DEPOK, KOMPAS – Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengembangkan laboratorium berbentuk rumah yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan sandang generasi langgas (milenial). Selain ekonomis, rumah itu juga ramah lingkungan, hemat energi, dan sesuai kebutuhan generasi yang menekankan kepada pendalaman pengalaman dan manfaatnya kepada masyarakat.
Rumah tersebut dinamakan Sofwan House, sesuai nama donatur yakni Sofwan Farisyi, Direktur PT Radiant Utama Interinsco yang juga alumnus Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) angkatan 1988. Rumah diluncurkan di Engineering Park kampus FT UI di Depok, Jawa Barat pada hari Kamis (25/10/2018).
“Pembuatan rumah ini merupakan proyek dari TERC (Pusat Energi Tropis Terbarukan) FT UI. Selain menjadi laboratorium pembelajaran bagi mahasiswa dan pelajar SMA sederajat, ini untuk mencari solusi bagi masalah yang dihadapi generasi muda yaitu kebutuhan atas tempat tinggal, harga rumah, pelestarian lingkungan, dan hemat energi,” kata Dekan FT UI Hendri DS Budiono.
Penelitian tentang hunian murah sekaligus ramah lingkungan ini sudah dilakukan selama beberapa tahun terakhir di FT UI. Dalam pembuatan purwarupa, mereka mendapat bantuan dari Sofwan Farisyi yang perusahaannya kebetulan bergerak di industri panel surya untuk penghasil listrik.
“ Data perusahaan minyak Inggris, British Petroleum tahun 2017 menyebutkan bahwa pasar energi terbarukan setiap tahun rata-rata meningkat 17 persen. Muncul kesadaran penduduk dunia untuk mencari hunian yang tidak memberi beban berat kepada bumi,” ungkapnya.
Muncul kesadaran penduduk dunia untuk mencari hunian yang tidak memberi beban berat kepada bumi.
Hemat energi
Direktur TERC UI Eko Adhi Setiawan yang juga memimpin proyek Sofwan House menjelaskan, materi rumah sengaja dibuat dari kontainer bekas truk. Hal ini karena mengusung semangat daur ulang.
Selain itu, kontainer terbuat dari baja yang bobotnya ringan, tetapi kokoh. Materi ini mudah untuk diangkut dan dipindah-pindah, termasuk di daerah kepulauan terpencil maupun pegunungan.
Bagian dalam kontainer dilapisi dinding untuk meredam panas dari luar. Sofwan House terdiri dari dua kontainer. Satu kontainer berfungsi sebagai ruang tamu, adapun kontainer satunya berfungsi sebagai ruang pribadi yang dilengkapi dapur kecil dan kamar mandi. Dua kontainer ini duhubungkan oleh sebuah jembatan kecil yang memberi aksen terbuka kepada rumah.
“Penggunaan kontainer memungkinkan pemilik rumah menambah ataupun mengurangi jumlah kontainernya sesuai dengan kebutuhan jumlah ruangan,” ujar Eko.
Untuk sumber listrik, rumah ini memakai energi surya dan tabung hidrogen. Energi surya digunakan untuk menjalankan listrik pada siang hari sekaligus mengisi tabungan listrik untuk malam hari. Adapun energi hidrogen berfungsi menggantikan energi surya apabila hari mendung ataupun hujan.
Dari segi arus listrik, rumah dirancang agar menggunakan arus DC berkapasitas 230 Volt. Berbeda dengan rumah pada umumnya yang menggunakan listrik berarus AC 220 Volt. Arus DC memiliki aliran listrik yang lebih stabil dan efisien karena ringan bebannya. Ditambah lagi, mayoritas peralatan elektronik sebenarnya menggunakan arus DC.
“ Penggunaan arus DC dari dua sumber energi dimungkinkan dengan adanya pengubah arus (konverter) yang dikembangkan TERC FT UI untuk memastikan keefisienan rumah,” kata Eko.
Dari pembangunan purwarupa tersebut, biaya pembelian kontainer hingga pemasangan fitur hunian lengkap menghabiskan biaya Rp 250 juta. Itu dinilai jauh lebih murah dibandingkan membeli rumah bata dengan kisaran harga mencapai miliaran rupiah.