Hujan Ekstrem pada Malam Pergantian Tahun Picu Banjir di Jabodetabek
BMKG memprediksi cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat disertai kilat dan angin kencang masih akan terjadi di kawasan Jabodetabek hingga 4 Januari 2020.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah daerah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi atau Jabodetabek diguyur hujan dengan intensitas tinggi pada malam pergantian tahun. Hal ini memicu muka air meninggi di sejumlah sungai sehingga terjadi banjir di permukiman warga Jabodetabek pada Rabu (1/1/2020) pagi.
Berdasarkan pengamatan dari pos pemantauan hujan milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan secara merata terjadi di wilayah Jabodetabek. Beberapa daerah bahkan mengalami hujan ekstrem dengan curah hujan di atas 100 milimeter (mm) per hari.
”Hujan terjadi secara merata dari malam hingga pagi. Di beberapa titik bahkan curah hujannya mencapai 200 milimeter hingga 300 mm per hari,” kata Kepala Subbidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi.
Pengamatan tersebut dilakukan pada Selasa (31/12/2019) pukul 07.00 hingga Rabu pukul 07.00. Sejumlah pos yang memantau curah hujan di atas 100 mm per hari di antaranya Tanjung Priok dengan 146 mm, Manggarai (189 mm), Cengkareng (148 mm), Jagorawi (131,5 mm), Ragunan (155 mm), dan Rorotan (172 mm).
Sementara itu, beberapa pos yang memantau curah hujan antara 200 mm dan 300 mm per hari antara lain Tangerang Selatan dengan 208,9 mm, Tomang (225,6 mm), TMII (335,2 mm), Jatiasih (259,6 mm), Teluk Pucung (234,6 mm), dan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma (377 mm).
”Beberapa pos pengamatan bahkan menunjukkan hujan melebihi kategori ekstrem,” ujar Adi.
Dampaknya, ketinggian muka air di sejumlah sungai Jabodetabek berstatus Siaga 1 hingga Rabu siang. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga pukul 11.00, setidaknya masih ada tiga kawasan sungai yang berstatus Siaga 1, yakni Depok dengan tinggi muka air 375 sentimeter (cm), Karet (700 cm), dan Angke Hulu (340 cm).
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, hujan yang terjadi sejak Selasa sore hingga Rabu pagi menyebabkan banjir di sejumlah permukiman warga Jabodetabek.
Di Kota Bekasi, banjir setinggi 50 cm hingga 100 cm sempat terjadi, antara lain, di Teluk Pucung, Kemang IFI Graha, Pangkalan 1A Bantar Gebang, dan Perumahan Harapan Permai. Di DKI Jakarta, hal yang sama terjadi, antara lain, di Bendungan Hilir, Cempaka Putih, dan Pasar Rebo.
Di Perumahan Pulo Indah, Kota Tangerang, banjir juga dilaporkan terjadi hingga sekitar 60 cm. Selain masuk ke rumah-rumah warga, air juga menenggelamkan beberapa mobil.
”Untuk menghadapi banjir, simpan dokumen penting dan barang-barang berharga di tempat yang aman. Siapkan juga baterai cadangan untuk menghadapi pemadaman listrik,” kata Agus.
Masih berlangsung
BMKG memprediksi, cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat disertai kilat dan angin kencang masih akan terjadi di kawasan Jabodetabek hingga 4 Januari 2020. ”Kecenderungannya, hujan masih akan terjadi hingga dua atau tiga hari mendatang,” kata Adi.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo menjelaskan, kondisi tersebut dipicu oleh beberapa hal. Pertama, aktifnya Monsun Asia yang menyebabkan pasokan massa udara basah meningkat. Selain itu, suhu permukaan laut cukup hangat sehingga mendukung pembentukan awan hujan.
”Hal ini juga diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer, yakni Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis.
Mulyono mengimbau agar masyarakat mewaspadai dampak yang terjadi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, dan pohon tumbang. Selain Jabodetabek, daerah-daerah yang diprediksi mengalami hal serupa adalah Lampung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), 185 kilometer sungai di Indonesia berada dalam kondisi kritis. Hal ini berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada 2018 dan 2019 terhadap sungai-sungai sepanjang 29.150 kilometer.
Penelusuran dilakukan di 65 wilayah sungai. Sebanyak 32 wilayah sungai berada di Jawa dan Sumatera, sedangkan 33 wilayah sungai lainnya berada di Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Sungai-sungai tersebut mengalami kerusakan dan berpotensi menimbulkan banjir atau banjir bandang.
”Namun, kami telah melakukan mitigasi dengan membangun tanggul dan mengeruk sedimen. Lebih kurang 107 kilometer sudah ditangani,” kata Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan Gani Ghazali Akman.
Dampak dari kerusakan wilayah sungai tersebut sudah terjadi di sejumlah daerah. Di Jayapura, misalnya, kerusakan di hulu sungai juga menyebabkan rusaknya bangunan-bangunan di sekitarnya. Adapun di Sulawesi Tenggara, dua jembatan mengalami rusak berat, yakni Jembatan Asera dan Rahabangga.