Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Kunci Keberhasilan Pendidikan
Status sosial ekonomi orang tua dan DNA atau deoxyribonucleic acid menjadi penentu pencapaian pendidikan. Dari dua faktor ini, kondisi sosial ekonomi lebih menentukan.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Studi yang dilakukan University of York, Amerika Serikat, menemukan, status sosial ekonomi orang tua dan DNA atau deoxyribonucleic acid menjadi penentu pencapaian pendidikan. Dari dua faktor ini, kondisi sosial ekonomi lebih menentukan.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Developmental Science, 18 Desember 2019 menyebutkan, faktor genetik menentukan sekitar 47 persen kesuksesan anak-anak dalam pendidikan, sedangkan faktor sosial dan ekonomi keluarga menentukan 62 persen keberhasilan.
Para peneliti juga menemukan bahwa anak-anak dengan kecenderungan genetika tinggi untuk pendidikan yang juga berasal dari keluarga kaya dan berpendidikan tinggi memiliki potensi sukses dalam pendidikan terbesar, yaitu 77 persen. Sementara hanya 21 persen anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah dan kecenderungan genetika rendah yang melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Penulis utama penelitian ini, Profesor Sophie von Stumm dari Departemen Pendidikan di University of York mengatakan, "Genetika dan status sosial ekonomi menangkap efek dari alam dan pengasuhan, dan pengaruh mereka sangat dramatis untuk anak-anak.”
Temuan penelitian ini diharapkan membantu mengidentifikasi anak-anak yang paling berisiko dalam pendidikan. “Penelitian kami juga menyoroti pentingnya perlindungan bagi kelompok rentan. Memiliki susunan genetik yang cenderung ke pendidikan membuat anak dari latar belakang yang kurang beruntung lebih mungkin untuk pergi ke universitas, tetapi hal ini tetap tidak bisa menyamai anak dengan kecenderungan genetik lebih rendah dari latar belakang yang lebih diuntungkan.”
Studi itu dilakukan dengan menganalisis data dari 5.000 anak yang lahir di Inggris antara tahun 1994 dan 1996. Para peneliti menganalisis hasil tes mereka pada tahap-tahap kunci pendidikan serta tingkat pendidikan dan status pekerjaan orang tua mereka. Merek memakai penilaian poligenik genome lebar, yaitu teknik statistik yang menambahkan efek varian DNA, untuk menguji bagaimana perbedaan genetik yang diwariskan memprediksi keberhasilan pendidikan anak-anak.
Von Stumm menambahkan, diperlukan lebih banyak riset, tetapi makalah ini diharapkan merangsang diskusi tentang anak-anak yang berisiko gagal dalam akademik. “Kami berharap hasil ini dapat membuka pintu bagi anak-anak, daripada menutupnya, dengan merangsang pengembangan dan penyediaan lingkungan pribadi yang dapat secara tepat meningkatkan dan menambah pendidikan anak,” ungkapnya.