunakan analisis PCR mencapai 380.973 spesimen dan rata-rata per hari 13.333 spesimen. Adapun jumlah orang yang diperiksa sebanyak 256.810 orang dan per hari 5.074 orang.
Dari pemeriksaan ini, ditemukan 29.521 orang yang positif Covid-19 atau bertambah 703 kasus dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Penambahan kasus terbanyak di Jawa Timur, yaitu 141 kasus, disusul Jakarta 76 kasus, Kalimantan Selatan 71 kasus, Jawa Tengah 58 kasus, dan Sulawesi Selatan 54 kasus. Lainnya tersebar di sejumlah provinsi.
Berdasarkan data dari Pemerintah DKI Jakarta, jumlah total orang yang telah dites Covid-19 dengan analisis PCR di wilayah ini hingga Jumat mencapai 78.252 atau 1.700 orang per hari. Sementara di Jawa Barat sebanyak 47.324 spesimen.
”Sebaran tes harus lebih merata, karena itu sangat menentukan besar atau kecilnya wabah di daerah tersebut. Minimnya kasus di daerah bisa jadi karena kurangnya tes di sana,” katanya.
Menurut Iqbal, hingga saat ini jumlah tes per 1.000 populasi di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini sangat memengaruhi tingkat akurasi data yang kita miliki mengenai skala dan sebaran wabah.
Sebagai perbandingan, di Vietnam, dari 8.000 diperiksa, ditemukan 1 orang yang positif. Sementara di Indonsia, dari 100 orang yang diperiksa, rata-rata ditemukan 8 orang yang positif. ”Tes yang kurang ini mengindikasikan di luar sana masih banyak orang yang positif dan belum diidentifikasi,” ujarnya.