Indonesia Ditarget Segera Produksi Alkes Penanganan Covid-19
Presiden Jokowi mendorong agar berbagai alat kesehatan untuk penanganan Covid-19 hasil inovasi anak bangsa bisa secepatnya diproduksi massal, paling lambat awal Juni. Jajaran pemerintahan diminta mempercepat perizinan.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus berupaya mengerahkan seluruh sumber daya dan potensi yang dimiliki bangsa untuk menangani wabah Covid-19. Dalam waktu dekat, Indonesia ditargetkan segera memproduksi berbagai alat kesehatan dan obat-obatan untuk penanganan Covid-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas virtual membahas percepatan penanganan Covid-19, Senin (11/5/2020), mendorong agar berbagai alat kesehatan untuk penanganan Covid-19 hasil inovasi anak bangsa bisa secepatnya diproduksi secara massal, paling lambat awal Juni. Dengan begitu, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan untuk menangani Covid-19.
”Saya minta inovasi-inovasi yang telah dilakukan ini mulai kita bisa produksi secara massal sehingga kita tidak tergantung lagi pada produk-produk impor dari negara lain. Kita harapkan paling tidak akhir Mei atau awal Juni sudah bisa kita produksi,” kata Presiden yang memimpin ratas dari Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam jumpa wartawan virtual seusai ratas, Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan, alat tes diagnosis Covid-19, baik yang berbasis reaksi rantai polimerase (PCR) maupun non-PCR, buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah dalam tahap uji validasi serta registrasi di Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, alat tes Covid-19 itu ditargetkan mulai diproduksi akhir Mei ini.
”Mengenai alkes, ada perkembangan yang menggembirakan, baik rapid test maupun test kit PCR, sudah tahap uji validasi dan registrasi di Kemenkes. Dengan demikian, rapid test berbasis peptida sintesis dan test kit PCR sudah bisa mulai diproduksi akhir bulan ini,” kata Bambang menjelaskan.
Untuk tahap awal, pemerintah menargetkan memproduksi 50.000-100.000 alat rapid test. Setelah menghitung kemampuan industri Tanah Air, kapasitas produksi rapid test bisa mencapai 100.000 unit per bulan.
Sama dengan rapid test, produksi awal test kit PCR juga ditargetkan mencapai 50.000 unit. Dengan kapasitas produksi sebanyak itu, diharapkan target 10.000 uji Covid-19 per hari bisa terpenuhi.
Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan produksi ventilator yang sulit didapat saat pandemi Covid-19. Menurut Bambang, terdapat empat jenis prototipe ventilator yang sudah selesai diuji oleh Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan. Bahkan, salah satu prototipe buatan Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah selesai uji klinis.
Sementara tiga prototipe ventilator lain yang merupakan buatan Universitas Indonesia (UI), BPPT, dan PT Dharma masih dalam proses uji klinis serta diperkirakan selesai pada pekan ini.
Karena itu, menurut Bambang, besar kemungkinan ventilator buatan anak bangsa mulai diproduksi pekan depan. ”Kapasitas produksi ventilator 100 unit per pabrik per minggu. Kemungkinan produksi dalam jumlah besar sudah bisa dilakukan minggu depan,” ujarnya menjelaskan.
Uji klinis obat
Selain alat kesehatan, pemerintah juga berupaya mencari obat Covid-19. Saat ini berbagai obat yang digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 di sejumlah negara juga tengah diuji klinis. Uji klinis juga dilakukan untuk pil kina, yang selama ini digunakan sebagai obat malaria.
”Sekarang sedang dilakukan clinical trial terhadap berbagai jenis obat yang dipakai di sejumlah negara untuk pasien Covid-19. Kami juga melakukan uji klinis terhadap pil kina, terhadap komponen modern asli Indonesia,” kata Bambang.
Uji klinis juga dilakukan terhadap berbagai suplemen berbahan herbal asli Indonesia. Uji klinis dilakukan dengan memberikan berbagai jenis ramuan herbal kepada pasien positif Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Pengujian itu bertujuan mengetahui suplemen herbal mana yang cocok untuk meningkatkan imunitas pasien Covid-19.
Tak hanya itu, pemerintah juga tengah menguji coba terapi plasma darah yang ternyata sudah dikembangkan sejumlah rumah sakit di Indonesia. Presiden Jokowi mendorong agar uji klinis terapi plasma darah dilakukan dalam skala besar di banyak rumah sakit.
”Saya melihat sudah ada kemajuan signifikan pengujian plasma yang, menurut rencana, akan dilakukan uji klinis berskala besar di beberapa rumah sakit dan juga sel punca (stem cell) untuk menggantikan jaringan paru yang rusak,” tuturnya.
Riset untuk menemukan vaksin juga dikembangkan. Saat ini setidaknya sudah dimulai penelitian genome sequencing oleh lembaga Eijkman dan Universitas Airlangga, Surabaya, sehingga jenis virus SARS-CoV-2 yang berkembang di Indonesia bisa segera terdeteksi.
Jajaran pemerintahan juga diminta mendukung dengan memberikan proses perizinan yang cepat sekaligus mendorong produksi dengan menghubungkan lembaga riset dengan industri, baik BUMN maupun swasta.
”Kemajuan signifikan juga terjadi pada penelitian genome sequencing. Ini tahapan yang sangat penting untuk menuju tahapan berikutnya untuk menemukan vaksin yang sesuai dengan negara kita,” kata Presiden.
Oleh karena itu, Presiden meminta semua pihak memberikan dukungan penuh pada riset dan inovasi yang dilakukan anak bangsa. Jajaran pemerintahan juga diminta untuk memberikan dukungan dengan memberikan proses perizinan yang cepat sekaligus mendorong produksi dengan menghubungkan lembaga riset dengan industri, baik BUMN maupun swasta.