Chief Executive Officer PT Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat mendorong kaum perempuan Indonesia memaksimalkan potensinya. Salah satunya dengan berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Chief Executive Officer PT Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat mendorong kaum perempuan Indonesia memaksimalkan potensinya. Salah satunya dengan berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.
Hal itu disampaikan Nurhayati usai menerima gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Institut Teknologi Bandung di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/4/2019). Nurhayati menjadi perempuan pertama yang menerima gelar itu dari ITB.
“Ini membuktikan perempuan juga mempunyai potensi untuk berprestasi. Jadi, jangan sia-siakan potensi yang dimiliki,” ujarnya.
PT Paragon Technology and Innovation (PTI) memproduksi kosmetik bermerek Wardah. Perusahaan tersebut menjadi industri kosmetik nomor satu di Indonesia dengan menghasilkan 135 juta produk per tahun.
Ini membuktikan perempuan juga mempunyai potensi untuk berprestasi. Jadi, jangan sia-siakan potensi yang dimiliki
Selain Wardah, PT PTI juga mempunyai empat merek lainnya, yaitu Make Over, Emina, IX, dan Putri. Perusahaan berbasis riset dan inovasi ini mempekerjakan 10.194 karyawan.
Akan tetapi, kesuksesan tersebut tidak diraih secara instan. Sekitar 34 tahun lalu, Nurhayati membangun usahanya dengan dua karyawan.
Sebelum menjalankan usahanya sendiri, Nurhayati pernah bekerja sebagai manajer pengendali mutu di Wella Cosmetics pada 1975-1985. Pengalaman itu menjadi modal untuk mengembangkan formulasi produknya.
Tahun 1985, sarjana farmasi dan apoteker ITB tersebut memulai usahanya dengan memproduksi sampo. “Memang waktu kuliah tidak belajar spesifik tentang kosmetik. Namun, industri ini mirip dengan obat. Jadi, saya menyukainya,” ujarnya.
Dalam bisnis, tidak boleh gampang menyerah. Harus terus berinovasi
Nurhayati menuturkan, ketika kuliah, dia menyukai pelajaran formulasi. Hal itu pula yang diterapkan untuk terus berinovasi menghasilkan produk-produk terbaru.
“Saya mengerjakan sesuatu yang saya senangi. Dengan meramu, saya mendapatkan formulasi baru,” ujarnya.
Nurhayati mengatakan, perjalanan bisnisnya tidak selalu berjalan mulus. Industri rumahannya sempat terbakar pada 1990. Akibatnya, dia merugi karena produksi usahanya terganggu.
Akan tetapi, dia tidak menyerah. Dia justru semakin terpacu berinovasi. Salah satunya menghasilkan formula unggulan berstandar internasional seperti mascara pertama di Indonesia yang tembus air.
“Dalam bisnis, tidak boleh gampang menyerah. Harus terus berinovasi,” ujarnya. Berbagai dimensi dan parameter, seperti mutu, organoleptik, keamanan, dan efikasi, serta halal, selalu dipertimbangkan. Ini dilakukan agar mampu bersaing dengan industri multinasional.
Nurhayati berharap, semakin banyak kaum perempuan terjun ke dunia wirausaha. Menurut dia, hal itu menjadi salah satu cara berkontribusi membangun bangsa.
“Kita sekolah disubsidi oleh negara. Kalau sampai tidak memberi sesuatu untuk negara, itu mubazir,” ucapnya.
Ketua Tim Promotor Doktor, Yeyet Cahyati Sumirtapura, menilai Nurhayati merupakan perempuan Indonesia yang telah berkarya nyata bagi masyarakat. Inovasi karyanya juga berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kita sekolah disubsidi oleh negara. Kalau sampai tidak memberi sesuatu untuk negara, itu mubazir
“ITB dengan bangga memberikan penghargaan kepada semua pihak yang menghasilkan karya-karya nyata untuk berkontribusi bagi pembangunan bangsa menuju lebih maju dan sejahtera,” ujarnya.