JAKARTA, KOMPAS—Sebagian besar penderita gagal ginjal di Indonesia menjalani perawatan dengan terapi hemodialisis. Faktor penentu keberhasilan terapi ini adalah air yang berkualitas. Air yang digunakan harus bersih, murni, bebas dari kuman, dan bakteri.
Berdasarkan data Indonesian Renal Registry tahun 2016, sebanyak 98 persen penderita gagal ginjal menjalani terapi hemodialisis atau cuci darah. Terdapat 30 persen pasien yang meninggal usai menjalani hemodialisis. Hanya 9,8 persen pasien lainnya yang menjalani lebih dari 36 bulan.
Dari jumlah pasien penderita ginjal tersebut, sebagian besar penderita gagal ginjal disebabkan penyakit diabetes melitus atau nefropatidiabetik, hipertensi atau tekanan darah tinggi, glomerulepati, kelainan bawaan, dan asam urat.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur, Jakarta Timur, Okki Ramadian, dalam diskusi “Perawatan Kesehatan Ginjal bersama Klinik Hemodialisa RenalTeam”, Selasa (23/10/2018), di Jakarta, mengatakan, mutu air yang buruk mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup penderita ginjal kronis yang menderita penyakit tambahan.
“Air yang tidak bersih dan murni juga dapat menjadi sarana penularan penyakit lain," katanya.
Air yang tidak bersih dan murni juga dapat menjadi sarana penularan penyakit lain.
Perawatan cuci darah dilakukan dengan mengambil alih tugas ginjal untuk membuang kelebihan cairan dan menyaring produk limbah dari darah, mengatur tekanan darah, keseimbangan elektrolit, dan produksi sel darah merah. Perawatan ini harus dilakukan dengan tepat dan dilakukan tiga kali dalam setiap minggu.
Presiden Direktur Klinik Hemodialisa RenalTeam Chan Wai Chuen yang biasa menangani pasien gagal ginjal mengatakan, mutu air yang bagus atau bersih dan murni adalah air reverse osmosis (RO) yang dihasilkan dari reverse osmosis water system. “Alat itu memiliki membran khusus yang didesain untuk mengurangi terjadinya kontaminasi dalam air,” kata Chan.
Gaya hidup
Okki Ramadian mengatakan harapan hidup pasien dengan hemodialisis tahun pertama mencapai 80 persen. Adapun pada tahun kedua hingga tahun kesepuluh, harapan hidup dari pasien hemodialisis turun hingga 10 persen.
Namun, cepat atau lambatnya harapan hidup pasien hemodialisis ditentukan dari kebiasaan hidupnya setiap hari. Kebiasaan itu antara lain menjaga kadar gula darah, mengonsumsi makan sehat, dan menjaga berat badan.
“Hal yang tak kalah penting adalah berhenti merokok. Sebab, rokok dapat memperlambat aliran darah ke ginjal dan meningkatkan risiko kanker ginjal sekitar 50 persen,” kata Okki (STEFANUS ATO)